3. Cinta Monyet

772 441 653
                                    

Di Kamar

Kejadian sore tadi sepertinya membuat Erwin marah, sampai-sampai malam ini ia membiarkan aku tidur sendiri.

Aku memberi waktu untuk Erwin menenangkan pikirannya. Meski aku harus tidur sendiri malam ini.

Sontak ku terbangun dari tempat tidur, dan membuka pintu kamar untuk mencari sosok Erwin. Aku yang tak mau kehilangan waktu bersamaan nya terus mencari Erwin di setiap sudut ruangan.

Akhirnya, aku menemukan dia sedang tertidur pulas di atas kasur salah satu kamar rumah itu.

Perlahan aku mendekati pria itu. Aku menyelimuti nya dengan selimut sembari ku mencium kening pria itu dan ikut berbaring di samping pria itu.

Keesokan harinya

"Pagi sayang." Sapa Erwin yang sedang tidur di samping ku sambil menongkah kepalanya dengan salah satu tangan nya sembari tersenyum manis pada ku

Raut wajah Erwin membuat ku yakin kalau dia tak marah lagi padaku

Aku membalikkan badan ke arah nya sehingga membuat aku dan dia semakin dekat tatapannya

"Kamu nggak marah lagi kan?" Ucap ku sembari memegang lembut salah satu pipinya. Erwin membalas pertanyaan ku dengan sebuah senyuman.

"Aku tidak akan memaksa mu lagi. Aku akan menunggu sampai kamu siap."
Ucap Erwin sembari mengangkat tanganku yang sedang memegang pipinya lalu dicium lah tangan tersebut.

Kini kami saling bertatapan berbalaskan senyuman

"Kamu jadi pulang hari ini?"

"Nggak, aku akan pulang bersama dengan mu."

"Besok. Aku pulang."

"Aku tahu. Besok ulang tahun mu. Aku ingin menjadi orang pertama yang ada di sampingmu saat ulang tahunmu untuk ngucapin selamat."

Mendengar ucapannya membuat ku tersenyum bahagia padanya. Erwin lalu menarik ku kedalam pelukannya sontak aku pun ikut memeluknya dengan erat dan tak mau melepaskan nya lagi.

Perasaan bahagia menyelimuti ku saat berada dalam pelukanmu. Rasa ingin memiliki seutuhnya dirimu. Kini aku benar-benar telah jatuh dalam pelukan cinta nya.

"Aku ingin memiliki mu seutuhnya. Aku mencintaimu."

Tiba-tiba ucapan itu keluar dari mulutku dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipiku. Erwin pun menatap ku dengan tatapan serius dengan mata berkaca-kaca sembari menghapus air mataku.

"Aku juga mencintai mu melebihi Diana, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku bahagia bisa menjadi memiliki mu meski dengan cara seperti ini. Aku bahagia saat kamu bilang Cinta padaku. Sebenarnya aku sudah mencintaimu sejak kamu masih remaja. cinta monyet." Erwin tertawa kecil saat berkata bahwa aku adalah cinta monyetnya

Perasaan senang menyelimuti ku saat tahu bahwa Erwin mencintai selama itu bahkan melebihi istri pertamanya. Sejenak aku melupakan dosa yang ku perbuat.

Mungkin aku tidak tahu maksud mama dan Tante Fatma tapi kali ini aku sangat bersyukur sebab karena mereka aku dapat bersatu dengan Om Erwin pria yang sudah menjadi suamiku.

Drrrt... Drrrt.. Drrrt

Bunyi nada panggilan dari ponsel Erwin. Erwin mengambil ponselnya yang berada di meja dekat tempat tidur sembari mengecek siapa yang meneleponnya.

My Husband Is My UncleWhere stories live. Discover now