7. Pacar?

571 348 1.1K
                                    

Keesokan harinya
Di meja makan

Aku menghampiri ibu dan bapak yang sedang sarapan

"Pagi Pa, bu." sapa ku sembari menarik kursi lalu duduk

"Pagi." Sapa ibu yang sedang mengoles roti dengan selai

"Pagi sayang." Sapa papa sambil tersenyum ke arah ku

Aku mengambil selembar roti lalu diolesi selai coklat

"Gimana dinner kamu semalam sama Roy?"

"Roy, ngelamar aku."

"Trus, kamu menerimanya?" tanya papa berapi-api

"Nggak."

"Kenapa nggak. Papa kenal Roy anaknya baik ko." Ungkap Papa yang sedikit kecewa dengan jawaban ku

"Pa. Itu kan keputusan Adel." Sambung ibu yang berada di pihak ku. Aku tahu ibu membelaku bukan karena dia peduli kepada ku tapi karena dia orang yang yang telah menikahkan aku dengan om Erwin.

Semenjak aku kecil dia tidak pernah peduli terhadapku hanya Bapak yang sayang terhadapku. Bapak selalu meluangkan waktunya untuk aku meski banyak kerjaan sedangkan ibu, dia hanya sibuk dengan urusannya.

"Bapak, nggak maksa kamu, tapi coba kamu pikir kan baik-baik lagi tuk menerima Roy."

"Tuan, ada tuan Roy di depan"

"Suruh, dia kemari saja mbok."

"Baik tuan."

***

"Pagi, om, tante." Sapa Roy baru saja menampakkan dirinya

"Pagi, ayuk gabung Roy." Dengan semangat Bapak menyambut kedatangan Roy.

Roy membalas dengan senyuman sambil menarik sebuah kursi di sampingku untuk didudukinya

"Pagi Del." Bisik Roy ditelinga ku lembut

Aku memalingkan wajahnya ku ke arah nya sambil tersenyum kecut

"Tumben pagi-pagi kemari ada apa?" Tanya Papa pada Roy

"Aku mau ngajak Adel, jalan-jalan. Boleh nggak om?"

"Om sih, terserah Adel saja. Gimana Del ?" Papa yang sangat berharap jawaban yes dari aku.

"Iya, bisa." Jawaban terpaksa ku yang tak mau mengecewakan Bapak

"Memang kamu mau ngajak Adel kemana sih ?" tanya Papa

"Ke suatu tempat yang ku harap Adelia menyukainya." Jawab Roy sambil memandangi ku tersenyum sebaliknya aku memandangi nya dengan senyuman sinis

"Mau brangkat sekarang?"

"Iya."

"Kalau gitu aku siap-siap dulu." Ucapku langsung bangkit berdiri dan berjalan ke kamar.

Di Kamar

Sebenarnya aku malas banget menerima ajakan Roy, tapi aku tak mungkin menolaknya karena papa pasti kecewa kalau aku menolak nya.

Drrrt.. Drrrt.. Drrrt

Panggilan telpon Erwin. Aku nggak menyangka Erwin berani menelpon ku. Aku segera mengangkat panggilannya

My Husband Is My UncleWhere stories live. Discover now