vi | bara, terpecah

178 29 2
                                    

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Trigger warning: self harm attempt


Elbrian.

El.

Abang.

Tiga panggilan itu yang meresap dan perlahan mengambil peran membentuk dan mendefinisikan siapa dirinya.

El sama sekali berbeda dengan Abra. Terlepas dari figur dan beberapa fitur wajahnya yang mirip-mirip, aura keduanya berlawanan. El memiliki tatapan yang cenderung tajam dan dingin. Bibirnya yang tebal dengan lekukan runcing pada bagian tengah bibir atasnya mendukung kesan pribadinya yang tegas. El mewarisi tiap garis dan lekuk karismatik dari sang papa. Sejak kecil, El dihadiahi perkembangan otak yang cukup pesat hingga mampu selangkah maupun dua langkah lebih cepat mempelajari berbagai hal dibanding anak sepantarannya.

El anak yang cemerlang. Anak jenius Papa dan Mama, sering ia dengar sejak dini.

Ia lupa tepatnya kapan—dua bulan lalu? Atau tiga?—sejak ia merasa tidak menjadi dirinya sendiri. Ada rasa hampa dan kosong, seolah-olah apa yang tinggal di dalam raganya perlahan-lahan mati. Elbrian tidak lagi mendapatkan sensasi menghidupkan seperti biasanya ketika ia membaca buku-buku tebal yang mengoceh tentang hal-hal yang menarik untuknya; seperti sejarah dan biografi orang-orang hebat. Ia menjadi lebih sensitif terhadap suara-suara dari luar yang tidak diinginkan dan mudah merasa kesal karenanya. Lelaki itu menyadari itu semua, tapi ia seakan kehilangan kontrol untuk menahan kesunyian itu menenggelamkannya lebih jauh.

Piagam dan medali yang menggantung menghiasi dinding kamarnya pun membuatnya muak. Suatu malam El pernah mencopoti benda-benda itu dan meletakkannya ke dalam kardus yang kemudian ditaruh di tempat paling tersudut. Tapi beberapa waktu selanjutnya, El akan menemukan dirinya menarik kembali kardus itu dan menata ulang segalanya.

El tampak bodoh. Dan ia benci melihat dirinya seperti itu.

Kamarnya gelap dan senyap. El terduduk di balik meja, mengeluarkan satu batang rokok dari kardusnya. Ia memperhatikan benda silinder itu dengan seksama sebelum menyelipkannya di antara kedua belah bibir. Begitu saja, ia lalu terdiam. Detik berikutnya, ia meraih korek dan menyalakan puntung rokok tersebut, yang kini diapit oleh dua jarinya. Bara yang memerah itu begitu menghipnotis.

Dunianya sunyi, tapi isi kepalanya mulai berisik. Dan terlebih dari itu, rasa hampa di dalam dirinya seperti meraung minta diisi.

El tahu bara itu bisa melenyapkan rasa kosong dalam dirinya. Membuatnya bisa merasa lagi, meskipun itu rasa sakit.

Tersisa beberapa senti, namun gerakan El terhenti oleh suara musik dari kamar sebelah yang membuatnya berjengit. Rokoknya terjatuh.

"Shit!"

Ia membuang puntung tersebut ke asbak.

Tanpa buang waktu, kakinya melangkah cepat keluar hingga tangannya bergerak membuka sebuah pintu. Suara musik itu semakin terdengar jelas, mendobrak-dobrak gendang telinganya. Si pembuat onar tidak kelihatan di mana-mana. El melangkah masuk dan suara samar lain yang berasal dari kamar mandi menarik tungkainya ke sana.

let me walk with youKde žijí příběhy. Začni objevovat