ix | duka, masa lalu

117 16 28
                                    

MamaBang, kapan pulang?

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mama
Bang, kapan pulang?

Mama
Bang El
Mama tadi beli udang gede-gede banget, mana seger lagi
Abang nggak pulang?

Elbrian Cettasaka
Aku masih sibuk di kampus, Ma

"Eh, eh, awas!"

El mematung begitu sesuatu melintas cepat di hadapannya dengan jarak yang begitu dekat. Detik berikutnya, suara benda berbenturan dan rintihan menolehkan kepala El ke sumber bising. Sebuah sepeda terebah di trotoar, rodanya masih berputar-putar. Di sampingnya, seorang gadis berambut sebahu dengan posisi duduk mengaduh sembari berusaha bangkit.

"Mas, gimana sih!? Kalo mau nyebrang liat-liat jalan dong. Jangan main HP, dikira ni jalan punya—"

Rentetan omelan itu terhenti begitu mata mereka bersirobok.

El masih diam di tempat, menyaksikan gadis dengan tampang sebal itu mendekat.

"Tanggung jawab," ujar gadis itu ketika mereka sudah berhadapan, mendongak menatap El yang jauh lebih tinggi darinya. "Diliat dari sisi manapun, lo nggak punya pembelaan. Jelas lo yang salah, gue yakin lo tau itu."

El menatap kedua mata yang familiar itu, kemudian meloloskan napas. Ia malas berdebat. "Lo mau gue tanggung jawab gimana?"

Gadis itu tersenyum puas. Menarik lengan El dan membawa lelaki itu mendekati setang sepeda, lalu menepuk sadel dua kali. "Bonceng gue."

El menengok ke belakang, dahi terlipat. "Ke mana?"

"Udah jalan dulu, nanti gue arahin."

Ada jeda panjang yang El isi dengan berbagai pertimbangan. Memutuskan, El akhirnya mulai mengayuh pedal.

Namun seiring perjalanan, El mulai menyesali keputusannya. Sebab gadis yang duduk di belakangnya agak menyebalkan ketika mengarahkan. Entah sudah berapa kali El dibuat gusar oleh Reyna perkara belok-membelok. Betul, Reyna Ilayya yang itu.

"Mau kemana, sih?" El tidak berusaha menyembunyikan kejengkelannya.

"Ini lagi gue arahin. Eh, eh, kelewat! Harusnya belok kanan yang tadi. Puter balik deh, cepet!"

Sebenarnya El sadar kemungkinan Reyna sedang mengerjainya. Kalau ditarik mundur dari titik awal berangkat, kini mereka sudah hampir mengitari area fakultas rumpun soshum. Bisa jadi, kalau rumpun saintek tidak berada dalam kompleks berbeda yang mengharuskan melewati jalan raya, sudah pasti Reyna memimpin pergerakan mereka ke sana.

Walaupun berkali-kali mendecak, perhatian El lambat laun teralihkan. Ia perlahan menikmati perjalanan mengayuh sepedanya dari satu setapak ke setapak lainnya. Dari tempat yang sepi, hingga yang agak ramai—kegiatan akademik masih akan dimulai dua minggu lagi, tapi ada segelintir mahasiswa yang mengisi sudut-sudut kampus, termasuk mereka berdua. Dari gedung-gedung yang mengapit kanan kiri, sampai ke sebuah danau yang dikelilingi oleh taman. Dari udara yang menyapu helai-helai rambutnya, hingga gumaman senandung dari dudukan belakang. Dikitari kehijauan, di sana Reyna memutuskan untuk menghentikan petualangan.

let me walk with youWhere stories live. Discover now