Tujuh

257 46 4
                                    

Suasana hutan malam ini benar-benar hening. Tidak ada satu makhluk hutan pun yang mengeluarkan bunyi. Suara burung hantu, serangga sampai gemerisik dedaunan seolah lenyap akibat penyerangan brutal pada anggota dewan keamanan. Kunang-kunang yang kerap menerangi di dalam pekatnya malam juga tidak muncul satu pun. Langit mendung, tapi aroma petrikor yang kerap menjangkau tempat yang jauh dari tempat turunnya hujan juga tidak tercium oleh indera milik Lay yang jauh lebih sensitif dari makhluk lainnya. Benar-benar sebuah fenomena yang tak biasa.

Lay mencoba menyusuri jejak sang pembuat onar, ia bergerak dengan cepat dan dalam keheningan ke arah utara, sesuai dengan keterangan para saksi mata yang menjadi korban. Ia menyadari beberapa anggota classified mengikuti cukup jauh di belakang, namun ia sama sekali tak memperlambat langkah. Ia tahu kecepatan kaki Baekhyun dan Chen berbanding lurus dengan kecepatan mulut mereka saat berbicara dan merespon akan suatu hal.

Lay menghentikan langkah, di ujung hutan terdapat sebuah gua, dengan instingnya ia memeriksa keadaan di dalam. Keadaan di dalam gua begitu lembab, Lay meraba dinding gua dan memejamkan mata, mencoba merasakan kehidupan lain di sana, namun nihil.

"Aku baru tahu ada tempat seeperti ini di sini, apakah dewan keamanan sudah mengetahui hal ini?" Suara Baekhyun terdengar di mulut gua, hingga menggema ke dalam.

"Lay, kau di dalam?" tanya Chen memastikan.

"Ya, masuklah," balas Lay.

Chen dan Baekhyun masuk sambil mengeluhkan tentang betapa pengap dan lembabnya gua yang mereka sambangi. Semakin ke dalam semakin tidak ada cahaya, kemampuan melihat mereka pun menurun drastis, hingga ke titik buta.

"Aku akan mengingat untuk membawa senter nanti," ajar Chen.

Tak lama sebuah Cahaya muncul dari belakang, seketika Chen terbelalak takjub. "Baek, kau sudah dapat mengaktifkan kemampuan lain?"

Baekhyun berdecak. "Ini flash ponsel, kalian tidak tau cara untuk menggunakannya huh? Kita sudah di abad 21 sekarang. Tinggalkan kehidupan kuno kalian, belajar untuk menjadi lebih manusiawi," cerocosnya.

Lay memejamkan mata, sedikit menyesal tidak terpikir mengenai flash ponsel yang harusnya bisa digunakan saat ini. Chen segera mengeluarkan ponselnya dan menyalakan senter dari ponselnya juga. "Berminat untuk menelusuri dan mencari ujung gua ini?" tanya Chen kemudian.

Lay mengangguk, tangannya terjulur untuk mengambil ponsel dan menyalakan flash.  "Baek, kau ikut?" tanyanya kemudian.

Baekhyun bergeming sembari melihat ke dinding gua, tangannya terjulur untuk melihat lukisan yang terukir di sana. "Sepertinya ini sudah sangat lama dibuat," ujarnya.

"Buatan manusia?" tanya Chen.

"Entahlah, makhluk abadi pasti akan selalu meningkatkan kemampuan sastranya dan memindahkan juga mencatat seluruh pengetahuan mereka sesuai dengan perkembangan zaman, tak jarang kaum kita menguasi berbagai macam bahasa sampai ke bahasa kuno sekalipun. Ini terlalu primitif."

Lay mendekat, memeriksa guratan-guratan di dinding gua itu. "Saat keadaan sudah jauh lebih terang, kita akan kembali memeriksanya."

"Kalian pergi saja duluan, aku akan mencari titik awal dari lukisan-lukisan ini," ujar Baekhyun. Saat pertamakali melihatnya Baekhyun langsung tertarik, entah mengapa lukisan ini seolah menyihirnya untuk mencari tahu lebih lanjut.

Lay dan Chen mengangguk, keduanya kembali menelusuri gua lebih dalam lagi. Setelah perjalanan yang cukup panjang, mereka akhirnya menemukan ujung gua. Di ujung gua terlihat cahaya kehijauan melintas di langit, pemandangan yang sangat indah itu sangat berbanding terbalik dengan pintu masuknya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jul 16, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

ClassifiedWhere stories live. Discover now