2. Tertarik

227 53 15
                                    

SELAMAT HARI RAYA IDUL QURBAN🥰

.

.

.

Dering alarm berbunyi dengan sangat nyaring. Jewi yang masih menikmati waktu tidurnya pun jelas merasa sangat terganggu. Telinganya bahkan sampai harus disumpal menggunakan bantal. Namun, hal itu tidak berlangsung lama karena dia sadar harus kembali ke rumah sakit dan menemui pasien-pasiennya.

"Kenapa waktu berjalan begitu cepat saat aku lagi istirahat?" ujar Jewi dengan nada lesu. Kedua matanya bahkan terasa sangat enggan untuk terbuka. "Haaaah. Masih pengin tiduuur."

Meski terus-terusan merengek ingin melanjutkan tidurnya, nyatanya kedua kakinya enggan mendengarkan isi pikirannya. Dia justru bergerak mengambil handuk dan mulai memasuki kamar mandi untuk melakukan ritual paginya.

"Semangat, Wi," ujar Jewi dengan sebelah tangan terangkat lemas.

***

"Saya akan menyuntik lengan bapak, ya. Suntikannya akan sedikit menyakitkan," ujar Jewi pada pasiennya.

"Baik, Dokter."

"Saya juga harus menjahit luka Bapak, jadi mohon ditahan sebentar, ya."

"T-tapi ... tidak akan sakit, kan?"

Jewi tersenyum tipis seraya mengangguk pelan. "Tidak akan. Bapak percayakan saja pada saya."

"Huwaaa."

Jewi terperanjat kaget. "Ada apa, Bapak?"

"I-Itu ... tolong pelan-pelan."

"Pak, saya bahkan belum memulai jahitannya." Pasien itu lantas melirik ke arah luka yang terdapat di bagian lengannya. Dan seperti kata Jewi, dia bahkan belum menyentuh kulitnya. "Bapak tarik napas dulu, lalu perlahan embuskan. Tetap rileks. Oke?"

Pasien paruh baya itu mengangguk cepat dan memalingkan wajahnya ke arah lain.

"Okeee. Saya akan pelan-pelan. Jangan lupa rileks, yaaa, Pak."

Saat Jewi tengah fokus menjahit luka pada pasiennya, tiba-tiba dari luar bangsal dia mendengar ada suara gaduh. Beruntung proses menjahit tidak memakan waktu lama, jadi setelah memastikan tugasnya selesai, Jewi segera pamit untuk melihat kegaduhan itu.

Ada banyak sekali pasien yang berdatangan sekaligus. Meski kebanyakan hanya menderita luka ringan, satu orang terlihat mengalami luka yang parah dan segera dibawa oleh dokter Rasya dan beberapa perawat.

"Ada apa ini?" tanya Jewi pada seorang wanita yang duduk tidak jauh dari posisinya.

"K-Kami korban penembakan di bank One," jelas wanita itu singkat. "Dokter, tolong selamatkan suami saya."

Jewi menatap wanita itu cukup lama dan segera mengangguk cepat. "Ibu percayakan sama para dokter yang menangani suami ibu, ya?"

Wanita itu mengangguk lemah. Dia lalu terbatuk-batuk hingga wajahnya terlihay pucat. Jewi yang melihatnya pun inisiatif untuk menanyakan keadaannya. "Ibu baik-baik saja?" tanya Jewi khawatir. Wanita itu mengangguk. Namun meski wanita itu mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tentu Jewi masih merasa khawatir karena terlihat kondisinya tidak sesuai dengan apa yang dia ucapkan.

"Saya periksa dulu–"

Belum sempat Jewi menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba wanita itu batuk keras dan darah seketika keluar dari mulutnya.

Jewi terkejut bukan main. Buru-buru dia segera memegang bahu wanita itu dan meminta salah seorang perawat untuk membantunya mengambil tandu.

Jewi segera mengeluarkan stetoskopnya dan memeriksa bagian dada wanita itu.

There's No Place Like YouWhere stories live. Discover now