4. Yang pergi

144 33 3
                                    

Selamat malam~
Selamat berbuka puasa untuk yang menjalankan😁

.

.

.

Happy reading~♡

.

.

.

“Kamu kok bisa ada di sini?” tanya Jewi sesaat setelah semua rekannya bubar. Jewi sengaja memilih untuk tinggal lebih lama karena ingin menanyakan hal yang baru saja meluncur dari mulutnya itu.

Rafka yang sedang membersihkan meja itu lantas menoleh ke arah Jewi dengan tatapan penuh tanya. “Kamu bertanya ke aku?”

“Bukan. Tapi sama hantu yang ada di belakangmu.”

Rafka refleks menoleh seolah hantu benar-benar ada di belakangnya. “Kamu benaran bisa lihat hantu?”

“Jangan mengalihkan pembicaraan.”

“Aku tidak mengalihkan pembicaraan. Aku cuma penasaran. Lagian, kamu sendiri yang bilang ada hantu di belakangku.”

“Jadi?”

“Kita jadian?” Jewi mulai tampak jengah, dan hal itu sukses membuat Rafka tertawa kecil. Sepertinya membuat Jewi kesal adalah hal yang menyenangkan baginya. Melihat perempuan itu menghela napas dan menahan diri untuk tidak mengomel adalah suatu hal yang entah mengapa membuat dirinya merasa dekat dengan Jewi. “Aku bekerja di sini.”

Jewi kembali menatap ke arah Rafka setelah tadi sempat memilih untuk menatap gelasnya yang sudah kosong karena terlampau kesal. Alisnya sedikit naik mengingat ucapan mamanya kemarin bahwa Rafka bekerja sebagai psikolog. “Bukannya kamu bekerja sebagai psikolog?”

“Kamu tahu?”

“Tidak sulit untuk tahu apa pekerjaanmu setelah pertemuan kemarin.”

“Jadi, kamu mencari tahu latar belakangku?”

“Kamu ternyata senang melempar pertanyaan dibanding memberikan jawaban.”

Rafka mengangguk pelan. “Wow. Sekarang bahkan kamu sudah bisa membacaku.”

“Kalau kata psikolog kenalanku, memangnya kamu koran sampai aku bisa membacamu?”

Rafka akhirnya tertawa lepas. Dia tidak menyangka jika Jewi ternyata cukup menyenangkan diajak berbicara. Ya, meski terkadang ucapannya lebih banyak bernada sinis dan mengandung kata sindiran.

“Saya memang psikolog, dan saya bekerja juga di restoran ini.” Rafka menatap Jewi yang sepertinya tampak mulai tertarik dengan ucapannya. “Sebagai pemilik resto.”

“Apa?” Raut wajah Jewi jelas berubah dengan cepat, yang tadinya hanya melempar raut kesal dan malas, kini berubah menjadi terkejut. “Kamu pemilik restoran ini?”

“Ya.”

“Wow.” Jewi jelas tidak menyangka jika dunia ini benaran bisa sesempit itu. “Kalau begitu aku pergi dulu. Dan terima kasih sudah membelaku.”

There's No Place Like YouHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin