Nadja meringis
Waktu paruh dari masa belianya telah habis
Bekas-bekas gairah telah mengelupas
Pikat-pikat lekuk tubuh telak terpangkas
Slip gaji tak pasti, kasbon menanti setiap hari
Pada akhirnya, tak ada lelaki kaya di dalam hidupnyaNadja tertawa
Percuma saja menggugat nelangsa, bila
dia adalah parafrasa dari derita itu sendiri
Lelucon itu sendiri
Langit meludah padanya, hanya padanya, dan tak ada payung cukup lebar untuk menaunginyaBerkawan tipisnya kasur,
rupiah-rupiah yang kabur,
doa-doa yang tergusur,
dan harap-harap yang takabur,
Nadja berucap syukurTapi langit tetap meludah padanya
Hanya padanya***
Juni 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Kuebiko (Kumpulan Puisi)
PoetryKumpulan puisi kelima. Sebagian besar adalah puisi eksperimental yang cukup berbeda dari kumpulan-kumpulan puisi sebelumnya. Kuebiko is the Shinto god of wisdom, knowledge and agriculture, and is represented in Japanese mythology as a scarecrow who...