chapter 11

4.7K 565 4
                                    

Kris' POV


Makan malam kami sangat sederhana; ini memang adalah cara melangsingkan diri dengan hasil yang sangat baik. Setelah makan sandwich dalam satu menit, aku meneguk sebotol besar air.

"Aku seperti merasakan masakan Hunan." Yixing terjun kembali ke dalam khayalan megahnya.

"Tidak dapat memakan apa yang kau ingin makan sebelum kau mati, adalah salah satu hal yang paling menyedihkan dalam hidup," kataku, "Bahkan tahanan yang menghadapi hukuman mati bisa mendapatkan makanan yang enak sebelum mereka dieksekusi."

"Kalau saja aku tahu semua akan jadi begini, aku tidak akan menguruskan badanku dulu." Ucapnya datar.

"Kalau saja aku tahu," Aku mencolek lesung pipinya, "Kau tidak akan menjadi selebriti sekarang."

Dia menatapku, "Jika aku bisa mengulang waktu lagi, aku masih akan memilihuntuk jadi seorang selebriti." Dia tersenyum padaku, "Sudah bertahun-tahun, dan bukankah kau mengenalku cukup baik?"

Berjalan kembali ke ruang tamu, tidak ada jiwa yang dapat ditemukan, Yixing dan aku melihat kubus Rubiks di tangga dan brankas yang terbuka. Kami tidak tahu metode apa yang akan Luhan piilih untuk membunuh kami.

Kami tidak tahu di mana Baekhyun berada. Aku memeriksa gambaran Scorpio yang sangat indah itu, dan aku tidak pernah tahu sebenarnya ia punya kemampuan khusus seperti ini. Apa yang perlu kau ketahuiadalah bahwa aku orang yang mengagumi orang dengan kemampuan estetika yang tinggi; mereka harus cermat memperhatikan segala sesuatu di sekitar mereka; ketika kau sudah melupakan sesuatu, dan dia masih mampu mengingat.


Malam menghampiri lagi, setengah dari 48 jamsudah berlalu. Baekhyun berbaring di tempat tidurnya dan tampaknya ia sudah tertidur, sementara Yixing beristirahat di atas karpet di samping jendela.

Sebuah bintang jatuh melintasi langit. Menurut legenda, berlalunya bintang jatuh pertanda akan meninggalnya seseorang.

Yixing melihatnya juga, mengerjapkan mata beberapa kali dan tetap diam.

"Akan jadi cukup baik jika orang meninggal untuk menjadi bintang jatuh," kataku, "Kita bisa terbang kemanapun."

"Aku tidak ingin menjadi sebuah bintang jatuh," katanya, "Aku ingin menjadi pohon dan tidak pergi kemanapun."

"Apakah karena kau sudah merasa bahwa kau sudah pergi kemana-mana terlalu sering dalam kehidupan kali ini makanya kau ingin tenang dalam kehidupan selanjutnya?" kataku geli.

Dia merespon dengan memutar matanya.

"Jika kauakan bisa jadi pohon, di mana kau ingin ditanam?" tanyaku.

"Di halaman luar rumahku, tentu saja." Katanya.

"Baiklah, aku akan membantu menyiramimu." Renungku.

"Aku hargai itu, aku pasti akan tumbuh dan berkembang dengan baik." Lesung pipinya muncul seiring ia tertawa pelan.

"Kata-kata yang kau katakan saat sebelum kau berjalan ke mesin Dance Revolution,"aku melihat padanya, "Apakah itu dimaksudkan untukku?"

Dia terdiam sejenak, kemudian tersenyum, "Itu belum kedaluaarsa , dan itu masih berlaku."

Aku meliriknya, menundukkan kepalaku dan berkata, "Ibuku hidup dengan cukup baik di Kanada ... Ayahku sendirian di Guangzhou ... Maksudku, jika ..."

"Aku mengerti." Dia menatap ke luar jendela dan sinar bulan menerangi wajahnya.

Aku menunduk dan tersenyum kecil, ini adalah persetujuandiam-diam diantara kami. Jika dia benar-benar berubah menjadi pohon, aku hanya perlu melirik daun untuk mengetahui apakah ia membutuhkan air.

48 HOURS [EXO Fanfiction]Where stories live. Discover now