bagian 5

929 38 2
                                    

Aku meyakinkan diriku untuk terus bertahan namun nyata nya aku di patah kan kembali oleh luka yang aku rasa.
~Liora Venera Azhari~

Hujan yang deras tadi menyisakan malam yang begitu dingin hingga menusuk ke kulit. Suasana dingin itu membuat Liora mengeratkan cardigan nya agar dapat menghangatkan tubuh nya. Sudah beberapa hari ini Liora tidak ikut makan bersama mereka ia lebih memilih makan balkon kamar nya.

Kamar yang gelap membuat Liora semakin merasakan luka mental nya. Ia kembali melukis wajah venera ketika sedang menggendong Liora kecil senyum kedua nya tampak sangat indah.  Garisan terakhir membuat Liora tersenyum melihat hasil karya nya yang indah.

Liora membawa masuk semua alat lukis nya mengingat hari semakin malam dan juga semakin dingin. Liora tidak tidur insomnia nya kembali kambuh Liora sangat takut untuk tidur rasa bersalah nya kepada venera serta hinaan dan ucapan sebagai pembunuh membuat nya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Ia sudah terlalu banyak mengkonsumsi obat tidur hingga kini obat itu sudah habis.

Liora terjaga sampai pagi ia meluangkan waktu nya hanya untuk melukis saja tanpa berniat memejamkan matanya. Paginya Liora bersiap akan pergi ke sekolah axel yang melihat mata Liora yang merah pun menjadi bertanya kembali dalam benak nya. Kantung mata yang sedikit menghitam membuat axel yakin dengan tebakan nya.

Tidak akan ia biarkan Liora pergi mengendarai mobil nya dengan kondisi yang seperti itu.

"Lo pergi bareng gue " ucap axel tak ingin di bantah.

"Gak perlu ".

"Liora Azhari "bentak axel yang semakin menatap tajam Liora namun tersirat kesedihan yang mendalam. Axel yang melihat Liora semakin tak terbantah pun mengambil kunci mobil milik liora.

Liora pergi menggunakan taxi axel yang melihat itu sangat geram namun ini bukan waktu yang tepat untuk bertengkar karena waktu sudah cukup mepet. Liora pergi menuju panti asuhan tempat dimana ray berada ray yang melihat Liora datang pun menyambut nya dengan semangat.

"Kak yora "teriak ray lalu memeluk kaki nya dengan tangan yang masih di gips.

"Belum sembuh juga ? "Tanya Liora.

"Bentar lagi juga sembuh tangan kak yora kenapa ? Luka lagi ?  ". Liora hanya tersenyum.

Ray mengajak Liora untuk masuk ke dalam panti di sana ada ibu panti dan juga anak - anak kecil lain nya. Ibu panti yang melihat ada tamu pun tersenyum ke arah Liora. Liora memberikan beberapa jajanan ringan untuk anak - anak panti.

"Kamu nak yora yang di bicarakan ray ya ? ".

Liora mengangguk ia hanya tersenyum tipis ke arah ibu panti anak - anak panti bermain bersama - sama dengan senang. Mereka tampak seperti keluarga yang sangat bahagia kasih sayang yang di berikan ibu panti dan juga ayah panti membuat mereka tidak kekurangan kasih sayang sedikit pun.

Mungkin ada beberapa dari anak luar yang menghina mereka namun ibu panti dan juga ayah panti selalu mengatakan jika anak - anak panti adalah anak nya. Kedua orang tua paruh baya itu sama sekali tidak bisa memiliki keturunan maka dari itu mereka sengaja membuka rumah panti untuk menjadi sebuah keluarga.

"Buk apa boleh lio menjadi salah satu bagian dari keluarga panti ? Lio akan mendonasikan tabungan lio ke rumah panti bu ya walaupun tidak sebanding sama donatur lain nya ".

"Nak yora rumah panti selalu terbuka untuk kehadiran nak yora ibu dan anak - anak panti akan selalu menyambut nak yora kapan pun ". Ucap ibu panti dengan lembut.

Ibu panti memeluk Liora untuk pertama kali setelah venera pergi Liora mendapatkan kembali kehadiran sosok ibu. Pelukan hangat yang sangat di rindukan oleh Liora tanpa sadar air mata Liora menetes.

LIORA || Semicolon Where stories live. Discover now