bagian 9

642 26 0
                                    

Liora memandang langit malam yang kini terlihat sangat cerah tidak ada rintikan hujan yang mengartikan kegelisahan hatinya. Lagi pikiran nya berkecamuk depresi nya kembali kambuh serta bayang - bayang yang selalu menghantui pikiran nya ikut ke dalam nya.

Berulang kali Liora mencoba mangatur nafas serta detak jantung nya dengan perlahan pikiran nya mulai tenang dan berangsur - angsur membaik. Axel masuk ke dalam kamar nya ia sudah tidak tahan lagi untuk mengeluarkan unek - unek nya.

"Kenapa lo sembunyikan penyakit lo Liora ? "Tanya axel dengan dingin.

Liora membalikkan badan nya untuk sesaat dia terkejut sebelum akhirnya ia berhasil mengembalikan ekspresi nya.

"Kenapa lo sembunyikan kalau selama ini lo gak baik - baik aja Liora lo nganggap gue sebagai apa Liora ? ". Tanya axel dengan tatapan tajam yang berkata - kata.

"Lo mau tahu kenapa ? Karena gue gak yakin untuk cerita tentang penyakit gue ke lo. Bahkan semenjak kematian bunda semenjak wanita itu dan adek lo datang lo lupa sama gue. Lo dan pria brengsek itu ikut andil dalam menyakiti gue axel " ucap Liora dengan dingin.

"Selama ini gue menyembunyikan penyakit gue karena gue pikir emang gak ada guna nya cerita ke orang lain. Gue berpikir mana ada yang mau dengerin atau mau tahu tentang penyakit yang di derita dari orang jahat kayak gue benarkan ? ". Mata Liora sudah berkaca - kaca begitu juga dengan axel.

"Gue berusaha menghibur diri gue , gue berusaha bangkit ngejar perhatian kalian ,ngejar kasih sayang kalian bahkan juga belas kasih dari kalian semua. Tapi apa yang gue dapat axel kalian maki gue , kalian hina gue adakah di saat itu kalian mikir perasaan gue ? ".

"Mungkin lo selama ini berpikir gue bertindak murahan karena terus ngejar - ngejar teman lo tapi pernah gak lo tanya ke gue kenapa gue dengan begitu penuh obsesi mengejar nya. Salah kah gue ngejar janji yang udah di ucapkan dia axel ? Apa gue salah ? ".

"Ya jawaban nya iya karena gue yang selalu kalian anggap sebagai pembawa sial ini selalu salah dalam apa pun. ".

Mata Liora sudah mengeluarkan air mata serta kepedihan dan pertanyaan dari yang ia pendam selama ini. Axel merasa bersalah sangat - sangat bersalah axel maju untuk memeluk dan memberikan ketengan kepada Liora namun Liora menolak nya.

"Gue udah gak butuh pelukan lo axel gue gak butuh selama ini lo kemana ? Kenapa lo baru sadar setelah gue benar - benar hancur ?. Lo tahu ucapan lo yang selalu mengatakan kalau gue pembunuh bunda itu bagai kaset yang terus mutar di kepala gue axel. Gue nyerah axel gue melepaskan rasa cinta gue , rasa perduli gue untuk kalian. Ketika lo menginginkan gue pergi untuk selamanya disitu gue sadar kalau gue gak perlu mengemis perhatian dari orang - orang yang gak menginginkan gue ".

"Gue minta sekarang lo keluar dari kamar gue bersikap lah seperti biasa lo membenci gue axel. Gue minta untuk yang terakhir bersikap abai tentang kondisi gue karena itu yang gue inginkan sekarang. ".

Axel keluar sambil menangis begitu juga dengan Liora yang menangis dari balik pintu. Tangisan itu begitu pilu dan menyayat hingga axel yang mendengar nya sangat tidak kuat.

"Kenapa lo baru sadar di saat gue benar - benar hancur ? Kenapa ? " tanya Liora menangis. Liora memeluk erat tubuh nya.

Lagi Liora menyakiti dirinya ia menurunkan suhu ac hingga benar - benar sangat dingin yang mampu menusuk ke dalam tulang nya. Liora kembali mengambil cutter yang selalu ia gunakan untuk menyayat tangan nya.

Ia menangis ia merasakan sakit tapi bukan dari luka itu melainkan dari hati nya. Ia tekan kuat - kuat luka itu sehingga darah yang keluar cukup banyak. Liora masuk ke dalam kamar mandi dan menghidupkan showernya.

LIORA || Semicolon Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang