12. Dibakar lagi?

837 93 284
                                    

Hai, bububb!❤️

Semangat beraktivitas, jaga kesehatan yaa musim ujannn!😍🤏🏻

Happy reading semuaa. Jangan lupa komen setiap paragraf yaaaa!

UP SETELAH TEMBUS 100 VOTE + 130 KOMEN!

JANGAN LUPA VOTE, KOMEN, DAN SHARE CERITA INI KE TEMEN-TEMEN KALIAN YAA!

SS BAGIAN YG KALIAN SUKA & POST DI SG YA JANLUP TAG!

FOLLOW WATTPAD: yesimrnss

AKU BAKAL SPOILER DULUAN DI:
INSTAGRAM : @yesimrnss @wp.yesimrnss
TIKTOK : @yesimrnss
PAKE TAGAR #darrenvalcano

JANGAN LUPA FOLLOW DAN CEK YA🥹🤍

***

Lelaki dengan keringat yang membasahi dahinya itu berjalan memasuki halaman rumahnya. Ia yakin, ia akan menerima hukuman dari ayahnya. Lelaki itu sudah merusak flashdisk penting milik ayahnya.

Detak jantungnya berdetak sangat kencang. Ia menatap sekeliling rumahnya. Seperti biasanya, gelap dan hening. Manik matanya tertuju pada pria yang berdiri dipojok kiri.

"Akhirnya kamu pulang juga, anak sialan!" Pram menyambut anak tunggalnya dengan ucapan membunuh.

Pram berjalan mendekati Darren. "Puas kamu menggagalkan rencana saya?"

"Gara-gara kamu saya kehilangan klien besar. Berani-beraninya kamu merusak flashdisk saya!"

Darren membalas dengan cepat. "Darren gak bakal rusak flashdisk papa kalo papa gak bakar buku Darren!"

PLAKKK

Satu tamparan dari ayahnya itu mengenai pipi kiri Darren. Lelaki itu merasakan wajahnya panas akibat tamparan keras dari ayahnya. Napasnya mulai tidak beraturan.

"Kalau kamu tidak membuat saya marah. Saya tidak akan membakar buku kamu. Buku kamu itu tidak penting buat saya!"

"Flashdisk papa juga gak penting buat Darren!"

BUGH

Tanpa aba-aba Pram menendang perut Darren hingga lelaki itu terjatuh. Darren memegangi perutnya. Pram mencengkeram kuat seragam Darren hingga lelaki itu berdiri.

Pram menyeret Darren ke gudang rumahnya. Ia selalu menyiksa Darren didalam gudang itu. Kakinya menendang kuat pintu gudang agar terbuka. Membanting tubuh Darren sampai sudut gudang yang berisi kardus dan kayu yang sudah rusak.

"Mati kamu, anak sialan!"

Darren melindungi wajahnya dengan kedua tangannya. Pram menarik seragam Darren dengan kasar. Ia merogoh kantongnya. Manik mata Darren tertuju pada benda yang Pram pegang.

Iya, korek. Pasti ayahnya akan membakar seragamnya 'lagi'.

"Pa, jangan..." lirih Darren dengan napas naik turun.

Pria itu menyalakan koreknya. Ia mendekatkan korek itu pada seragam Darren. Saat seragam itu terbakar, ia menjatuhkan seragam Darren.

DARREN Where stories live. Discover now