79. Mama Sang Sumber Masalah

3.6K 472 15
                                    

"Kamu ngapain sih narik-narik aku ke sini? Aku belum selesai bicara sama Mama."

"Sengaja aku narik kamu ke sini daripada kamu berantem sama orangtua kamu di tempat parkir. Lagipula ada Leander juga."

Mendengar penuturan Gavriel ini, Gadis hanya bisa menghela napas panjang. Ia tahu bahwa Gavriel sedang berusaha menjaga nama baik dirinya. Karena bisa malu bukan main jika ada orang yang melihatnya bertengkar dengan kedua orangtuanya terlebih penyebabnya sangat sepele.

"Jadi kamu bohong kalo Bu RT nyariin aku?"

"Iya."

Gadis menggelengkan kepalanya dan seakan dirinya tidak percaya jika Gavriel melakukan hal ini. Kini dirinya memilih meninggalkan laki-laki itu untuk menuju ke toilet sebelum tour guide mereka mengajak menuju ke lokasi selanjutnya. Gavriel memilih menunggu Gadis di depan toilet wanita. Lebih baik ia menunggu di sini daripada usahanya meredam amarah Gadis sia-sia saja.

"Kamu ngapain di sini?"

"Tungguin kamu."

Mendapatkan jawaban seperti itu, Gadis langsung berjalan kembali ke parkiran. Ia takut Mama dan Papanya nekat membawa Leander pulang ke rumah tanpa pamit kepadanya.

"Kenapa sih buru-buru banget jalannya?"

"Takut Lean dibawa kabur Mama sama Papa."

Gavriel tak bisa menahan tawanya mendengar perkataan Gadis. "Kamu itu sama orangtua sendiri aja bisa-bisanya mikir begitu."

"Jangan salah, Gav. Mama sama Papa itu sudah ngebet punya cucu sejak beberapa tahun lalu tapi kenyataannya aku belum bisa kasih cucu, sedangkan Mas Banyu boro-boro mau nikah, dia aja masih asyik sama kehidupan lajangnya. Kata dia, setelah melewati umur 30, hasrat untuk mencoba membuka hati dan memulai sebuah hubungan itu sudah hilang. Dia nyaman sama kehidupannya yang sekarang meskipun tidak punya pasangan dan anak."

"Apa yang kakak kamu bilang itu ada benarnya juga. Karena itu baik aku, Elang, Wilson apalagi Adit betah melajang dengan berbagai alasan sampai saat ini."

"Sejujurnya aku enggak terlalu percaya kalo kalian benar-benar betah melajang karena saat laki-laki memiliki kemapanan berbonus ketampanan, wanita akan selalu mengejar kalian seperti semut yang selalu mengejar gula. Disisi lain, laki-laki kalo kelebihan uang biasanya larinya ya pelihara ani-ani."

"Dengan kesibukan pekerjaan kami, rasa-rasanya jika harus memulai segalanya dari awal dengan perempuan itu seakan buang-buang waktu. Mending buat nongkrong atau tidur. Mau punya ani-ani? Mungkin aja kalo sekelas Adit, Elang atau Wilson sih bisa aja secara penghasilan mereka berkali-kali lipat penghasilan aku, tapi kalo aku enggak akan mungkin."

"Jangan merendah untuk meroket."

"Coba pakai logika kamu buat mikir, Dis. Gaji aku sebulan kamu bisa tahu sendiri kira-kira kisaran berapa? Aku ada cicilan rumah, belum lagi aku harus nyicil beli saham sama emas setiap bulan. Side hustle aku itu jualan online yang kamu tahu sendiri untungnya enggak banyak, masih bayar karyawan, sewa gudang dan operasional lain juga. Mau punya ani-ani? Enggak akan sanggup lah biayain mereka."

"Kalo duitnya ada berarti mau?"

"Anggap aja kucing dikasih ikan, apa dia bakalan nolak?"

"Mungkin aja nolak kalo dia sudah cinta sama royal canin, whiskas dan sebangsanya," Jawab Gadis santai karena ia tahu masih ada laki-laki yang setia seperti Papanya meskipun perbandingannya di dunia ini satu banding sejuta karena jarang sekali Gadis menemukan hal itu. Tentu saja banyak sekali godaan yang datang di rumahtangga kedua orangtuanya, namun komitmen dan tanggungjawab atas ikrar janji pernikahan nyatanya tetap bisa terjaga hingga hampir 40 tahun usia pernikahan mereka. Mungkin Gadis yang terlalu berekspektasi tinggi dulu kala membayangkan rumahtangganya kelak bisa seperti rumahtangga kedua orangtuanya, tapi kenyataan yang menyapanya justru sebaliknya. Seharusnya ia mengikuti perkataan Mamanya untuk mengenal lebih dekat dan dalam lagi sebelum melangkah ke jenjang pernikahan.

From Bully to Love MeDonde viven las historias. Descúbrelo ahora