83. Cowok Metroseksual

3.2K 451 14
                                    

Sepanjang pejalanan menuju ke hotel baik Gadis maupun Gavriel lebih banyak diam. Tangan mereka sibuk memegang kening Lean beberapa kali untuk memastikan jika anak itu tidak semakin demam malam ini. Sempat terpikir di dalam benak Gadis untuk membawa Lean ke rumah sakit saja karena besok pagi mereka memiliki banyak jadwal aktivitas. Baru saat taxi online yang mereka tumpangi sudah sampai di depan lobby hotel dan mereka turun, Gadis mencoba bertanya kepada Gavriel.

"Gav, kita bawa Lean ke rumah sakit saja, ya?"

Gavriel menggelengkan kepalanya. "Ini Lean kecapekan aja. Kita kompres sambil dikasih paracetamol aja cukup."

"Tapi Lean tidur, Gav, Aku enggak mau bangunin dia. Kalo kita bawa dia ke rumah sakit, dokter bisa kasih obat penurun panas yang lewat anus."

Gavriel tersenyum mendengar kekhawatiran Gadis yang sudah mirip dengan Elang saja. "Aku tahu kamu khawatir sama kondisinya Lean. Tapi lebih baik kita balik ke kamar dulu. Coba kita cek suhu badannya berapa, terus kita kompres dan kasih parasetamol, nanti kalo masih belum ada perubahan, baru kita bawa ke rumah sakit."

"Kamu yakin?" Tanya Gadis mencoba memastikan lagi. Karena ia sendiri masih hijau dalam urusan mengurus anak terlebih balita.

"Yakin. Sudah buruan masuk."

Gadis menganggukkan kepalanya dan kini ia mulai mengikuti Gavriel menuju ke arah lift berada. Baik Gavriel maupun Gadis memilih diam. Tak ada yang membuka percakapan kali ini. Baru saat berada di dalam lift, Gavriel mencoba menengok ke arah Gadis yang ternyata sudah  menyenderkan kepalanya di dinding lift dengan mata tertutup.

Ting...

Saat pintu lift terbuka, Gavriel memilih segera keluar. Gadis juga melakukan hal yang sama. Bedanya malam ini dirinya benar-benar lelah namun tidak mungkin ia membiarkan Gavriel menjaga Leander seorang diri sedangkan ia justru tidur.

"Kartu kunci kamarnya di mana, Gav?" Tanya Gadis kala ia baru menyadari jika Gavriel tidak mampir ke bagian receptionist hotel terlebih dahulu sebelum mereka masuk ke lift.

"Ada di saku samping celana aku."

Alamak....
Haruskah Gadis membantu Gavriel untuk mengambil kartu kunci kamar ini? Jika ia melakukannya bukankah sama artinya dengan ia menggrepe-grepe tubuh Gavriel. Paling aman bagi Gadis saat ini adalah menunggu Gavriel yang tengah berusaha mengambil kartu kunci itu meskipun tampak sedikit kesulitan.

"Bisa enggak kamu bantuin aku ambil kartu kuncinya?" Tanya Gavriel kala tangannya tidak berhasil mengambilnya. Tentu saja ini sulit karena ada Leander yang sedang ia gendong. Jangan sampai anak ini bangun dan justru rewel setelahnya.

Mendengar permintaan Gavriel ini, Gadis hanya bisa menelan salivanya. Ia anggukkan kepalanya dan pelan-pelan ia segera mencoba mengambil kartu kunci kamar ini. Dalam hati Gadis, ia sudah merutuki Gavriel yang memilih menggunakan skinny jeans malam ini. Kenapa laki-laki ini tidak memakai pakaian yang tidak terlalu menempel dengan tubuh saja?

Setelah berjuang, akhirnya Gadis berhasil mengambil kartu kunci itu dari dalam saku celana Gavriel. Tanpa banyak mengulur waktu lagi, Gadis langsung membuka pintu kamar. Sebuah ucapan terimakasih yang diucapkan Gavriel pelan sambil berjalan memasuki kamar membuat Gadis tersenyum. Setelah menutup pintu kamar, Gadis segera menuju ke kamar mandi untuk mencari handuk kecil yang bisa ia basahi dengan air hangat untuk mengompres Leander. 

Saat Gadis keluar dari kamar mandi, tampak Gavriel yang tengah membuka kotak obat dan mencari parasetamol serta termometer. 

"Lean mau dibangunin dulu enggak, Gav?" Tanya Gadis kala ia sampai di dekat ranjang tempat Gavriel menidurkan Lean.

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now