81. Nasehat dari Mama

3.1K 451 8
                                    

Ceklek....

Sebuah pintu kamar terbuka dan Leander langsung mengedarkan pandangannya untuk melihat sekeliling kamar itu. Sebuah kamar yang cukup luas dengan dominasi furniture dari kayu jati mengisi ruangan serta beberapa boneka besar ada di dalam kamar ini.

"Ini kamar siapa, Opa?"

"Kamar Bunda kamu. Ayo, masuk."

Meskipun sedikit ragu, akhirnya Lean memasuki kamar pribadi Gadis untuk pertama kalinya. Melihat bagaimana Sudibyo yang langsung menuju ke arah rak buku-buku milik Gadis yang ada di pojok ruangan membuat Lean sedikit heran. Sejak kecil ia sudah diajarkan untuk tidak asal memasuki ruangan yang bukan miliknya. Bahkan saat ada di rumah saja, ia tidak boleh asal masuk ke kamar orangtuanya dulu apalagi sampai masuk ruang kerja. Ia harus mengetuk pintu terlebih dahulu bahkan baru setelah diijinkan, ia akan masuk. Melihat kelakuan Sudibyo yang sudah mencari-cari buku membuat Leander langsung bertanya-tanya apakah tindakan ini sudah benar? Masuk ke kamar orang saat orang itu tidak ada di kamar apalagi mengijinkan mereka berdua masuk begitu saja.

"Opa, kita ngapain ke sini? Bunda 'kan enggak ada. Kita enggak boleh asal masuk kamar yang bukan kamar kita."

Sudibyo menghentikan pencarian majalah anak edisi spesial milik Gadis. Ia membalikkan tubuhnya untuk menatap Leander yang berdiri di dekat ranjang.

"Katanya tadi mau baca buku cerita yang ada gambarnya? Ini Opa lagi cariin majalah Bobo yang edisi Special 50 tahun kemarin. Kamu belum pernah baca isi majalah itu 'kan?"

Leander menggelengkan kepalanya. "Belum pernah, Opa."

"Makanya sini kita cari. Kemarin Oma beli dan katanya ditaruh dikamarnya Bunda Gadis."

Di waktu yang sama, Aryanti yang baru saja memasuki kamarnya sedikit was-was karena tidak menemukan Leander di kamarnya, bahkan di kamar mandi pun juga tidak ada. Ia segera keluar dan tidak menemukan Lean serta Sudibyo. Handphone Sudibyo saja ditinggal di kamar bersama dompetnya. Ini sudah menjadi satu petunjuk bahwa suaminya ada di rumah. Aryanti segera keluar dari kamar dan menuju ke lantai dua rumahnya. Saat sampai di sana, ia segera menuju ke arah kamar Gadis. Aryanti yang melihat Sudibyo sedang bersama Leander di dalam kamar Gadis hanya bisa menghela napas panjang. Ia segera masuk ke dalam dan menyusul dua orang itu.

"Lean sama Opa ngapain malam-malam di kamar Bunda?" Tanya Aryanti sambil berjalan mendekati Lean yang memilih duduk di pinggiran ranjang.

"Nungguin Opa nyari majalah."

"Nyari majalah apa, Pa?" Tanya Aryanti sambil mulai duduk di samping Lean.

"Majalah Bobo edisi special 50 tahun yang kemarin Mama beliin buat Gadis itu lho, Ma. Mama taruh mana? Kok Papa cari enggak ketemu-ketemu."

"Di kamar Banyu. Soalnya kemarin dia mau baca sebelum balik."

Sudibyo menghela napas panjang. Benar juga kata orang jika lebih baik mencari barang itu dengan mulut agar lebih banyak yang membantu serta hemat tenaga. Daripada ia cari dengan tangan dan matanya sendiri taapi tidak juga kunjung ketemu.

"Mbok ngomong itu dari tadi, Ma."

"Gimana mau ngomong kalo Papa aja enggak tanya. Sudah, sekarang kita ke kamar Banyu aja."

Aryanti mulai mengajak Lean untuk berdiri dan menuju ke kamar Banyu yang ada di seberang kamar Gadis. Baru juga mereka melangkahkan kaki beberapa langkah, sosok Gadis memasuki kamarnya sambil mengernyitkan keningnya karena ada Mama, Papa dan Leander di sana.

"Mama sama Papa ngapain ngajak Lean ke sini?"

Aryanti yang tiba-tiba mendapatkan pertanyaan seperti itu langsung menaruh kedua tangannya di bahu Lean. Ia sengaja melakukan itu sebagai tindakan preventif agar Lean tidak kabur ke arah Gadis terlebih dengan apa yang akan ia katakan kepada Gadis saat ini. 

From Bully to Love MeWhere stories live. Discover now