29. Apologize

7.1K 735 198
                                    

Kathrina berlari kecil, mengejar Gita yang masuk terlebih dahulu ke dalam tenda. Gadis itu ikut masuk sebelum Gita menutup rapat resleting pada tendanya. "Git! Tunggu, aku mau masuk!" tahan Kathrina yang kini segera masuk, kemudian ia yang melanjutkan menutup resleting pintu tenda tersebut rapat. "Kita belum selesai bicara, Gita."

Gita duduk seraya menundukkan kepalanya. "Iya," jawabnya singkat, antara tak berani menatap dan enggan menatap mata Kathrina.

Kini, keduanya sama-sama duduk bersila, berhadapan. Gita menundukkan kepalanya membuat Kathrina terus menatap Gita lekat. "Coba jelasin semuanya dari awal, Regita Sekar. Apa hal yang bikin kamu kaya gini, hm? Biasanya kamu cemburu gak sampe kaya gini, loh. Kamu sadar gak sih? Apa yang udah kamu ucap ke aku itu ... nyakitin aku, Gita."

Gita menghela napasnya panjang. "Maaf, aku keterlaluan, Kath. Harusnya aku gak ngelarang kamu untuk deket sama siapa pun. Harusnya aku juga gak posesif ke kamu. Aku sadar, ucapanku keterlaluan tadi. Aku gak tau kenapa aku bilang hal itu ke kamu. I think I've lost my mind," jelas Gita panjang, masih menunduk.

Kathrina yang mendengarkan penjelasan Gita hanya tersenyum tipis. "Bisa gak, kalo lagi ngomong itu tatap lawan bicaranya? Aku di depan kamu, bukan di bawah. Look at me, Regita," perintah Kathrina. Namun, Gita menggeleng pelan, masih menunduk, tak ingin Kathrina melihat bibirnya yang sobek akibat ulah Fadel.

Geram, akhirnya Kathrina menangkup paksa wajah Gita, menatap wajahnya lekat. "Babe. Look at me, please?" pintanya. Namun tak berselang lama, kini keningnya berkerut melihat bibir Gita yang mengeluarkan darah segar. "Siapa?"

"Aku minta maaf, Kathrina," ucap Gita berusaha mengalihkan pertanyaan dari Kathrina. "Maaf kalo aku udah berlebihan hari ini." Gita kembali menundukkan kepalanya seraya mengelus lembut jemari Kathrina yang masih menangkup wajahnya.

"Siapa yang mukul kamu, Regita Sekar Adhyaksa? Aku nanya, jawab pertanyaanku dulu. Bisa?" tegasnya dengan nada dingin yang disertai dengan tatapan tajam pula. Gita lagi dan lagi menggelengkan kepalanya, enggan menjawab.

"Gak." Gita kembali mengangkat wajahnya menatap Kathrina dalam. Tatapan yang terlihat menyakitkan itu, membuat Kathrina mengerucutkan bibirnya. "Aku gapapa. Ini karena salahku. Maafin aku karena ucapanku, ya?" Gita kembali meminta maaf, kali ini lebih tulus. Gita mengecup lembut telapak tangan Kathrina yang masih menangkup wajahnya. "Maafin aku, Kath."

Suara Gita yang bergetar, membuat Kathrina ikut merasa bersalah. "Aku juga salah, Gita." Kini Kathrina mengusap lembut bibir Gita. Dapat ia pastikan, luka itu hadir karena ulah Fadel. Ia tahu betul bahwa Fadel akan memukul siapa pun yang telah berani mengusik keluarganya, terlebih para sepupunya. "Sakit, ya?" tanya Kathrina, Gita mengangguk cepat sebagai jawaban.

"Di sini ...," ucapnya tergantung. Gita meletakkan tangan di dadanya sembari memanyunkan bibirnya layaknya anak kecil yang tengah menahan tangis. "Ini ... disini sakit, Kath." Gadis yang lebih tua lagi dan lagi menundukkan wajahnya, tak berani menatap Kathrina.

Situasi saat ini lebih terlihat seperti seorang ibu yang tengah memarahi sang anak. Padahal keduanya sama-sama salah, namun memang gengsi keduanya dapat dibilang sangat tinggi. Membuat keduanya kerap kali mengalami kesalahpahaman yang berujung dengan pertengkaran hebat.

Dengan cepat Kathrina merengkuh tubuh Gita, mendekapnya erat seraya mengelus surai panjangnya. Sesekali Kathrina mengecup pucuk kepala Gita. "Aku juga minta maaf ya, Gita. Maafin aku karena gak peka. Harusnya aku sadar kalo kamu cemburu liat aku sama Gian."

Gita mengangkat wajahnya, menatap Kathrina lekat. Gadis itu menepuk pelan pahanya, menyuruh Kathrina untuk duduk di atas pangkuannya. Gadis itu terkekeh pelan sebelum ia duduk pada pangkuan Gita. Setelah Kathrina duduk pada pangkuannya, barulah Gita leluasa untuk memeluk pinggangnya erat dan menyandarkan kepalanya pada Kathrina.

Obsessed (GitKath)Where stories live. Discover now