BAB I Incheon.

107K 4.8K 174
                                    

Matahari bersinar terlalu terik untuk pagi yang sudah lewat dari jam 08:30 waktu setempat. Setelah menempuh tujuh jam perjalanan mengudara, Anissa dan penumpang lainnya tiba di Bandar Udara Internasional Incheon.

Bandara ini merupakan yang terbesar di Korea Selatan dan merupakan salah satu yang terbesar di Asia. Fasilitas bandara ini terhitung lengkap. Tempatnya yang luas memungkinkan penumpang untuk tidak berdesakan saat memproses penerbangan. Selain itu, pusat-pusat pertokoan tersebar disetiap terminal yang terdiri dari empat lantai itu.

Anissa memberikan kode pada Yasmin untuk mengajak rombongan wisatawannya bergegas menuju tempat pengambilan bagasi sebelum lebih ramai lagi.

"Mbak," seorang tamu Anissa berbisik padanya, membuat ia segera berpaling. "Disini ada coffe shop kan ya? Aku ngantuk banget."

Anissa terkekeh, bukan bermaksud tidak sopan, tapi seingatnya tamu ini sudah tidur selama beberapa jam selama pernerbangan tadi, dan ia merasa mengantuk? Aneh bukan.

"Ada kok Mbak, disini lengkap." Anissa menjawab dengan panggilan 'Mbak' karena umur semua tamunya memang lebih tua darinya, dan semua tamunya memanggil ia 'Mbak' sebagai sopan santun. Ini kali pertamanya ia ke Korea Selatan, namun ilmu Tour Leader yang ia tempuh selama Sekolah Menengah Kejuruannya mengajarkan bahwa seorang Tour Leader memanglah harus percaya diri meski kali pertama, tentu seorang pemimpin wisata harus melakukan berbagai observasi agar tidak salah dalam mengambil setiap keputusan, pun dalam menjawab berbagai pertanyaan.

"Boleh minta antar?" Tanya Azizah–nama tamu Anissa, yang dijawab dengan anggukan, "Kalau gitu sekarang aja ya? Kopernya titip suami aja."

"Eh?" Anissa mengangkat kedua alisnya terkejut.

"Iya yuk, biar hemat waktu."

Anissa pun kembali terkekeh meng-iyakan ide tamunya. Sebelum pergi, Anissa menitipkan sebagian rombongannya pada Yasmin, sekaligus menentukan tempat janjian untuk bertemu kembali.

Terminal bandara Incheon terdiri dari panjang 420 meter dan lebar 120 meter dan tinggi 19,65 meter. Dengan keterangan tersebut, jelas bandara ini sangat luas, dan berkat petunjuk arah di Bandara yang tertera sangat jelas, Anissa bisa mengantar tamunya ke salah satu coffe shop yang berada tak jauh dari terminal tempatnya keluar.

Kring.

Pintu bel coffe shop itu berbunyi menandakan ada tamu yang baru saja masuk kedalamnya. Aroma kopi kuat tercium dan suasana hangat didalamnya terasa sangat nyaman.

Beberapa orang sedang duduk sambil menikmati kopi masing-masing, ada juga yang bergegas keluar setelah secangkir kopi berada ditangannya.

"Mba Azizah mau kopi apa?" Tanya Anissa begitu keduanya sudah berada di antrian kasir.

Antriannya tidak begitu panjang, hanya ada tiga orang didepan keduanya.

"Caramel Frappuccino, dua ya."

"Oke! Mba Azizah duduk aja, nanti Anissa yang pesenin," Anissa menunjuk kursi yang tak jauh darinya.

"Gapapa?" Anissa segera menjawabnya dengan anggukan cepat, "Oke, nanti kalau udah jadi panggil aja, biar aku bantu."

Anissa mengangkat tangannya ke dahi seperti hormat, "Siap!" tawanya.

Ia kembali menatap lurus antriannya yang tersisa dua orang lagi. Matanya melihat ke papan menu besar yang tertera dibelakang kasir. Sesekali ia mengucapkan beberapa kata hasil dari gabungan huruf hangul yang sudah ia pelajari.

Assalamualaikum OppaWhere stories live. Discover now