Energy of Akad

1.2K 14 2
                                    

Aku Andini Oktavia,
mantan guru honorer yang saat ini full time di rumah semenjak dipersunting oleh suamiku, Dilan. Dia bekerja sebagai seorang abdi negara. Kita dipertemukan secara tidak sengaja lewat media sosial. Dan berakhir di pelaminan tepat 3 bulan setelah dia bertemu denganku pertama kalinya, sepulang dia menyelesaikan satgasnya. (mungkin ini yg namanya jatuh cinta pada pandangan pertama)
Memang ya, Jodoh ga ada yang tau kapan akan datang..

Banyak anggapan orang bahwa menikah dengan seorang abdi negara adalah hal yang sangat menyenangkan..

Menikah dengan seorang abdi negara, banyak sekali tugas yang harus di kerjakan.

Selain harus menjaga nama baik suami dan keluarga, kami juga harus kuat menahan rindu yang tak bertepi ketika tugas Negara memanggil.

Hal itu membuat kami benar-benar harus menjadi sangat kuat tanpa ada suami yang menemani.

Dilan bergabung di salah satu pasukan khusus yang membuat dia jarang ada di rumah, seringnya latihan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan sudah menjadi hal yang biasa.

Awalnya memang tak biasa buatku,  gelisah ketika harus mendengar kata 'terjun'.

Meski ayahku juga seorang tentara, entah kenapa aku tak se-gelisah ini.

Ketika dia sudah bersumpah dihadapan kedua orang tuaku beberapa bulan yang lalu.

Aku pun berjanji untuk setia sehidup semati mengikutinya diamanapun ia berada.

Bahkan jika sewaktu-waktu memang harus dipindah tugaskan ke daerah terpencil pun.

#Desember 2017#

Langit yang sedikit mendung menyapu jagad raya. Ia seolah tampak ikut berdetak menyaksikan janji suci hari itu. Dekorasi akad dan pelaminan sudah terpampang rapi di depan para saksi.

Foto prewedding sudah terpasang di depan pintu masuk selamat datang.

Hari ini adalah hari bersejarah bagiku, bagaimana tidak?

Hari ini aku akan menyaksikan secara langsung, tambatan hati yang telah ku kenal selama 6 bulan di media sosial, bertemu secara langsung selama 3 hari, tunangan hanya 2 bulan, dan pengajuan nikah kantor selama 1 bulan.

Beberapa orang sering melontarkan pertanyaan yang sama,

"apa kamu yakin menikahinya?
Dia orang yang baru kamu kenal, secepat itukah? Sedangkan yang sudah bertunangan denganmu saja, kamu putuskan. Apalagi dia yang baru kamu kenal?"

Ketika aku berkata,
"jika orangtuaku merestui, kenapa tidak? karena di dunia ini restu orang tua adalah yang utama" semua terdiam. Memang aku adalah wanita egois namun tegas dalam urusan kehidupan pribadi.

Perasaan dag dig dug menerkam jantungku pagi itu. Setelan kebaya berwarna putih di hiasi dengan payet-payet menempel pada tubuhku. Balutan kerudung dan aksesoris lainnya membuatku merasa berbeda hari itu.  "ma.. Pa..  Hari ini putri kecilmu akan menjadi seorang istri untuk pertama kalinya"

Tanganku serasa panas dingin. Duduklah di sebelah orang yang paling membuatku nyaman, yaitu mama.  Dia selalu bisa membuatku merasa tenang.

Diluar sana, kulihat sudah berkumpul para undangan. Calon pengantin, saksi, ustad, pegawai KUA yang paling penting pacar pertamaku yaitu papaku.

Pa, aku tau.
Engkau adalah orang pertama yang mengkhawatirkanku ketika ku beranjak dewasa.

Pa, aku tau beban yang kau pikul selama kau mencukupi kebutuhan kami.
Aku tau,
Kau pergi bertugas hingga menjaga perbatasan Indonesia demi siapa.

Sebuah PerjalananWhere stories live. Discover now