"Lelaki sejati adalah lelaki yang tabah menghadapi lika-liku kehidupannya"

229 2 0
                                    

*DILAN POV*

Dilan: Sayang, aku sudah sampai sorong nih. Wah disini sangat indah lo pemandangannya.

Pace mace juga pada baik-baik disini.

Andini : Alhamdulillah mas sudah sampe dengan selamat, makannya abis gak di kapal ? Nanti aku ajakin pindah ya kesana. Miss you..

Dilan: Habis dong, masakan istri tercintaku. Iya sayang, tunggu waktu yang tepat nanti kita akan

kembali bersama. Kamu yang sabar ya sayang. Oiya, kalau kamu bosan dirumah mama. Boleh deh kamu kembali jadi guru lagi. Aku izinin.

Andini: Yang bener sayang? Makasih yaaa.

****

4 hari sudah aku berlayar. Meninggalkan istri tercinta.

Selama aku jadi tentara, tak pernah ku merasa sesedih ini.

Ibarat sudah jatuh, tertimpa tangga pula.

Istriku Andini, dia adalah seorang yang setia, ceria, tegas, jujur, apa adanya, keras kepala dan selalu menomor satukan harga diri.

Dia selalu bilang padaku, "aku tidak akan pernah terima, bila seseorang sudah mengusik harga diriku ataupun keluargaku"

Tapi, harga diriku adalah NKRI. Selimutku adalah seragamku. Aku bangga pada istriku, karena dia adalah wanita pemberani yang bisa mengemukakan aspirasinya ketika ada suatu hal yang tidak benar.

Maafkan aku istriku,

Aku tidak bisa memberimu rumah mewah bertingkat hingga menjulang ke atas.

Aku tak mampu memberimu mobil mewah yang nyaman.

Aku juga tak mampu berada di sampingmu ketika kau merasa terpuruk.

Yang aku punya untukmu adalah sebuah kartu, yang mungkin bisa membuat kebutuhanmu terpenuhi.

Aku tak butuh kartu itu. Karena aku bisa hidup survive disini. Dengan lingkungan yang masih sangat alami, aku sudah terbiasa.

Aku hanya butuh kamu bahagia, aku hanya butuh kamu menungguku di depan pintu ketika aku pulang untuk pembinaan keluarga setiap 3 bulan sekali.

Memang gajiku tak seberapa, tapi InsyaAllah itu cukup bila kita selalu bersyukur.

Andai kau tahu sayang, betapa sulitnya disini.

Betapa mahalnya harga kebutuhan pokok disini.

Betapa kacaunya disini, kurangnya sarana dan prasarana yang memadai. Jauhnya tempat-tempat persinggahan untuk sekedar bercengkrama dengan teman.

Betapa jauhnya medan yang harus ku tempuh untuk berangkat ke markas.

Jatuh di jalan dengan jalanan yang berlubang, sudah makanan kami disini.

Menahan rindu, menahan lapar sudah bisa kami lakukan dahulu, jadi kami gak seberapa kaget.

Sayang....

Aku rindu, masakanmu setiap pagi.

Bekal yang kau bawakan setiap aku mau berangkat kerja, tak lupa sayur dan buahnya.

Kecupan manja yang selalu kau layangkan padaku.

Mungkin, mereka yang tak bisa bertahan disini akan kabur.

Tapi aku dan teman-temanku, bertahan sesakit apapun itu. Seberat apapun itu, karena nanti anak-anak kami akan bangga dengan korps yang kami jalani.

Tetap kuat sayang...

Dan tunggu kepulanganku, jikalau disini kondisi sudah memungkinkan.

Akan kuajak kamu bersama denganku, memulai kehidupan baru di tanah rantau.

Sebuah PerjalananWhere stories live. Discover now