"Setidaknya, kamu telah merasakan degupan cinta dariku untukmu"

196 5 0
                                    

Ibu...

Maafkan aku, karena belum saatnya kita bertemu. Aku tidak mengerti apa yang sedang Tuhan rencanakan untuk Ayah dan Ibu. Aku juga tidak bisa memahami, kenapa Tuhan memanggilku lagi. Mungkinkah aku punya salah bu?

Aku senang dapat mendengar suara jantung ibu dari dalam. Aku senang ketika Ayah mengelus perut ibu dan menciumnya.

Ibu, tahukah engkau ? Aku merasa takut. Ada orang yang berusaha menggangguku di dalam sana.

Tapi tenang saja...aku kuat melawannya..Ketika aku hampir mengalahkannya, tiba-tiba Tuhan memaksaku untuk kembali padanya.

Aku akan melihat ibu dan Ayah dari sini. Akan ku pantau orang-orang yang akan berbuat jahat kepada kalian. Kalian yang sabar ya dalam penantianku.

-kusuma-

Dengan menggunakan mobil dinas, aku dan Dilan pulang ke rumah kita. Disana sudah ada keluarga kita yang menunggu. Aku turun dari mobil dengan berjalan sempoyongan. Ku masuki rumah, kulihat sudah ada sebuah kendi dan kain putih sudah siap untuk digunakan.

Dilan mencuci janin yang telah dikeluarkannya dari tempat yang diberikan oleh pihak rumah sakit. Lalu dia mengumandangkan adzan, dia balut dengan kain putih dan di tanam dalam kendi. Sebelum dia pergi ke makam. Dilan melaksanakan sholat ashar terlebih dulu. Kulihat matanya sangat bengkak akibat air mata yang bercucuran. Setelah sholat ashar, dia bergegas untuk pergi menguburkan anaknya tepat di sebelah makam neneknya. Yah ! nenek yang menemuiku dulu di dapur, yang tiba-tiba menghilang.

"sayang, kamu mau kasih nama apa untuk anak kita ? Tanya dilan padaku.

"Aku ingin kasih nama dia kusuma, artinya abadi, dia anak kuat anak hebat" sambil melamun dan meneteskan air mata aku menjawab pertanyaan Dilan.

"Sayang... kamu tiduran ya di kamar. Aku bantu" ajak Dilan.

Aku berjalan menuju kamar. Kulihat banyak darah yang berceceran dimana-mana. Bau amis yang menyengat mengikat hidungku.

"Darah.. itu banyak darah sayang. Di lantai. Di kasur semua bau darah. Aku gak mau tidur disini. Aku gak mau" Aku memejamkan mata dan menutup telingaku seperti orang yang benar-benar ketakutan. Aku trauma atas kejadian kemarin.

"Mana ada darah sih sayang? Sudah aku bersihkkan. Bahkan sudah aku pel lantainya, pakai pewangi. Kasurnya sudah aku cuci juga" jawab Dilan

"itu sayang, aku gak mau pakai kasur ini aku mau ganti kasur. Aku gak mau tidur dengan darah. Aku gak mau tidur disini!" Teriakku pada Dilan sambil menagis tak henti-hentinya.

"iya..iya aku ganti. Kamu tidur di kamar ibu dulu ya. Sebentar lagi aku sama Bapak mau pergi ke makam. Mau nguburin anak kita" Dilan membopongku untuk beristirahat di kamar ibu.

Aku pun tiduran di kamar mertuaku. Dengan menghadap ke jendela kamar dan memeluk kedua kakiku. Kurasakan ada seorang anak kecil yang sedang mengawasiku dari belakang. Kulirik kebelakang. Seperti anak dalam mimpiku. Lalu dengan cepat ku toleh dan terduduk. Ku kejar hingga ruang tamu depan. Tapi nihil.

Ku tunggu Dilan di teras rumah dengan tatapan mata kosong. Dilan pun datang bersama Ayah mertuaku.

"Loh sayang, kok disini. Kamu harus banyak istirahat. Ayo aku antar ke kamar ibu lagi"

"Sayang... tadi aku liat anak kecil di belakang aku. Dia sepertinya sangat sedih. Aku gak bisa lihat mukanya'

"anak kecil? Mana ada? Ah kamu sedang berhalusinasi mungkin"

"Beneran aku gak boong sayang... itu jelas anak kecil yang di mimpi aku tadi pagi"

"Sayang, mandi aja deh biar seger. Ayo aku sudah menyiapkan air hangat buat kamu mandi"

Sebuah PerjalananWhere stories live. Discover now