3. Dried Flowers

534 114 7
                                    


***

"Sooyoung-aa, kau naik saja dulu, nanti kopermu kubawakan naik."

Sooyoung yang lelah hanya mengangguk, ia pun segera keluar dari van. Berjalan masuk ke dalam dan segera menaiki lift yang akan mengantarkannya ke lantai dimana apartemennya berada. Ia melirik ke arah layar ponselnya sejenak untuk melihat jam sebelum pintu liftnya terbuka.

"Mwoya...?" ucapnya lirih begitu pintu lift, ia sebenarnya terkejut tapi tubuhnya terlalu lelah untuk mengeluarkan teriakan.

Ia pun berjalan menuju pintu apartemennya, dimana tepat didepan pintu Sehun tertidur dengan posisi duduk bersandar pada pintu. Sooyoung bisa mencium bau alkohol bahkan hanya dengan berdiri didekatnya. Ia pun hanya diam sambil menunggu manajernya datang.

Tak lama kemudian pintu lift terbuka, Jaewon berjalan keluar dari lift sambil menarik koper Sooyoung. Ia melihat ke arah Sooyoung dengan tatapan bingung. Ia berhenti di samping Sooyoung sambil menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Sehun.

"Apa perlu ku antarkan dia kerumahnya? Atau kita panggil supir pengganti?" tanya Jaewon pada Sooyoung.

Sooyoung berpikir sejenak, sudah jam 2 pagi, ia tak ingin mengganggu siapapun dirumah Sehun, "Bisakah Oppa membawanya masuk, biar dia tidur disini?" jawab Sooyoung.

"Arraseo."

***

Sehun membuka matanya perlahan sambil memegangi kepalanya yang sakit. Ia mencoba bangun, tapi karena kepalanya terasa sakit, ia menyerah ia kembali dan duduk bersandar pada headboard ranjang tempatnya tidur. Beberapa saat kemudian dia baru menyadari bahwa dia tidak berada di kamarnya melainkan di kamar yang terasa asing baginya.

"Aish..." ucapnya begitu ingat apa yang dia lakukan semalam dan secara tidak langsung dia bisa menyimpulkan dimana dia sekarang, yaps dia berada di kamar Sooyoung, wanita yang sudah menjadi 'kekasih'-nya setahun ini.

Matanya menyusuri setiap sudut kamar yang menurutnya terlalu gelap sebagai kamar seorang perempuan. Tapi mungkin karena tirainya belum dibuka dan juga hanya lampu tidur yang menyala. Ntahlah.

Setelah kepalanya tidak begitu sakit, Sehun keluar dari kamar Sooyoung. Dan ia melihat Sooyoung di dapur yang sibuk mengupas wortel. Begitu melihat Sehun, Sooyoung menghentikan aktivitasnya, ia mengambil sebuah gelas dan menuangkan air hangat serta menambahkan madu.

"Duduklah dan minum ini." ucap Sooyoung sambil metelakkan gelas tadi diatas meja makan.

Sehun hanya menurut, ia pun segera meminum air madu yang Sooyoung berikan untuk meredakan hangover-nya. Sooyoung sendiri segera melanjutkan aktivitasnya, setelah mencuci apel, tomat, dan wortel ia memotong-motongnya dan memasukkannya ke dalam juicer. Setelah selesai Sooyoung pun meminum jus itu sebagai sarapannya.

"Kau bisa duduk di sini dan meminumnya. Kenapa berdiri di situ?" ucap Sehun.

Sooyoung meletakkan gelasnya, "Oppa, kau pasti tidak sadar bagaimana kuatnya bau alkohol yang kau minum semalam. Kau ini sebenarnya minum atau menumpahkannya dibajumu?" balas Sooyoung, "Aku mungkin menyukai wine dan aromanya, tapi untuk yang lain aku tidak tahan dengan baunya."

"Mian." ucap Sehun, ia meminum air madunya lagi, "Lalu bagaimana kau tidur semalam kalau kau tidak tahan dengan bau alkohol?" tanya Sehun.

"Kau pikir aku tidur denganmu? Apa kau gila?" ucap Sooyoung, "Asal kau tahu, aku baru saja pulang semalam, aku tidak bisa tidur, mungkin karena jetlag." jawab Sooyoung.

"Ah, iya, aku lupa kalau kau pergi ke Milan. Tapi untunglah kau pulang semalam, kalau tidak aku pasti masih berada di depan pintu."

"Kenapa juga Oppa malah kemari?" ucap Sooyoung sambil pergi meninggalkan Sehun yang masih duduk di meja makan.

Tak lama kemudian Sooyoung kembali membawa satu stel pakaian, sebuah t-shirt hitam dan celana bahan berwarna mocca. Ia meletakkannya meja makan, tepat di depan Sehun.

"Mandilah dan ganti pakaianmu dengan ini." ucap Sooyoung dan kemudian pergi meninggalkan Sehun.

***

Setelah mandi, Sehun kembali ke kamar Sooyoung untuk mengambil ponselnya. Sooyoung bilang dia meletakkan ponsel Sehun di meja di samping tempat tidurnya. Sehun mencoba menyalakan lampu, tapi percuma lampu di kamar Sooyoung mati, hanya lampu tidur yang bisa dinyalakan atau dimatikan. Ia pun membuka tirai agar kamar Sooyoung lebih terang dan ia bisa lebih mudah mencari ponselnya.

Begitu tirai kamar Sooyoung dibuka, Sehun bisa lebih jelas melihat isi kamar Sooyoung. Ia juga bisa menemukan ponselnya. Ia pun mengambil ponselnya yang berada di sebelah sebuah vas bunga, tapi bunga dalam vas itu kering. Dan ia pun menyadari bahwa setiap bunga yang ada di apartemen Sooyoung, di ruang depan, dapur, bahkan di meja makan, semuanya bunga kering. Bukankah perempuan seharusnya menyukai bunga yang berwarna, yang indah, bukannya bunga kering yang warnanya dominan dengan dengan warna cokelat.

"Oppa, apa kau sudah menemukan ponselmu?" tanya Sooyoung yang tiba-tiba masuk.

"Sudah." jawab Sehun sambil menunjukkan ponselnya, "Sooyoung-aa, sepertinya lampu kamarmu mati, lebih baik kau menyuruh orang untuk menggantinya." lanjut Sehun.

"Aku tahu, tapi aku tidak berencana untuk menggantinya. Aku lebih menyukai saat kamarku tidak terlalu terang, terkadang aku lebih merasa nyaman seperti itu." ucap Sooyoung.

"Aaaa.. begitu. Apa kau juga nyaman dengan bunga kering? Bukankah akan lebih indah jika kau menggunakan bunga hidup, lebih berwana."

"Oppa, setiap orang punya selera sendiri-sendiri. Tak ada salahnya kan menyukai bunga kering, mereka juga cantik." jawab Sooyoung, "Oppa, bukankah kau tadi bilang ada pertemuan penting hari ini." lanjut Sooyoung mengingatkan Sehun.

"Astaga. Aku harus pergi sekarang." ucap Sehun sambil beranjak pergi, "Aku akan menelponmu nanti." ucapnya lagi sebelum menghilang dibalik pintu.

Sooyoung hanya menganggukkan kepalanya tanpa melihat Sehun pergi. Matanya justru melihat ke arah bunga yang ia bicarakan tadi dengan Sehun. Ia menutup kembali tirai kamarnya, kemudian mendekati bunga miliknya itu dan menyentuhnya dengan hati-hati.

"Sejujurnya aku tidak suka." ucapnya lirih, "Tapi bukankah bunga menggambarkan hati seseorang, bunga ini tidak hidup, juga tidak mati. Aku rasa hatiku juga seperti itu."


*****

PRETENCEWhere stories live. Discover now