5. White Tulips (1)

329 81 1
                                    


Sehun melangkah pelan, hanya diam sambil menatap satu per satu lukisan yang terpajang rapi di salah satu galeri lukisan yang sering dia kunjungi. Sudah menjadi kebiasaannya untuk mengunjungi galeri lukisan jika ada sesuatu yang sedang ia pkirkan dan kebetulan juga dia berniat untuk mengganti lukisan di kamarnya. Dan langkah Sehun berhenti di depan sebuah lukisan.

 Dan langkah Sehun berhenti di depan sebuah lukisan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Haruskah aku segera mengikatnya?"

Permintaan Sooyoung beberapa hari yang lalu membuat Sehun berpikir tentang hubungannya dengan Sooyoung. Jelas dia tidak mau mengakhirinya, dia khawatir Sooyoung akan meminta perpisahan lagi. Ia juga menjadi bertanya-tanya, kenapa dia menginginkannya? Apakah ada orang yang dia cintai, tapi bukankah dia bilang tidak percaya dengan cinta.

Sehun masih memandangi lukisan itu sampai seorang mengejutkannya. Sehun pun berbalik dan begitu mengetahui orang yang menepuk pundaknya, dia langsung membungkuk dan memberi salam.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya orang itu yang tak lain adalah ayah Sooyoung.

Sehun hanya tersenyum, "Hanya melihat-lihat, kebetulan saya juga berencana mengganti lukisan di rumah. Abonim sendiri?" ucapnya.

"Aku ada janji dengan seseorang." jawabnya.

"Hmmm...Abonim..." Sehun menahan untuk melanjutkan kalimatnya.

"Ada apa?" tanya ayah Sooyoung.

"Apa Sooyoung sudah berangkat di Jeju? Apa Abonim tau kapan dia pulang? Kami sedang bertengkar, jadi beberapa hari ini kami tidak saling menghubungi." ucap Sehun pada akhirnya.

"Dia berangkat tadi pagi-pagi sekali sepertinya dia kembali besok. Kalau kau belum ingin menghubungi Sooyoung, tanya saja pada Jaewon." jawab ayah Sooyoung.

"Jung manajer? Dia ikut ke Jeju?" tanya Sehun.

"Bukan dia yang ikut, tapi alasan Sooyoung di Jeju adalah dia, ibu Jaewon tepatnya. Tenang saja Sooyoung dan Jaewon sudah seperti kakak adik." jawab Ayah Sooyoung, "Astaga, aku harus segera pergi. Lain kali datanglah ke rumah dengan Sooyoung untuk makan malam." lanjut ayah Sooyoung yang kemudian buru-buru pergi.

Sehun pun hanya tersenyum dan membungkuk untuk untuk mengucapkan selamat tinggal.

***

Sehun duduk di sofa di kamarnya, tangannya sibuk membolak-balik ponselnya. Haruskah dia menghubungi Sooyoung atau Jaewon atau tidak keduanya. Hampir satu jam dia terus berpikir, tapi akhirnya dia memutusan untuk menghubungi Sooyoung. Harusnya Sooyoung dan Jaewon sudah menyelesaikan upacara peringatan kematian ibu Jaewon pikir Sehun juga sebelum malam semakin larut.

"Yeoboseyo. Sooyoung-aa..."

"...."

"Aniya. Aku hanya bertanya-tanya bagaimana keadaanmu, setelah hari itu kita sama sekali tidak saling menghubungi."

"...."

"Kau sedang di pantai?"

"...."

"Sooyoung-aa? Sooyoung-aa?"

Dan panggilan terputus begitu saja dan tepat sebelum Sooyoung memutus panggilan itu Sehun mendengar seseorang datang dan mengucapkan "saeng il". Dan Sehun itu membuat Sehun berpikir, mungkinkah ulang tahun Sooyoung yang sebenarnya adalah hari ini atau mungkin besok, tapi ini masih jam 10 malam. Hari ini, hari ini adalah ulang tahun Sooyoung pikirnya.

***

Sooyoung merapatkan kardigannya, angin di tepi pantai memang sangat kencang. Tapi walaupun demikian Sooyoung tetap menyukainya, aroma pantai, ombak yang bergulung, ditambah cuaca malam hari yang begitu bagus. Dia kemudian duduk di atas pasir, memejamkan matanya sesekali untuk menghayati dan menikmati suasana malam itu.

Baru beberapa menit, tiba-tiba ponselnya berbunyi menandakan ada panggilan yang masuk. Ia pun segera mengambilnya dari saku kardigannya, melihat nama Sehun tertera di layar baru kemudian menerima panggilannya.

"...."

"Hmm Oppa, ada apa?"

"...."

"Mian, karena aku akan ke Jeju beberapa jadwalku di majukan, jadi aku sangat sibuk."

"...."

"Hmmm, kau dengar suara ombaknya?"

Sooyoung masih menerima telepon tapi Jaewon tiba-tiba datang membawa kue dan menyanyikan lagu selamat ulang tahun untuk Sooyoung, Sooyoung yang melihatnya langsung bergegas menutup teleponnya.

"Oppa, mian." ucapnya pada Sehun dan langsung menutup telpon.

Jaewon ikut duduk disamping Sooyoung membawa sebuah kue kecil, tapi lilinnya tidak menyala karena tertiup angin pantai. Dia masih mencoba menyalakannya dan membuat Sooyoung tertawa.

"Oppa, hentikan saja, lilinnya akan terus mati." ucap Sooyoung.

"Baiklah aku menyerah. Kalau begitu kita berpura-pura saja lilinnya menyala dan kau meniupnya.' ucap Jaewon.

"Arraseo." balas Sooyoung.

Sooyoung kemudian kemudian menutup matanya, mengucapkan doanya dalam hati, ntah akan terkabul atau tidak karena lilinnya tidak menyala tapi dia tetap meniup lilinnya. Dan begitu ia membuka matanya dilihatnya Jaewon tersenyum melihatnya.

"Aku tidak menyangka Oppa ingat." ucap Sooyoung.

"Aku selalu ingat, hanya saja aku tahu dengan siapa kau ingin merayakannya. Itu kenapa aku selalu memberimu hadiah setelah aku pulang dari Jeju. Tapi hari ini kau bersamaku, jadi aku harus merayakannya." jawab Sooyoung.

"Tapi kenapa kuenya kecil..." ucap Sooyoung dengan ekspresi kesal yang dibuat-buat.

"Yaaa, kau tau betapa sulitnya mendapatkan ini di sekitar sini, apalagi sudah malam begini." jawab Jaewon yang membuat Sooyoung tersenyum.

"Jadi hadiah apa yang kau inginkan?"

"Hmmm...." Sooyoung berpikir sejenak, "Ada sesuatu yang aku inginkan, sesuatu yang setiap tahun selalu ada, tapi tahun lalu aku tidak mendapatkannya..."

Jaewon menatap Sooyoung, memperhatikan raut wajahnya, ekspresinya berubah, yang tadinya tersenyum menjadi sendu. "Sooyoung-aa ..." ucap Jaewon lirih.

Tapi Sooyoung tiba-tiba tersenyum, senyum palsu, ia melihat ke arah Jaewon, "Bunga tulip putih. Tahun lalu tidak ada yang memberikannya untukku."

PRETENCEWhere stories live. Discover now