16. mamah di mana?

2.3K 166 8
                                    

"Non, non Mellysa kenapa non?" tanya bi Jumi khawatir, saat melihat Mellysa pulang dalam keadaan basah kuyup.

"Aku baik-baik aja bi," jawab Mellysa seraya tersenyum. Senyuman yang menyimpan beribu luka di dalamnya.

"Bibi Anterin ke kamar ya non?" Mellysa hanya menganguk sebagai jawaban, kepala nya benar-benar pusing kakinya sudah tidak kuat menahan beban tubuhnya.

Semuanya gelap Mellysa sudah tidak bisa melihat apapun lagi, ia hanya mendengar suara bi Jumi yang berteriak frustasi.

Bi Jumi dan para pelayan lain nya, langsung membawa tubuh Mellysa ke kamarnya. Pelayan di rumah ini memang banyak. Hampir sebelas orang, belum termasuk supir. Namun hanya bi Jumi yang dekat dengan Mellysa.

Agatha sengaja memperkerjakan banyak pembantu di rumah nya, ia melakukan itu supaya Mellysa tidak kesepian. Namun bukan itu yang Mellysa inginkan, dia hanya ingin mendapat kasih sayang seorang ibu. Dia hanya ingin Agatha selalu bersamanya. Namun Agatha lebih mementingkan pekerjaan nya sebagai wanita karier.

"Ya ampun, non Mellysa panas, tolong ambilkan kompresan!" perintah bi Jumi kepada salah satu pelayan. Pelayan itu menganguk, kemudian berlalu dari sana.

"Non, bangun non."

Tak lama kemudian Mellysa membuka matanya, hal yang pertama ia lihat adalah bi Jumi yang tengah mengompres dirinya.

"Mamah dimana bi?" tanya nya begitu lemah, gadis itu terlihat tak berdaya di atas kasur. Tatapan nya kini berubah sendu.

"Nyonya belum pulang non," jawab bi Jumi jujur, karena sudah hampir empat hari lamanya Agatha tidak pulang ke rumah, bi Jumi terlihat sangat sedih melihat keadaan Mellysa, mungkin nona besar nya, itu membutuhkan ibunya sekarang.

"Aku pengen ketemu mamah bi, aku butuh dia. Aku pingin di rawat sama mamah, bukan sama bibi." Mellysa mengambil sebuah figura kecil, yang di letak kan, di atas nakas nya. Ia memeluk nya begitu erat, itu adalah foto Agatha bersama Mellysa, saat Mellysa berusia lima tahun. Papahnya yang menjepretnya.

"Mamah dimana? Aku butuh mamah sekarang." Mellysa mengusap foto Agatha yang ada di figura itu, " mamah kaya nya, udah ga peduli ya sama aku?" gumam Mellysa begitu menyedihkan.

Mellysa menatap bi Jumi penuh harap, "bi, tolong bilang sama mamah, kalo aku sakit. Suruh dia pulang bi, aku mohon kali ini aja bi."

"Non, tunggu bentar ya, bibi telepon nyonya Agatha dulu." Mellysa tersenyum simpul.

Bi Jumi mengeluarkan sebuah ponsel jadul dari dalam saku rok nya, ia mencari kontak Agatha sebentar, kemudian menelpon nya. Ada rasa takut dalam dirinya. Saat akan menelepon Agatha.

"Ada apa?" tanya Agatha to the poin, saat telepon nya sudah tersambung.

"Anu, nya, non Mellysa sakit, katanya dia pingin nyonya pulang."

"Bilang sama dia jangan manja! Saya masih banyak kerjaan."

Tutt

Sambungan telepon terputus begitu saja, bi Jumi langsung mengalihkan pandangan nya, pada Mellysa yang sudah menitikkan air mata.

"Mamah pasti gamau ya bi?"

Bibir mungil nya bergetar hebat, "padahal aku ga pernah di rawat sama mamah, aku ga pernah dapet kasih sayang dari mamah sejak kecil, bibi juga tau kan? Aku cuman butuh mamah sekarang, tapi kenapa mamah gamau datang bi? Apa mamah ga sayang sama aku? Apa mamah udah ga peduli lagi sama aku? Aku cuman ingin dapet perhatian sedikit aja," Mellysa mengucapkan kalimat panjang itu sambil menangis.

"Non, non ga boleh gitu. Masih ada bibi di sini. Masih ada den Antares yang sayang sama non, dan temen-temen non, yang lain." bi Jumi membawa tubuh ringkih Mellysa ke dalam pelukan nya, ia mengusap punggung kecil Mellysa, guna menenangkan nya.

Antallys [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang