18. lapangan

2.1K 142 10
                                    

Untuk siswi bernama Mellysa Alvionnella Xaveera, di mohon untuk segera ke lapangan.

Mellysa yang tengah meminum pop ice rasa mangga, langsung tersedak saat namanya di sebut. Nazwa dan Rere juga sama terkejut nya dengan dirinya.

"Ci, lo di suruh ke lapangan tuh," ucap Rere yang tengah mengelap mulutnya dengan tissue.

"Perasaan gue ga punya salah apa-apa, kok tiba-tiba di suruh ke lapangan sih."

"Lo kek lapangan aja dulu." Nazwa memberikan saran.

"Re anterin gue ke lapangan yu." Mellysa menarik tangan Rere untuk ikut bersama nya. Rere hanya diam di tempat nya dia sedang dalam tahap males gerak.

"Gue anterin, tapi lo gendong gue, mau kagak?"

Mellysa mendengus, bayangkan saja tubuh Rere dua kali lebih besar dari tubuhnya, mana bisa ia mengendong nya, bisa-bisa tubuh nya gepeng saat mengendong Rere.

"Ogah, badan lo aja kaya gajah mana bisa gue gendong lo!"

"Yaudah," ucap Rere acuh. Tiba-tiba terlintas ide jail di pikiran Mellysa, dia berjalan sedikit menjauh untuk melancarkan aksinya.

"Yang mau minta tisyue bisa hubungi Rere, ya sahabat," Teriak Mellysa nyaring, hampir setengah dari seisi kelas langsung berebut meminta tissue kepada Rere, kelas mereka memang tipe kelas, yang minta satu, minta semua baik barang ataupun makanan.

"Oci dasar gtm lo!" teriak Rere marah karena tissue yang baru di belinya langsung habis dalam sekejap, padahal ia sudah berusaha menyembunyikan nya agar tidak di minta. 

"Sama gue aja yu ci, ke lapangan nya, gue juga mau ngisi sepidol ke tu," ucap Nazwa yang baru saja menghapus papan tulis.

Mellysa tersenyum lebar ke arahnya, untung saja Nazwa mau mengantar nya, jika tidak dia akan sendirian ke lapangan. Mellysa dan Nazwa berjalan beriringan keluar kelas.

"Wa kenapa air ga bisa di ulek ya?" tanya Mellysa mencairkan suasana.

"Karena takdir." jawaban acuh dari Nazwa, membuat Mellysa cemberut karena Nazwa memang tipe cewek yang susah di ajak bercanda.

"Ehh wa liat deh, kok lapangan rame banget ya?" Mellysa menujuk lapangan, dengan jari telunjuk nya.

"Gue juga, gatau ci."

Nazwa masuk ke dalam ruangan tu, untuk mengisi ulang tinta sepidol, sedangkan Mellysa menunggu di luar.

"Kakak yang namanya Mellysa ya?" tanya seorang wanita berpipi Chubby, yang di ketahui adalah adik kelasnya.

"Bukan nama gue Milkita," jawab Mellysa berjanda. Maksudnya bercanda.

"Yang bener kak?"

"Emang muka gue keliatan bercanda?" Mellysa sedikit membungkuk, untuk menyamakan tinggi nya. Adik kelas itu tinggi nya hanya sebatas dada Mellysa, entah Mellysa yang terlalu tinggi, atau adik kelas itu yang tumbuh nya ke samping.

"Tapi di bet kakak, ada tulisan nya Mellysa kelas XII IPS 3." adik kelas itu menatap bet nama di sebelah kanan dadanya.

"Apa lo natap-natap dada gue segala? Wah kecil-kecil otak lo mesum ya." Mellysa melebarkan matanya, yang membuat adik kelas itu mundur satu langkah.

"M-maaf kak, aku cuman liat bet kok, bukan susu kakak."

"Lo bilang apa? Susu? Astagfirullah, kalo punya mulut tuh saring dong! Ga ada tuh istilah nya susu, yang ada tuh payudara, gunung kembar, buah dada kek." Mellysa tidak marah, ia hanya bercanda.

"Mending kakak ikut, aku aja ke lapangan yu." Adik kelas bernama Syifa itu, mencoba meraih tangan kanan Mellysa, dengan gerakan secepat kilat Mellysa langsung menjauhkan tangan nya.

"Kalo gue ikut lo dapet apa?"

"Dapet susu gantung kak!" adik kelas itu langsung membawa Mellysa ke tengah lapangan.

Mellysa lupa jika ia meninggalkan Nazwa sendirian di sana. Mellysa tidak mau memikirkan nya, ia lebih memilih untuk ikut bersama Syifa. Setelah sampai di sana, Mellysa melihat Antares yang tengah bermain gitar di tengah lapangan.

"Milkita, lo masih marah sama gue?" teriak Antares, cowo itu masih belum beranjak dari duduknya. Tanpa berniat menghampiri nya, kejadian itu di tonton oleh banyak murid. Mellysa tidak suka jika sudah menjadi pusat perhatian, seperti ini.

"Antares lo apaan sih!" Mellysa berjalan mendekati nya, dengan emosi yang sudah di ujung.

"Gue bilang, lo masih marah sama gue?"

"S-siapa yang marah sama lo?!" cewek  bertubuh tinggi itu, sangat gugup karena di perhatikan oleh murid lain.

"Kalo lo ga marah sama gue, kenapa kemaren lo putusin gue?" tanya Antares, para siswi yang diam-diam menyukai Antares, terlihat menggerutu sebal.

"Gue ga mutusin lo!"

"Kalo gitu pakai lagi cincin nya!" Antares memberikan cincin nya pada tangan Mellysa.

Mellysa bingung, harus memakai cincin itu lagi atau tidak. Jika ini bukan tempat umum pasti Mellysa akan memaki-maki Antares.

"Kenapa ga di pake? Katanya lo ga marah sama gue?"

"Iya-iya!" Mellysa langsung memakaikan cincin itu, ke jari manis nya. Antares mengembangkan senyum nya. Senyuman yang membuat kaum hawa berteriak histeris.

"Res lo pacaran sama dia?" tanya Vanessa, cewek berambut keriting itu menatap Mellysa tidak suka.

"Gue udah pacaran sama Mellysa, sejak empat bulan yang lalu." Antares menjawab pertanyaan Vannesa sambil menaikkan dagu nya.

"Gila lo Res! Pacaran sama cewek bodoh kaya gitu." Mellysa hanya mendengar kan hinaan Vanessa, tanpa berniat membalasnya. Mellysa hanya ingin cari aman.

"Lo yang gila, lo yang bodoh! Cewek gue lebih segalanya dari lo, jadi gue ingetin sama lo, atau yang lainnya. Jangan pernah ganggu Mellysa! Kalo sampai gue denger kalian ganggu Mellysa, urusan nya sama gue!" Antares mengatakan nya dengan nada serius, cowok itu memang bukan badboy, tapi Antares adalah ketua eskul yang terkenal galak, itu sebabnya Antares di takuti di sini.

Di keroyok dua puluh orang aja kalah lo, pake so soan, ngancam orang! Mellysa tersenyum miring.

"Sekarang bubar!"

Kini hanya ada Mellysa dan Antares saja di lapangan, karena Antares telah membubarkan mereka semua. Akhirnya Mellysa bisa bernapas lega.

"Mau dengerin gue nyanyi ga?" tanya Antares sambil memetik senar gitar.

"Ogah!"

Antares mulai menggerakan tangan nya untuk, memetik senar gitar dan perlahan jarinya mulai memetik gitar, berwarna hitamnya itu. Cowok itu mulai bernyanyi dengan suara nya yang merdu.

memenangkan hatiku
bukanlah satu hal yang mudah
kau berhasil membuat
ku tak bisa hidup tanpamu.

menjaga cinta itu
bukanlah suatu hal yang mudah
namun tak sedetik pun
tak pernah kau berpaling dariku
beruntungnya aku dimiliki kamu.

kamu adalah bukti
dari cantiknya paras dan hati
kau jadi harmoni saat ku bernyanyi
tentang terang dan gelapnya hidup ini.

"Dasar cowok Rese! Ga jelas, so kegantengan." Mellysa menjeda sejenak perkataan nya, "nyanyian lo pales, ga ada bagus-bagusnya!"

"Dasar cewek aneh. Di nyanyiin kaya gini bukanya baper, malah marah-marah ga jelas!"

"Sorry ya, gue ga bakal baper sama lo! Pake acara nyanyi segala lagi, lo pikir gue bakal baper apa?"

"Emang siapa yang baperin lo? Ga usah geer deh!"

"Oh, yaudah!" Mellysa langsung berjalan meninggalkan Antares sendirian di lapangan.

"Milkita, rok belakang lo berdarah!"

Antallys [Completed]Where stories live. Discover now