𝒞𝒽𝒶𝓅𝓉𝑒𝓇 𝟦 - 𝒟𝒾𝓇𝓉𝓎 𝒫𝑒𝑜𝓅𝓁𝑒

56K 5.6K 95
                                    


"Kyaaaaa!!!"

Dua wanita anggun yang berdiri di depanku berteriak hampir bersamaan. Tanpa belas kasihan aku mencabik-cabik rambut Briana yang tergulung indah itu, tapi sayangnya Diora, wanita yang ada di sampingnya, berusaha menarik tanganku. Dengan cepat aku membuang tangannya sampai dia tersungkur.

"Kau gila ya?!"

Briana berbalik dan berhasil mengambil beberapa helai rambutku. Aku tidak pernah menyukai pertengkaran seperti ini sebelumnya, aku lebih memilih menggunakan pedang jika benda itu tersedia di dekatku sekarang.

"Dia lebih pantas kau sebut ayah! Berani-beraninya kau mendekatinya!!" Kataku dengan wajah galak.

Kepalaku terasa perih saat wanita itu juga menjambakku dengan kedua tangannya. Semakin perih, semakin pula aku mengacak-ngacak rambut merahnya itu. Aku harus memberinya pelajaran!

"Kau yang duluan menggoda kakakku!! Anak pungut sialan! Kakakku tidak akan pernah menikahimu!"

"Aku akan membunuhmu jika mendekati ayahku lagi!!"

"Lady!!!" Belum puas menjambak rambutnya, tubuhku di tarik oleh Riel yang ternyata sudah berada di belakangku.

"Lepaskan aku!" Aku membabi buta, ingin rasanya mengoyak wajah wanita yang ada di depanku itu. Briana pun berontak saat Diora mencoba menjauhkannya dariku.

"Penggoda sialan!" Dia lalu berhasil melepaskan diri dari Diora dan berusaha menarik rambutku lagi. Aku langsung menarik telinga dan beberapa rambutnya begitu wanita itu mendekatiku.

"Setidaknya aku tidak menggoda ayahmu!! Benar-benar samp*h!" Belum puas rasanya jika belum melukai wajah wanita itu, tapi kemudian dia menarik gaun ungu yang kukenakan seenaknya.

KREEK!

Lengan gaunku robek akibat tangannya yang kasar itu. "Kau benar-benar!!!!" Saat aku ingin meraup wajahnya, Riel menarikku lagi. Sial! Sial! Aku mengutuknya dalam hati.

"Beraninya kau merobek bajuku!!" Umpatku lagi sambil meronta-ronta tak karuan.

"Pergilah dari sini penggoda sialan!!"

"Hentikan!!" Aku baru sadar Diora dari tadi berteriak keras sambil mencoba menarik mundur lawanku itu, tapi dia tampak sangat kewalahan.

Saking geramnya, aku sampai menendang lutut Riel dengan sepatu tinggiku dan dia akhirnya melepaskan cengkeramannya. Seperti banteng yang keluar dari kandangnya, aku langsung menerjang Briana hingga kami berdua berguling di tanah.

"Aku akan membunuhmu!"

"Aku duluan yang akan melakukannya!"

"Diam kau br*ngsek!"

"Aku akan mengatakan semuanya pada kakakku! Kau anak pungut tidak tahu diri!"

Aku sampai tidak sadar telah menarik kasar anting-anting besarnya dan mencakar pipinya, tapi dengan bringas wanita itu juga mengoyak sedikit kulit di bagian bahuku. Aku tidak menyangka dia lebih barbar dariku.

"Katakan sekali lagi, mulutmu akan kurobek!!" Aku berusaha menahan tubuhnya yang tengah berada di bawahku, tapi tangannya tak henti-hentinya berusaha melukai setiap bagian tubuhku.

"Anak pungut!!" Wanita itu terlihat semakin kesal dan mendorongku sekuat tenaga sehingga aku terlempar ke sampingnya. Kali ini dia yang tengah duduk di atas perutku.

"Aku tidak akan memaafkanmu!" Pekiknya sekali lagi sambil mencabik-cabik gaunku dan...

Kreet! Aku tertawa puas saat berhasil menarik rok gaun yang dikenakannya. Kain tipis yang melapisi rok bagian luarnya terlepas dengan mudah saat aku menariknya.

Stop Being a Villain (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang