𝒞𝒽𝒶𝓅𝓉𝑒𝓇 𝟩 - 𝑅𝑒𝒹 𝒲𝑜𝓁𝒻

53.3K 4.9K 49
                                    



Aku tidak bisa berdiam diri terus, siang ini aku berencana menemui seorang informan. Aku ingin mencari tahu orang tuaku yang sebenarnya. Enam tahun terakhir aku melupakannya, padahal sebelumnya aku gigih mencarinya. Ini semua karena lelaki yang mereka sebut Yang Mulia itu.

"Beritahu Lucio, aku menghadiri pertemuan sosial." Aku melirik Hera dan Amita sebentar, lalu berjalan keluar kamar, mengenakan topi lebar yang senada dengan gaun hitam. Aku sengaja tidak berpamitan langsung dengan Derich, dia pasti sedang sibuk. Sebelumnya kami memang jarang bertemu walaupun berada di atap yang sama.

Begitu keluar, Riel sudah menyambutku dengan sebuah senyuman di wajahnya. Ada apa dengan orang ini? Jangan bilang kalau dia akan mengikutiku. Aku melengos dan berjalan dengan hati-hati, tapi pria itu tepat berada di belakangku. Sepertinya Derich menyuruhnya membuntutiku. Sial.

Tak lama kemudian aku sampai di luar istana dan menaiki kereta kuda milik Raja. Kereta kuda berwarna putih itu tampak klasik dan mewah, tapi dimana kereta yang biasa kunaiki? Derich sengaja menyiapkan ini untukku? Ini semakin aneh.

Riel duduk di seberangku dalam kereta kuda itu. Bagaimana ini? Pria itu tidak boleh tahu kalau aku akan menemui Red Wolf. Aku memang berniat untuk menghadiri pertemuan bangsawan kelas atas, tapi yang pertama kulakukan adalah membeli informasi terlebih dahulu.

Red Wolf adalah suatu organisasi yang memperjual-belikan informasi penting. Mereka seperti mata-mata, mengetahui apa saja yang terjadi di setiap sudut Barbaria. Baru dua tahun didirikan, organisasi itu berkembang dengan sangat pesat. Kabarnya sekarang mereka menjual informasi dengan harga yang fantastis, tapi itu tidak jadi masalah buatku. Ayah angkatku seorang Grand Duke dan kekasihku adalah Raja di sini.

"Turunkan aku di persimpangan, aku ingin membeli bunga dulu."

"Apakah maksud Anda toko bunga Madam Madilyn?" Riel sedikit kebingungan.

"Ya... aku akan berjalan kaki ke sana." Aku tersenyum lirih. Tidak ada rencana untuk membeli bunga, aku hanya harus berpisah dari pria itu.

"Baiklah, saya akan menemani Anda."

"Tidak... Ada permintaan khususku pada Madam Madylin, jadi sebaiknya kau menungguku di kereta saja." Aku berharap pria berambut coklat itu tidak mencurigaiku, tapi dia diam saja seperti memikirkan sesuatu.

"Baiklah, jika kau mau mengikutiku."

"Tidak, Lady. Saya akan menunggu Anda." Aku tersenyum dalam hati saat pria itu akhirnya menurutiku.  Tak lama kereta kuda yang kutumpangi itu berhenti persis di tempat yang kusebutkan.

Toko bunga Madilyn tidak jauh dari persimpangan jalan besar itu. Riel membantuku turun dan aku  berjalan pelan menuju tempat yang penuh dengan bunga-bunga di dekat sana. Sesekali aku menoleh ke belakang memastikan Riel tidak mengikutiku, tapi mata pria itu terus mengekor ke arahku. Sial.

Aku terpaksa memasuki toko bunga yang kini sudah ada di hadapanku. Seorang gadis berambut pirang terlihat terkejut melihatku. "Se-selamat datang, Lady Winterson." Gadis itu langsung menundukkan kepalanya dan terlihat gugup.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Apa semua orang begitu takut berhadapan denganku? Aku lalu tersenyum lirih, "Maaf aku tidak membeli bunga kali ini. Aku harus keluar dari sini." Aku melirik ke arah luar, di balik jendela terlihat Riel setia menungguku. Aku tidak bisa keluar dan melengos begitu saja darinya. Apa yang harus kulakukan?

Aku lalu menatap gadis yang ada di depanku lagi. Dia terlihat bingung dan melihat ke arah jendela yang tadi kupandangi. Dia seperti membulatkan mulutnya, kemudian berjalan ke belakang rak yang berisi bunga-bunga di sana.

Stop Being a Villain (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang