chap8: stranger

1.2K 54 9
                                    

***

Bagai di sambar petir di siang bolong, Aku meneguk ludahku ngilu. Lelaki di depanku ini begitu tampan dengan setelan casual mahal miliknya.

Ingin ku lempar wajahnya menjauh dariku . mimpi buruk, ini mimpi buruk.

“kau? Kenapa datang kemari?” ujarku dengan setengah mati untuk tidak memberi tatapan benci kepadanya. Sayangnya, otot di wajahku terlanjur telah menunjukan kebencianku.

“Oh my Lord! Kau tidak sopan sekali Cass!” Jay datang dari arah belakang lalu mensejajariku

“hai, Cassie” sapa Haris dengan maik mata hijau mempesonanya yang memikat. Jay hanya bisa berbinar seperti anak kucing yang kehausan susu. Aku mendengus muak terhadapnya.

“uhm, Haris. Ayo masuk” kalian pikir aku yang mempersilahkan dia masuk? Tidak. jangan harap. Jay yang mengijinkan bau tubuh mempesona itu masuk kedalam kamar hotelku.

Ia duduk di sofa, sambil melongok ke segala arah seperti berharap menemukan sesuatu.

“jadi…. Sudah berapa hari kalian disini?” tanyanya sambil menatap ke arahku.

“bukan urusanmu.”

“jika di hitung, hampir seminggu” sela Jammie

“kenapa kau tidak menghubungiku? Kau kan tahu aku pasti membantumu”

“tenanglah, Haris. Aku bisa mengurus semua keperluanku sendiri. Ya, aku tidak butuh bantuanmu. Aku yakin” ujarku penuh percaya diri. Haris malah tersenyum lembut menatappku.

“aku dengar dari Rachel, semua debit dari Ayah kalian di blokir? Dan kalian berdua bekerja disini?”

“ya ya ya, itu ide dari ayah Cassie. Sialan”

“hei! aku setuju kok dengan ide ayahku. Paling tidak aku mengerti bagaimana rasanya susah mencari uang. Bukan hanya bermanja – manja seenaknya”

Maafkan aku berbohong. Bahkan aku tidak bisa tidur jika tanpa segelas susu. Umm, jika malam malam kemarin, mungkin aku tidur karna alcohol. aku tidak tau kenapa bicaraku jadi seperti itu hahaha, mungkin ini sikapku agar Haris kembali ke asalnya agar tidak ada alasan kemari untuk membantuku.

“ayolah Cass, aku mengerti kau tidak se-mandiri itu”

Aku hanya bisa memutar bola mataku ketika bibir Jay yang pedas itu mulai menjelaskan betapa dekatnya kita seperti saudara. Aku juga kesal ketika  melihat Jammie yang kagum pada sosok Haris yang menawan ramah baik hati, super perfect.

Ya, kalian disini bisa salahkan aku. Mungkin memang aku yang aneh disini, semua wanita dan ibu – ibu, kakek nenek, bahkan anak kecil sekalipun jika menatap senyuman haris, dan ketulusan hati Haris mereka akan meleleh tak bersisa. Tapi maafkan aku, Salahkan pada diriku yang membencinya.

Jika menurut orang cinta tidak butuh alasan, maka benciku kepada Haris juga tak butuh alasan.

Apa ya….. entahlah! Aku hanya membenci dengan segala sikap menawannya itu. Titik!

“Cassie, kau baik baik saja? Apa kau sudah sarapan? Ini sudah menjelang siang, aku masih ingat betul kebiasaan burukmu malas sarapan itu”

“tidak usah Haris. Aku sudah siap berangkat bekerja”

Jammie menginjak kakiku dengan keras. Aku mengerti maksudnya, pasti setelah ini ia akan mengataiku bodoh dan semacamnya.

“jangan dengarkan Cassie, Haris. Kami belum makan secuil roti pun pagi ini.”

“bohong. Kami sudah menerima buffet breakfast dari hotel. Dan itu cukup”

Haris menghela nafas kesal dan mengacak – acak rambutnya. Sepertinya ia kesal dengan sikapku. Tidak tidak. seberharap apapun aku agar Haris menyerah, nyatanya sudah 5 tahun ini ia belum menyerah terhadapku.

My TwinWhere stories live. Discover now