Part 12

327 55 23
                                    

Singto terbangun dari tidurnya karna merasakan jika Krist bergerak gelisah di sampingnya, Singto melihat Krist bergumam tak jelas, mungkin dia sedang mengigau sekarang.

"Krist" ucap Singto sembari mengguncang tubuh Krist agar Krist terbangun dari tidurnya.

Tubuh Krist terasa hangat, dan sepertinya dia demam.

"Krist..." Ucap Singto sekali lagi sehingga membuat Krist terbangun dari tidurnya.

Banyak keringat membasahi kening Krist sehingga membuat Singto mengelap keringat tersebut menggunakan tangannya.

"Maafkan aku" Ucap Singto.

"Apa?" Ucap Krist bingung.

"Kamu demam pasti karna memakan kue gosong buatan ku tadi siang" Ucap Singto dengan perasaan bersalah.

Singto tak menyangka efek samping memakan kue gosong yang di buatnya akan separah ini, dia pikir Krist hanya sakit perut, ternyata Krist juga di buat demam oleh kuenya.

"Bukan karna kue mu" Ucap Krist sambil memejamkan matanya lagi.

Kepala Krist terasa pusing, itu sebabnya dia memejamkan matanya. Bukan karena kue gosong, Krist mungkin terlalu kelelahan, dia memang bekerja dengan sangat keras akhir-akhir ini, belum lagi saat pulang ke rumah dia kembali mengerjai Singto hingga jam istirahatnya terganggu, wajar jika tubuhnya drop sekarang.

"Apa kamu menyimpan obat di rumah mu?" Tanya Singto.

"Ya, ada di laci meja ujung kamar ku" Ucap Krist.

Singto beranjak dari duduknya berjalan mencari obat tersebut, setelah mendapatkan obatnya Singto ke dapur mengambil air putih dan menyiapkan kompres untuk mengompres kening Krist.

"Minum obat dulu" Ucap Singto.

Krist beranjak dari tidurnya dan meminum obat dari Singto, setelah itu dia merebahkan tubuhnya lagi.

Terasa handuk basah menempel di kening Krist membuat Krist membuka matanya dan menatap Singto.

"Aku tak suka kening ku basah" Ucap Krist sembari membuang kompres di keningnya.

"Itu agar panas di tubuh mu cepat turun, Krist" ucap Singto.

Krist menarik tangan Singto sehingga membuat Singto terjatuh ke atas tubuh Krist.

"Cukup seperti ini, aku akan sembuh sendiri nanti" Ucap Krist sambil tersenyum menatap wajah Singto.

Singto ingin beranjak dari posisinya namun Krist menahannya sehingga membuat Singto terpaksa tetap diam, Singto mendengar detak jantung Krist yang berdetak lebih cepat dari biasanya, keduanya saling menatap dalam diam, bergelut dengan pikiran masing-masing.

Tatapan Singto berpindah ke bibir Krist yang sedikit memucat, Krist menuntut Singto agar mendekatkan wajahnya hingga bibir mereka bertemu.

Nafas Krist terasa hangat, dia benar-benar sedang demam sekarang namun ia masih mempunyai nafsu untuk melumat bibir Singto. Singto membalas lumatan Krist, dia membenahi posisinya menjadi menimpa tubuh Krist di bawahnya, ciuman keduanya sangat lembut tanpa ada yang menuntut di dalamnya.

Beberapa menit kemudian Krist tak lagi membalas lumatan Singto, Singto melihat mata Krist terpejam dan nafasnya mulai teratur, Singto beranjak dari atas tubuh Krist, dia merebahkan tubuhnya di samping Krist dan masuk ke dalam pelukan Krist.






****
"Kamu sudah bangun, Krist?" Ucap Singto yang kini masuk ke dalam kamar dengan membawa nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air.

"Ya, jam berapa sekarang?" Tanya Krist.

"Jam 9 pagi" Ucap Singto.

"Oh" gumam Krist, itu artinya dia tak akan ke kantor hari ini karna sudah terlambat.

Meskipun perusahaan itu miliknya tetap saja dia harus memberi contoh yang baik untuk para karyawannya dengan berangkat ke kantor tepat waktu.

"Sarapan dulu" Ucap Singto.

Krist membuka mulutnya saat Singto menyuapinya bubur, setelah buburnya habis Singto memberi Krist minuman, lalu menyuruhnya minum obat.

Krist tersenyum menatap Singto, entah kenapa rasanya dia bahagia sekarang, ini kali pertama dia di layani dengan baik saat sedang demam seperti ini, biasanya jika demam Krist hanya minum obat lalu tidur seharian tanpa keluar kamar, sekarang ada Singto yang menyuruhnya makan sebelum minum obat.

"Aku ingin mandi" Ucap Krist.

"Tapi tubuh mu masih panas" Ucap Singto.

"Bisakah kamu menyiapkan air hangat untuk ku? Aku merasa tak nyaman jika tak mandi" ucap Krist.

"Baiklah" Ucap Singto.

Singto berjalan ke kamar mandi, menyiapkan air hangat di dalam bathtub untuk Krist mandi.

"Ayo mandi bersama" Ucap Krist sambil memeluk tubuh Singto dari belakang, tangan Krist bahkan merambat masuk ke dalam baju Singto.

Bukankah Krist sedang demam sekarang? Kenapa dia masih sangat mesum.

"Aku sudah mandi tadi!" Ucap Singto sambil berusaha mengeluarkan tangan Krist dari bajunya.

"Baiklah" Ucap Krist sambil mencium ceruk leher Singto, menghirup aroma tubuh Singto.

Krist mencuri satu kecupan di bibir Singto dan membuka piyama tidurnya begitu saja di hadapan Singto sehingga membuat Singto memilih untuk keluar dari sana.

Beberapa menit berada di kamar mandi, kini Krist keluar dengan hanya menggunakan handuk yang menutup bagian bawahnya, di lihatnya Singto menunggu di atas ranjang, di samping Singto duduk ada pakaiannya yang memang sudah Singto persiapkan untuk Krist.

Krist berjalan menghampiri Singto lalu mengukung tubuh Singto hingga Singto terbaring ke ranjang dengan dia yang berada di atas tubuh Singto.

"Shit! Apa kamu benar-benar sedang demam sekarang" Ucap Singto sambil cemberut.

"Kamu bisa melihat sendiri" Ucap Krist.

Tak bisa di pungkiri jika suhu tubuhnya memang sedikit hangat, kepalanya sedikit pusing, tapi sehari saja tidak berbuat mesum pada Singto rasanya hidup Krist akan hampa, itu sebabnya dia mengenyampingkan rasa demamnya dan memilih untuk mengganggu Singto meskipun dia tak mungkin bisa melakukan seks sekarang, setidaknya melihat wajah terkejut dan merah Singto benar-benar membahagiakan bagi Krist.

"Gunakan pakaian mu, Krist" Ucap Singto sembari berusaha mendorong tubuh Krist agar beranjak dari atas tubuhnya.

"Baiklah" Ucap Krist sambil terkekeh kecil.

Krist memakai pakaiannya di hadapan Singto membuat Singto menatap ke sembarang arah agar tak melihat tubuh polos Krist.

"Siapa yang mengantar Carl ke sekolah tadi?" Ucap Krist.

"Supir" Ucap Singto.

"Oh" Ucap Krist sambil naik ke atas ranjang.

Krist merebahkan tubuhnya di samping Singto, dia menyingkap baju Singto hingga dadanya terlihat, lalu menyambar puting Singto.

Bibir Krist terasa hangat, bahkan lidahnya sangat hangat saat menghisap putingnya namun Singto membiarkan itu, dia membiarkan Krist bermain dengan dadanya, tangan Singto mengusap rambut basah Krist, dia menatap wajah Krist, matanya terpejam sepertinya Krist benar-benar menikmati kegiatannya sekarang.














Tbc.

Ex Boyfriend (On Going)Where stories live. Discover now