2. Friends Just Want The Best

3.9K 360 52
                                    

Bertepatan dengan bel istirahat kedua berbunyi dan tanpa peduli tatapan aneh dari banyak murid, Alden mengejar Ceysa, sebab di rooftop tadi dia menolak permintaan gadis itu. 

"Think about your happiness too, Ceysa!"

"I'm always thinking of it," jawab Ceysa.

"You never do it!"

Ceysa menyeringai, berbalik badan dengan satu alis ditarik ke atas. "Tau apa lo soal gue?" tanyanya. "Ikutin aja, Alden. Cia is your girlfriend. She's your priority."

"No." Alden menggeleng, tanda tak setuju dengan kata priority yang diucapkan Ceysa. Maka, dia menyebutkan, "God, parents, sisters, friends, and you, Ceysa."

"Cia pacar lo."

"Gue sayangnya ke lo."

Ceysa mengeraskan rahang, mati-matian menahan lidah untuk tidak bergerak menyahut perkataan Alden. Mungkin itu sudah pengakuan ke sekian ratus kali, tetapi tak pernah mendapat hasil sesuai ekspektasi.

Sejujurnya, Ceysa juga mau Alden, tapi di sini ada Cia. Tidak mungkin dia merengek memerintah Alden memutuskan hubungan dengan Cia, padahal dia yang memaksa Alden berpacaran dengan gadis itu.

"Gue juga," jawab Ceysa akhirnya, "tapi sebagai temen."

Dan ya … atas segala penolakan yang dituai, Ceysa tentu memiliki alasan pasti, tapi dia enggan mengungkap sebab takut hadirnya jarak serta hinaan.

"Lebih dari temen gak bisa?"

Ceysa terdiam, tapi Alden menyimpulkan sesuatu dari pancar mata cokelat terang sang gadis yang sangat mampu membuat senyumnya terbit.

"Gue bakal putusin Cia, Cey."

"No!"

"Why? Bukannya orang yang gak saling sayang bakal berakhir sia-sia kalau disatukan paksa?" Alden mengulang perkataan Ceysa saat pertama kali dia mengajak gadis itu berpacaran.

"Hadeh!!! Jadi si bajingan ini yang bikin cewek-cewek pada ngegosip?! Berharap punya cowok kayak Alden Narendra yang hobi romantisan di kantin?!"

Kalya Wicaksono, teman Ceysa yang dikenal sebagai troublemaker, si bad girl tingkat dewa, gadis pecicilan, dan sederet gelar buruk lainnya berdiri di tengah-tengah Ceysa dan Alden.

"Oh, ayolah, Girls. Mereka ini bertengkar, bukan romantisan. Harusnya dilerai, jangan dijadiin tontonan! Masa tiap saat gueee mulu yang turun tangan?!" tutur gadis itu.

Padahal, ini kali kedua bagi Alden dan Ceysa berdebat dan menjadi pusat perhatian di kantin. Gadis yang mengenakan kaus hitam entah di mana kemeja sekolahnya berada itu memang hobi melebihkan.

Suasana kantin mendadak ribut. Tidak ada yang salah, sih, hanya saja siswi satu sekolah sangat tidak menyukai Kalya. Bahkan, mereka beberapa kali menyinggung Ceysa si gadis berkelas yang entah diberi pelet apa hingga sudi berteman dengan Kalya.

Ceysa dan Kalya itu ibarat … ratu berbudi pekerti luhur, jenius, serta bersifat mulia bergaul sama wanita tuna susila kelas terbawah yang hobi digilir terus mohon-mohon minta dipuasin, ucap para siswi tidak ada akhlak yang iri pada kedekatan mereka.

"Minggir, Anjir." Alden mendorong Kalya sedikit, menatap wajah Ceysa lekat. "Just say if you love me."

Ceysa menggeleng. "Nanti lo nyesel, trust me."

"Why?"

Gue jauh dari ekspektasi lo, Alden. Ceysa diam saja, beberapa detik kemudian berbalik badan dan duduk di salah satu kursi kosong.

HOLLOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang