10. Sorry, Cia

2.8K 319 68
                                    

part ini panjang, yaaa harusnya emang jadi dua, tapi sengaja disatuin biar cia masuk🥴

♠♠♠

Jangan terlena atas sikapnya,
semua disusun didasarkan rekayasa,
tatkala sisi asli muncul tanpa sengaja,
kau tentu bertanya, "Siapa dia?"

♠♠♠

Ceysa menatap rumah berwarna cream dipadu cokelat tua. Mau ingkar janji, tetapi karena saat keluar rumah banyak pria berjas menatapnya, dia pun bergerak cepat untuk masuk ke taxi online, menuju ke mari.

"Last time I visited my boy friends' house it was ... when I was in 3th grade I guess."

Tidak bohong jika dikatakan Ceysa enggan mengunjungi rumah teman lelakinya. Malahan, kalau kerja kelompok yang anggotanya terdapat kaum adam, dia menawarkan diri pada para anggota kelompok-secara paksa-untuk mengerjakan tugasnya sendiri.

"Ini temannya Mas Alden atau Mbak Airys?"

Ceysa menoleh, kepalanya dianggukan satu kali dengan sopan, sementara senyuman terulas di bibir kala wanita berumur 40-an yang diduga asisten rumah tangga di sini memuji keelokan parasnya.

"Oh, saya tau. Cantik gini pasti pacarnya Mas Alden!" seru Ningsih, pekerja setia keturunan Jawa yang telah ikut pada keluarga Narendra selama belasan tahun.

"Bukan, Bu, saya temennya," elak Ceysa. Tutur katanya halus dan sopan, first impression yang membuat Ningsih begitu terkesan.

Mengangguk seakan tidak ikhlas dengan kenyataan itu, Ningsih yang menyadari orang di depannya ialah tamu, bergegas membuka gerbang. "Harusnya langsung masuk aja, Mbak, kasian itu kena panas, nanti gosong kayak saya."

"Gak apa-apa, Bu." Ceysa mendekat sedikit. "Biar saya bantu-"

"Aduh, gak usah repot-repot. Baik banget, deh, Mbaknya." Ningsih membenarkan posisi keranjang belanjaan beserta kerupuk dan beberapa bungkusan. Baru setelahnya gerbang putih berhasil dibuka.

"Terima kasih, Bu," ucap Ceysa, melayangkan senyuman tulus yang mampu membuat Alden terpesona di teras rumah.

"Cey!"

Pemilik nama menoleh setelah merespons ujar sama-sama dari Ningsih. Ekspresinya berubah begitu saja melihat Alden duduk di kursi kayu, mengenakan setelah rumahan sembari memainkan gitar.

Berjalan mendekat, Ceysa melayangkan protes, "Katanya sakit!"

"Baru dateng langsung ngebentak. Santai napa."
Alden menyandarkan gitarnya, beranjak untuk mengajak Ceysa memasuki kediaman. "Sakitnya aneh, Cey. Kadang ada, kadang juga ngilang."

"Alesan. Gue pulang, ya?"

"Mau lari dari tanggung jawab?"

Ceysa membuang napas kasar. Alden tahu bahwa gadis itu merupakan type orang yang sangat bertanggung jawab. Maka, sejak tadi hal tersebut dia jadikan sebagai senjata.

Sorot penuh intimidasi dari Alden akhirnya membuat Ceysa menyerah. Gadis itu mengikuti sang teman yang berjalan masuk dengan langkah ringan.

Begitu memasuki rumah, alunan musik yang memainkan lagu Dancing Queen milik ABBA mengalun indah, sebelum Alden menekan suatu icon di HP hingga lagu terhenti.

"Mama lo namanya siapa?" tanya Ceysa.

"Kenapa nanya gitu?" Alden balas bertanya, menghentikan langkah sejenak untuk menatap Ceysa penuh tanda tanya.

HOLLOW Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang