Chapter 1

525 27 1
                                    

Deg-degan.

Itu yang Bae Ara rasakan sekarang. Hari ini pengumuman tes wawancara di sebuah perusahaan dan hasilnya akan diumumkan sebentar lagi. Ara tidak henti-hentinya memandangi handphonenya menunggu sebuah email masuk. Sejak tadi ia sangat gusar. Kakinya bergerak-gerak cepat tak karuan, matanya selalu fokus pada handphone yang ia letakkan di atas meja.

Dentingan suara handphone-nya berbunyi, menandakan notifikasi masuk. Dengan tangan bergetar, ia membuka email itu. Ia menutup matanya, tak berani membaca apa yang tertera, di dalam hatinya ia terus menerus berdoa agar kali ini Tuhan mengizinkannya untuk lolos bekerja.

“Huuuffttt” dengan satu kali hembusan napas, Ara membuka mata dan membaca pesan tersebut.

“Maaf. Anda belum lolos. Tetap semangat dan jangan putus asa”

Ara menghela napas kecewa, ia menjatuhkan kepalanya ke meja dengan putus asa.

“Kenapa sih, aku gagal terus…” dumel Ara kesal.

Seorang perempuan cantik, berkulit putih bersih dengan tinggi 170 cm melangkah dari dapur menghampirinya. Perempuan itu membawa dua mangkuk ramyeon dan meletakknya di meja.

“Gagal lagi yah?” tanya Park Cho Ah.
Ara mendongak dan mengangguk mengiyakan.

“Ya sudah. Itu tandanya bukan rejeki kamu…”

“Tapi Cho Ah, selama aku hidup, aku selalu gagal. Mengapa aku sangat sial…”

Cho Ah mengarahkan mangkuk ramyeon itu di hadapan Ara. Wangi ramyeon itu mengalihkan kekesalan Ara sejenak.

“Lagian untuk apa juga bekerja di sebuah perusahaan kalau kamu bisa bekerja dari rumah”

Ara mengambil sumpitnya dan menyeruput panjang ramyeonnya.

“Cho Ah, umurku hampir 30 tahun dan pekerjaanku belum jelas. Aku hanya pekerja lepas dengan gaji yang tidak menentu”

“Tapi setidaknya, kau bisa memenuhi kebutuhanmu. Lagi pula kau juga punya rumah makan ayam goreng. Jadi mengapa kau harus khawatir?”

“Cho Ah, kau benar-benar tidak mengerti di posisiku. Bagaimana ibuku selalu mengomel karena aku tidak punya pekerjaan tetap sepertimu. Itulah sebabnya, aku selalu datang ke sini agar terhindar dari omelannya”

Cho Ah tertawa. “Ibumu itu memang sangat lucu. Aku suka dia, hehehe”

“Cho Ah-ya…” ucap Ara kesal. Tak setuju dengan ucapan sahabatnya itu.

Ara dan Cho Ah, dua perempuan yang besar di lingkungan yang sama. Menjalin hubungan persahabatan sejak masih kecil hingga saat ini. Cho Ah yang lahir dari keluarga kaya raya dengan wajah menawan bak idol Korea memutuskan mengambil jurusan Bisnis atas perintah ayahnya meski ia sangat tertarik di dunia fashion dan bercita-cita menjadi seorang desainer.

Setelah lulus kuliah, Cho Ah langsung bekerja di salah satu perusahaan milik teman bisnis ayahnya dan kini sukses menjadi salah satu Manajer Senior di perusahaan tersebut.

Berbeda dengan Bae Ara yang lebih memilih mengikuti hobinya. Dibandingkan mengambil jurusan Bisnis seperti sahabatnya, ia lebih memilih mengambil jurusan Sastra Korea karena bercita-cita bekerja sebagai penulis di sebuah perusahaan media kelak atau menjadi seorang editor buku profesional.

Namun, Ara sepertinya sedang menyesal sekarang, karena ia mengabaikan nasihat ayah dan ibunya untuk mengambil jurusan seperti Cho Ah.

“Apakah karena aku tidak mengikuti saran ayah dan ibuku saat kuliah dulu? Seharusnya aku mengambil jurusan sepertimu” ucap Ara pada Cho Ah disela-sela menyantap ramyeonnya.

My Savage Boss Kim (END)Where stories live. Discover now