07 - Adiksi

70 12 1
                                    


▬▬▬ Sejak dulu, Jungkook sering dengar tentang betapa eksistensinya menghadirkan perasaan yang buruk pada orang lain. Satu langkah, orang-orang akan terkejut dan mengumpat perkara aura gelap yang muncul seiring kakinya berjalan. Dua langkah, orang-orang mulai berbisik satu sama lain mengenai sorot matanya yang membuat gelisah. Tiga langkah, orang-orang berusaha sebisa mungkin mengalihkan pandangan agar tak menyita perhatiannya tanpa sengaja. Empat langkah, orang-orang bersandiwara seolah presensinya tidak lagi penting. Lima langkah, orang-orang berbalik dan meninggalkannya sendirian.

Jeon Jungkook adalah nasib sial.

Meskipun seringkali mendapat atensi penuh, lucu sekali ketika menyadari makna negatif dari pandangan mata di sekitarnya. Terkadang, tatapan mereka membuat Jungkook berandai; bukankah mustahil untuk mendapatkan cinta dari yang lain tatkala ayah dan ibu sendiri tidak mau mengakuiku? Pemikiran seperti itu.

"Apel hijau."

Tetapi entah bagaimana, seorang gadis aneh yang beberapa hari belakangan terus menghantui kembali muncul secara tiba-tiba sambil menangkup kedua pipi Jungkook.

Jelas saja Pemuda Jeon terkejut. Kendati sempat membeku beberapa detik, ia segera menepis tangan si gadis sambil berdecih kesal. "Jangan sentuh aku."

"Oke, maaf," dia berujar ringan. "Tapi serius, apel hijau."

"Kenapa?"

Namanya Cho Hana. Gadis aneh itu pertama kali menyapa Jungkook di atap sekolah seperti hujan musim panas; tanpa aba-aba, mengejutkan, namun diiringi angin sejuk yang bertiup ramah selagi air terus menerjang tanah. Tidak tahu apa yang membuat si gadis begitu bersemangat, Jungkook selalu menemukannya berdiri tak jauh dari tempat ia berpijak. Terus datang lagi walau didorong menjauh seribu kali. Sampai kemudian Jungkook memilih diam dan membiarkan si gadis melakukan semua sesuka hatinya.

Saat ini, di depan mata, Cho Hana tersenyum penuh arti sambil menjentikkan jemari. "Apa pendapatmu tentang apel hijau?"

"Bisa dimakan," tanggap Jungkook singkat, lalu berjalan keluar kelas dan menyusuri koridor. Berusaha mengabaikan kerumunan murid yang mulai memandang tak nyaman.

"Selain bisa dimakan?" tentu Cho Hana mengikuti dengan langkah-langkah kecil seperti biasa.

"Dibuat jus."

"Selain itu?"

"Salad."

"Selain itu?"

"Pai."

"Selain itu?"

Jungkook menarik napas panjang, menoleh datar ke arah si gadis. "Menutup mulutmu?"

"Sepertinya tidak," ujar Hana, mengerutkan dahi sambil bergeleng. "Tutup mulut bisa pakai tangan, bukan apel hijau."

Ya, dia benar. Jungkook mengangguk. "Oke."

Gadis Cho kembali mengekor sambil terus bertanya. "Jadi coba pikir baik-baik. Menurutmu, apel hijau itu bagaimana?"

"Enak."

"Lalu?"

"Sudah."

"Kamu memang tidak bisa diajak berdiskusi." Kali ini dia merengut, sengaja berjalan sambil menyeret sepatu seakan ingin menunjukkan betapa jengkelnya bicara dengan Jungkook.

Alih-alih kesal, Pemuda Jeon justru menggigit bagian dalam pipi; berusaha keras agar tidak ada lengkungan aneh yang terulas di wajah. Ia melirik, mendapati Hana menunduk sambil berbicara tanpa suara. Mungkin sedang mengumpat, mungkin sedang mengomel. Apapun itu, Jungkook tidak terganggu sama sekali. Jadi membiarkan dirinya mengalah lagi, ia berdeham. "Memang apel hijau kenapa?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 19, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SELCOUTHWhere stories live. Discover now