04 - Elusif

153 20 10
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


▬▬▬ Jimin baru saja turun dari sepeda, parkir di lahan kosong dekat gerbang yang disediakan oleh sekolah, lantas memasang gembok pada roda. Setelah merapikan kemeja dan memperbaiki posisi tas ransel, ia menyigar rambut seraya melangkah menuju halaman depan. Pijakan pertama dan beberapa pasang mata segera tertuju padanya.

Halo, dunia. Jimin memasang senyum tipis sebagai respons. Kuharap aku bisa mengatakan 'senang bertemu lagi' di lain waktu, yang pasti bukan sekarang.

Sekolah sudah mulai ramai. Sejumlah siswi mengobrol tentang tayangan televisi semalam, para siswa bercanda sambil memainkan bola basket. Ada pula yang baru datang sudah kena semprot guru pengawas karena tidak memakai dasi, juga memodifikasi rok menjadi super ketat dan pendek. Beberapa berusaha kabur dari pemeriksaan seragam. Suasananya gaduh. Tapi Jimin tetap tenang tatkala melintasi guru pengawas.

Meskipun dikenal sebagai trio bereputasi buruk, Park Jimin tak pernah tampil berantakan. Ia bukan Jungkook yang santai saja meski pergi ke sekolah hanya pakai kaus dan celana seragam sobek. Ia berbeda dengan Taehyung yang suka memakai jaket extra-extra-extra-large, tidak mengancing kerah kemeja, serta menginjak bagian belakang sepatu.

Jimin terbiasa rapi. Ia mengenakan seragam lengkap; bersama dasi, sabuk, kaus kaki, sebagaimana seharusnya. Jika memang dianjurkan oleh sekolah karena faktor cuaca, Jimin juga akan memakai jas serta rompi di balik mantel tebal musim dingin.

Sulit dipercaya, memang. Bagaimana bisa murid rapi sepertinya malah dicap buruk? Entah orang-orang yang bodoh atau Jimin memang punya aura menyeramkan dan terlalu sering bergaul bersama dua pembuat onar.

"Hei, Park Jimin," Kim Wonhae, salah satu guru pengawas, tersenyum jenaka sambil menghampiri. Alisnya terangkat sebelah ketika bertanya. "Sendiri lagi hari ini?"

Jimin membungkuk. "Selamat pagi, Pak. Apa kabar?"

"Sopan seperti biasa," sahut Wonhae senang, menambah sedikit nada sarkastik di belakang. "Kabarku baik. Terima kasih sudah bertanya. Bagaimana denganmu dan... teman-temanmu?"

"Terima kasih kembali. Kami semua sehat."

"Kalian masih akrab-akrab saja?"

"Ya, tentu. Terima kasih sudah mengkhawatirkan kami."

Kim Wonhae adalah salah satu guru yang selalu cukup baik menyapa Jimin. Bisa jadi karena Jimin paling mudah didekati jika dibandingkan dengan Jungkook maupun Taehyung, atau untuk alasan lain yang ia sendiri belum tahu. Namun sayangnya, Jimin terlalu peka untuk mengerti. Kendati demikian, Wonhae bukan berarti menyukai mereka. Dia bersikap baik cuma demi mencari kelemahan para siswa yang dinilai berbahaya. Di matanya, tiga pemuda bereputasi buruk tetaplah buruk. Mutlak.

SELCOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang