part 6

22.7K 1.3K 11
                                    

Bila ada perempuan yang sanggup memporak-porandakan pertahanan emosinya serta sanggup membuatnya melakukan apapun, maka Katty lah orangnya. Katty satu-satunya perempuan yang cukup punya nyali untuk mendebatnya dengan berapi-api, bahkan tak jarang balas menyerangnya baik dengan argumentasi maupun dengan fisik. Sejak semasa kanak-kanak Katty tak segan-segan mencubit maupun menjewer telinganya manakala Sev menggodanya. Dan dari semua itu Sev sangat menikmati pertengkaran-pertengkaran mereka karena biasanya hal itu tak akan bertahan lama. Tak sampai satu jam mereka sudah kembali berbaikan, berkuda bersama, menjelajahi hutan kecil di belakang rumah mereka, atau berenang di kolam pribadi yang ada di Drake Castle. Namun Sev tak tahan bila Katty memasang wajah terluka seperti itu. Sev tak suka mendengar kata-kata Katty yang diucapkan dengan begitu dingin. Dan Sev semakin tidak suka saat Katty, bukannya mendengar pembelaan darinya, malah berbalik dan meninggalkannya berdiri seperti orang tolol.

Namun tentu saja langkah pendek Katty tak imbang dengan tungkai panjang miliknya. Dalam sekejap Sev sudah melompat dan meraih Katty. Gadis itu tepat berada di anak tangga pertama dan Sev dengan gerakan menyentak memegang bahunya serta memutar tubuh Katty menghadap kepadanya. Namun alangkah terkejutnya Sev melihat betapa mata Katty telah basah dengan air mata. Sev begitu tersentak, refleks kedua tangannya bergerak menangkup wajah terkasih itu. Namun Katty, menolak merasa lemah, balas menatap mata gelap Sev dengan kobaran amarah di balik deraian air matanya.

“Katty, sayang, tolong jangan menangis. Aku tak tahan,” suara Sev parau.

“Kau mau aku seperti apa, Sev? Aku tak tahu harus bagaimana. Aku tak mau menjadi cengeng, aku tak mau menjadi lemah. Tapi aku tak bisa menahan perasaanku. Aku tak mengerti karena aku tak pernah mengalaminya. Aku tak pernah punya kekasih sebelumnya. Dalam situasi seperti ini aku tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang aku tahu dan baru aku sadari hanyalah ternyata aku tak mengenalmu sama sekali, kau yang laki-laki seperti itu. Aku hanya tahu kau seperti yang selama ini kufahami, kau yang kutemui di Drake Castle, laki-laki yang bisa kuandalkan. Bukan kau yang di London ini, bukan kau yang bujangan tampan dan kaya yang jadi incaran dengan barisan wanita di belakangmu. Aku kehilangan arah tentang hubungan kita sekarang,” Katty berkata dengan jujur.

“Katty...”

“Sev, kumohon untuk kali ini tolong kau mengerti aku. Biarkan aku sendiri untuk memikirkan semua ini.”

Melihat sinar permohonan di mata berwarna almond itu Sev tak berdaya. Dengan lemah dilepasnya tangannya yang menangkup wajah Katty. Dengan mata nanar dipandangnya gadis itu melangkah pelan menaiki tangga dan masuk ke kamar tamu yang dulu dia tempati tanpa sekalipun menoleh kepada laki-laki yang mengiringi kepergiannya dengan tidak rela.

Dan sekarang sudah hampir pagi namun Sev tak juga bisa memejamkan mata. Di tempat tidur berukuran besar yang sekarang ditempatinya sendiri itu terasa sangat dingin dan tidak nyaman. Dengan masam diliriknya bantal di sebelahnya yang kini kosong. Sialan kau Katty! Rutuknya dalam hati dan dalam sekali gerakan melompat bangkit. Kamar ini telah bertahun-tahun menjadi sarang pribadinya. Selama ini hanya petugas kebersihan yang diberinya ijin untuk memasukinya. Meski belum genap sebulan dia berbagi dengan Katty, namun gadis itu seolah telah berada di situ selamanya. Dan sekarang, saat dia tidak ada Sev merasakan lubang yang menganga, kosong dan hampa. Apa yang telah kau lakukan padaku, Katty? Desahnya putus asa.

Setelah yakin dia tak akan bisa tidur Sev beranjak keluar. Dengan nanar ditatapnya pintu kamar tempat Katty berada. Sev berusaha menahan diri, demi menghormati permintaan Katty, untuk tidak menerobos masuk. Namun akal sehatnya telah terbang entah kemana karena dalam sekejap melawan segala logika Sev malah membuka pintu itu. Manakala dia tidak mendapati Katty disana, dengan panik dia berderap menuju satu-satunya ruangan yang mungkin didatangi gadis itu. Studio.

The Last ChoiceWhere stories live. Discover now