part 10 (ending)

34K 1.9K 112
                                    

Jolly tiba tak lama setelah Katty didorong memasuki ruang perawatan intensif, dimana Sev hanya bisa memasrahkan nasibnya pada para dokter yang menanganinya. Kepala pelayan itu membawakan mantel Sev. Namun Sev menolak ketika Jolly menawarkan diri untuk menemaninya meski lelaki tua itu akhirnya berada di sebelah Sev, di lorong depan ruangan tempat Katty dirawat untuk beberapa saat lamanya. Mereka hanya duduk terpekur dalam diam hingga akhirnya Jolly mengatakan bahwa dia akan pulang. Karena Sev tidak membawa mobil maka Jolly meninggalkan kendaraan itu di tempat parkir dan pulang kembali dengan taksi. Jolly bahkan tak yakin kalau Sev menyadari kepergiannya.   

Sev meninggalkan tempat itu manakala menyadari perutnya lapar. Bagai robot dia berjalan mencari dimana kantin berada. Dan Sev makan apapun yang terhidang di depannya tanpa mengingat dengan jelas apa menu yang dipesannya. Bagai mati rasa dia menelan makanan atau apa yang sepertinya tampak bagai makanan itu. Bahkan kopi encer dan beraroma kaporit pun dia minum dengan tanpa protes sedikitpun. Saat ini Sev hanya membutuhkan kafein yang terkandung dalam cairan pekat itu dan tidak membutuhkan rasa. Indra perasanya seolah mati seiring dengan matinya rasa akibat kebekuan di hatinya. Dan setelah semua kebutuhan dasarnya terpenuhi, Sev pun melangkah kembali ke tempatnya berada. Menunggu.  

Tengah malam, setelah berlangsung operasi darurat selama lima jam tanpa henti, akhirnya pintu ruang perawatan intensif terbuka dan seorang ahli bedah yang masih mengenakan seragam ruang bedah muncul dari balik pintu. Sev berdiri dan berjalan menghampirinya.   Pria berseragam itu tersenyum memandang laki-laki gagah yang tampak berantakan di depannya.

“Selamat malam, apakah Anda famili dari Miss Metcalf?” tanyanya.  

“Tunangannya,” sahut Sev singkat.  

“Oh, maaf,” pria itu terbatuk kecil. “Saya Jameson, ahli bedah yang menangani Miss Metcalf.”  

“Bisa saya tahu secepatnya kondisi tunangan saya?” potong Sev singkat tak terbantahkan.  

“Ehm, baik. Secara umum kondisi fisik Miss Metcalf tidak terancam bahaya. Sepertinya benturan tidak sampai mengenai kepalanya. Luka terberat berada di punggung, yaitu robekan pada otot yang cukup dalam dan lebar, namun sejauh ini bisa diatasi. Tulang belakang aman, hanya benturan cukup keras terjadi di tulang bahu dan untuk beberapa saat kami harus memantau kondisinya untuk mengantisipasi terjadinya trauma. Saat ini Miss Metcalf masih dalam kondisi tidak sadar pasca operasi.”

Melihat sinar keraguan di mata Sev, doketr itu meyakinkan, “Pulanglah. Anda akan terasa lebih baik setelah beristirahat.”  

Sev ingin membantah. Namun akal sehat yang semula terbang entah kemana sudah kembali lagi bersarang di kepalanya. Sehingga menuruti saran ahli bedah itu akhirnya Sev pun memutuskan pulang untuk beristirahat. Toh Katty masih dalam pengaruh obat bius. Namun Sev meminta jaminan pihak rumah sakit untuk menghubunginya kapanpun kondisi Katty memburuk. Setelah mendapatkan apa yang dia mau, Sev pun melangkah gontai keluar gedung rumah sakit. Begitu tiba di lapangan parkir Sev menghirup nafas dalam-dalam, baru menyadari betapa leganya udara malam menjelang pagi.  

Sev pulang untuk mandi dan berganti pakaian. Saat hendak merebahkan diri di tempat tidur, dia hanya sanggup menatap ranjang luas dan rapi itu. Padahal belum lama Katty meninggalkan kamar ini, semalam dia masih memadu kasih dengan gadis itu. Semalam dia masih menggoda Katty tanpa ampun di sana. Namun semua itu terasa sudah terjadi berhari-hari yang lalu. Dan ranjang itu sekarang tampak dingin dan kaku. Sungguh tak tertahankan berada di sana sendirian.     Akhirnya sambil mendengus Sev beranjak ke ruang kerja dan membaringan diri di sofa.

Sialan, Katty telah membawa pergi semua kewajaran dalam hidupnya. Bahkan Sev tak bisa menikmati kesendiriannya lagi. Dengan masam dia memejamkan matanya, sambil membayangkan apa yang akan dilakukannya begitu Katty dinyatakan sembuh.

The Last ChoiceWhere stories live. Discover now