part 7

31.4K 1.3K 18
                                    

Katty meredam rasa nervous yang melandanya dengan meneguk kembali latte yang baru dipesannya. Masih ada waktu sekitar lima belas menit lagi sebelum dia bertemu dengan Sev dan dia menghabiskannya di Starbucks yang terletak di seberang jalan tempat kantor pria berada. Gedung tinggi menjulang megah dengan pintu-pintu kaca itu tampak begitu mengintimidasi. Dan Sev memang cocok sekali berada di situ.

Katty berusaha mendeskripsikan Sev dalam imajinasinya. Pria yang tangguh dan keras, namun di saat bersamaan juga begitu lembut dan penuh cinta. Katty, sejak pernyataan cinta Sev yang sangat tidak terduga akhir minggu lalu, seolah mabuk oleh curahan perhatian Sev yang begitu besar. Kabut sensual yang menggantung pekat di seluruh penjuru rumah membuatnya hampir tak bisa bernafas. Sev seolah tak memberinya kesempatan untuk ragu. Dengan senyumnya, dengan rayuannya, dengan cumbuannya, Sev menghipnotis Katty dan membuat gadis itu harus berjuang keras untuk mengembalikan akal sehatnya.

Saat mereka berdua di mansion mewah itu, Katty bisa merasakan keberadaan Sev di segala penjuru ruangan. Saat mereka keluar bersama, makan di deli, ke super market, atau sekedar menghabiskan waktu senja musim panas di taman kota, Sev tak pernah lepas dari sisinya. Melingkarkan lengan di pinggangnya atau sekedar menggenggam lembut telapak tangannya.

Saat Sev pergi bekerja, Katty tak bisa berhenti memikirkannya, membayangkan bagaimana laki-laki itu di tempat kerja, bagaimanakah rekan-rekannya di sana, siapa saja kliennya, hingga bayangan wanita-wanita di sekeliling Sev. Katty bisa gila bila memikirkan semua itu.   Katty setengah mati berusaha tak peduli. Tapi Sev begitu tampan dan mempesona. Meski pria tampan dan mempesona yang sama itu pulalah yang telah membisikkan kata-kata cinta di telinganya.

Ini kali pertama Sev mengundang Katty untuk datang ke kantornya karena mereka akan merencanakan makan siang berdua. Namun meski Sev telah mengajaknya dengan manis, teramat sangat manis pagi tadi, dengan bisikan lembut di telinga Katty yang masih mengantuk, dan kemudian mencumbunya habis-habisan, hingga Katty, dengan perasaan berkabut, menyetujuinya di antara nafas yang terengah-engah, tak menghapus kenyataan bahwa sekarang, menyesal setengah mati, Katty menunggu detak jarum jam dengan gelisah.    

Saat akhirnya waktu menunjukkan tiga menit sebelum saat yang dijanjikan, membuang segala bimbang Katty melangkah keluar. Demi Tuhan, ini kan cuman Sev, kenapa dia harus gugup! Batinnya menguatkan hati. Hubungan mereka tak akan pernah kemana-mana kalau dia mundur sebelum bisa menerima Sev di sarangnya. Katty kemudian memantapkan langkah, memasuki pintu kaca dan menapaki lantai berlapis batu granit, menuju ke resepsionis.

Bahkan resepsionisnya pun dipilih dengan seksama. Sangat cantik dan canggih, namun jauh dari kesan murahan. Setelah memberikan namanya dan mengatakan maksudnya, Katty dibuat heran oleh resepsionis yang tersenyum lebar.  

“Mr. Drake telah mengatakan agar langsung mengantar Anda sewaktu-waktu Anda datang,”” katanya menjelaskan. Kemudian menyuruh salah seorang rekannya mengantar Katty.  

Mereka memasuki lift kaca yang begitu tertutup berdesir pelan menuju lantai 5 dan setiba di lantai tujuan harus berjalan memasuki lorong berkarpet tebal warna biru. Terdengar suara-suara dari balik setiap pintu. Mereka tiba pada sebuah pintu dengan nama Sev tertera di sana dan berhenti. Sejenak Katty menunggu saat pendampingnya mengetuk pintu dan seorang perempuan dengan penampilan super rapi dan professional membukakan pintu. Rupanya dia sekretaris Sev. Sangat cantik dengan dandanan tak tercela. Tabahkan hatimu, Katty! Sev telah memberikan komitmennya untukmu dan dia terlalu terhormat untuk mengkhianatimu! Katty melantunkan kalimat afirmasi untuk menenangkan diri.  

“Miss Metcalf? Silakan masuk dan tunggu Mr. Drake. Beliau sebentar lagi akan menjumpai Anda,” katanya ramah.

Dan suaranya, Ya Tuhan, merdu sekali!  

The Last ChoiceWhere stories live. Discover now