VIP WIFE [AESPA X NCTDREAM]

#1

Karina menatap Jeno yang tengah menikmati sarapan dengan layar ipad di depannya.

Seorang sekertaris sudah menunggu di mobil sejak tadi.

"Kenapa? Makan."

Jeno merasa risih di perhatikan Karina seperti itu.

"Jen, kamu baru pulang kemarin dan tadi malam aja tidur cuman tiga jam. Kamu sehat?"

Jeno mengerutkan dahi tak paham dengan arah perkataan Karina.

"Hari ini gak usah kerja."

"Gak bisa. Saya ada rapat."

"Ya udah, undur aja."

Jeno memandang Karina yang berani mengatur dirinya.

"Gak bisa. Ini rapat penting. Saya harus hadir."

"Setiap kali aku tanya juga selalu jawabannya rapat penting. Terus yang gak penting itu apa? Kesehatan kamu?"

Jeno hanya diam.

Ia berdiri dan meneguk minum baru beranjak.

"Pak, pulang aja ya. Suami saya butuh istirahat. Saya gak mau dia sakit."

"Oh, baik nyonya."

Karina tersenyum begitu mobil tersebut pergi dari pekarangan rumah.

Jeno yang melihat itu tak percaya bahwa Karina akan melakukan hal gila.

"Karina!"

"Ya?"

Karina tersenyum tanpa dosa.

"Jam delapan rapat saya di mulai."

Jeno tak bisa berkata-kata.

"Di rumah aja ya sayang? Gak usah ke kantor. Akhir akhir ini kamu kelihatan makin jelek. Keriput kamu banyak. Kayak dinosaurus yang mau punah."

"Dinosaurus udah punah."

Celetuk Jeno kesal.

"Tuh tau. Kamu gak mau punah kan? Kalau kamu punah, blackcard aku siapa yang kasih makan? Aku gak mau jadi gembel. Jadi, aku mau rawat suami aku."

Karina menarik lengan kekar Jeno yang tertupi oleh jas biru itu.

"Rapatnya?"

"Bisa di datengin pakai wali gak?"

Jeno mengangguk tak begitu yakin.

"Ya udah, aku dateng nanti. Kamu di rumah aja. Aku siap siap ke kantor kamu. Pokoknya kamu harus istirahat total."

"Ka-"

"Jangan bantah. Aku istri kamu, Tuan Lee. Tenang aja."

Karina tersenyum penuh arti.

Ia segera bersiap siap menuju kantor Jeno hari ini.

Ia tahu bagaimana ia harus bersikap.

Karina juga bersekolah sampai bangku kuliah.

Ia cumlaude.

Tentu saja Karina tahu dengan segala langkah yang di lakukan Jeno di luar jangkauannya.

🧸🧸🧸

Sudah tak terhitung berapa banyaknya Giselle mendecak dalam hati.

Ia benar benar lelah.

Mark terus memperkenalkan dirinya kepada orang banyak dan Giselle harus berbicara mengenai dirinya panjang lebar.

Belum lagi dengan beberapa pertanyaan wartawan.