Memilih Pergi

947 49 2
                                    

Surakarta, 25 Oktober 2025

"Maaf mas, bukannya aku tidak mau terus berada di sisimu. Tapi hatiku terlalu lelah untuk menerima semua ini. Sudah cukup bagiku berusaha mempertahankanmu di sampingku", Camelia melangkah menjauh meninggalkan Galih yang saat itu tengah merayakan ulang tahunnya yang ke-35 tahun bersama dengan teman-temannya.

Lia yang awalnya ingin ikut bergabung menjadi enggan, saat dengan jelas suaminya menaruh rasa pada teman masa kecilnya, Rania. Lia tidak ingin terlihat bodoh di depan teman-teman suaminya dan memperoleh predikat istri bayangan.

Dari kejauhan Galih melihat siluet istrinya yang perlahan mulai menghilang, dia undur sejenak dari kerumunan berusaha mengejar Lia. Meskipun tidak ada rasa cinta untuk Lia tapi Galih tidak boleh membuat istrinya marah dan kecewa yang berujung hilangnya warisan Keluarga Baskoro dari genggamannya. Meskipun usia pernikahan mereka sudah menginjak 3 tahun, namun belum ada tanda-tanda Lia akan melepaskan hak warisnya. Tentu saja Galih dengan kewarasannya tidak akan membuat masalah dengan Lia.

Ya memang alasan utama Galih bersedia menikah dengan Lia bukan semata-mata untuk menunjukkan rasa baktinya kepada ayahnya, namun hal ini berkaitan dengan isi wasiat yang ditinggalkan oleh Pak Hendra. Pak Hendra dengan jelas mengatakan bahwa Galih harus bersedia menikah dengan Lia dan setelah usia pernikahan mereka 3 tahun, maka Lia baru diizinkan untuk mengubah hak waris menjadi atas nama suaminya, Galih Baskoro. Semua aset keluarga Baskoro saat ini berada di bawah nama Camelia Putri Cantika, termasuk rumah yang saat ini mereka tempati.

Entah alasan apa yang membuat Pak Hendra menjadikan Lia sebagai pewaris tunggal seluruh hartanya. Galih sempat bertanya kepada Pak Hartanto selaku pengacara keluarga Baskoro, namun Pak Hartanto enggan menjelaskan secara rinci alasan dibuatnya keputusan itu. Pak Hartanto hanya menjalankan perintah sesuai dengan instruksi Pak Hendra di masa lalu.

"Tunggu, Lia", Galih mengejar dan memanggil Lia berharap istrinya mendengar dan berhenti. Namun jarak yang terlampu jauh membuat Galih tidak dapat mengejar dan Lia sudah pergi dengan taksi online.

"Mungkin dia tidak enak badan, jadi pulang duluan", batin Galih mengartikan kepergian istrinya.

"Hari ini aku akan menginap di rumah Gio, tidak perlu menungguku", Galih mengirimkan pesan singkat kepada Lia dan Galih kembali masuk ke ruangan untuk berkumpul dengan teman-temannya lagi.

Tanpa ia sadari malam ini menjadi malam terakhir baginya untuk dapat bertemu dengan Lia. Istri yang selama 3 tahun ini tidak pernah bisa meluluhkan dan mengambil tempat di hatinya, meskipun Lia selalu berusaha menjadi sosok istri yang begitu peduli terhadap Galih.

Sayangnya Lia datang di saat yang tidak tepat, ketika seluruh pikiran dan hati Galih telah dimiliki oleh Rania.
Bukan berarti selama 3 tahun Galih tidak mencoba dan belajar untuk mencintai Lia, namun dirinya selalu teralihkan oleh kehadiran Rania yang lemah dan selalu terus menerus membutuhkan dia sebagai penopang berbeda dengan Lia yang mandiri. Sosok Rania yang rapuh membuat Galih ingin selalu berada di sisinya.

Di rumah keluarga Baskoro, Lia berjalan menyusuri lorong yang gelap karena lampu sudah dipadamkan oleh asisten rumah tangganya, Bi Marni mengingat saat ini sudah pukul 11 malam.

Sebelumnya memang Lia berpesan kepada Bi Marni untuk tidak perlu menunggu dia pulang. Lia menuju kamar utama, meletakkan satu buah box hitam di atas nakas berhiaskan pita merah di atasnya dengan secarik kartu ucapan ulang tahun serta sepucuk surat untuk suaminya.

Perlahan dia berjalan menuju lemari serta mengambil koper untuk mulai berkemas, memasukkan barang-barang yang dia anggap perlu dan "layak" untuk dia bawa. Bulir air mata yang sedari dalam taksi berusaha ia tahan akhirnya runtuh dan berjatuhan, rasa sakit yang ia rasakan menghujam ke dalam hatinya dengan sangat tidak manusiawi.

Selama ini dia selalu berfikir bahwa dia beruntung memiliki suami yang begitu sempurnya yang mencintai dia tanpa syarat. Lia yang hanya seorang yatim piatu dengan latar belakang yang sangat biasa, meskipun tidak buruk namun tidak bisa dikatakan mumpuni untuk dipinang oleh seorang laki-laki tampan dan sempurna dalam segala hal, Galih Baskoro.

Namun sekitar 1 tahun yang lalu fakta mengejutkan menampar Lia dengan sangat keras, membuatnya terbangun dari mimpi indahnya selama ini.

--Flashback--
Malam itu untuk pertama kalinya selama menjalai pernikahan, Lia melihat suaminya pulang dengan keadaan mabuk berat. Galih saat itu yang tidak mampu berjalan dengan benar diantar oleh Gio, sahabat karibnya yang sedari kecil bersama dengan Rania.

Gio membantu memapah Galih menuju kamar tidur dan tanpa sepatah katapun dia melenggang pergi meninggalkan Lia tanpa penjelasan apapun mengenai kondisi Galih.

Lia berusaha mengejar Gio, meminta penjelasan. Namun tiba-tiba Gio berbalik dan berhenti membuat Lia tanpa bisa ditahan menabrak tepat di dada bidang Gio. Gio beringsut mundur menjauh.

"Aku hanya mau kasih saran sama kamu, kalau kamu memang merasa bahwa kamu adalah istrinya, seharusnya kamu bisa memahami dia lebih baik dari siapapun, ini pertama kalinya Galih mabuk berat hingga tak sadarkan diri, seharusnya kamu segera sadar posisimu", ucap Gio sebelum akhirnya berjalan keluar dari pintu utama.

Sedangkan Lia terdiam mencera apa maksud perkataan Gio.
-- Flasback End --

Namun sekarang Lia sadar dan mengerti dengan jelas maksud dari perkataan Gio. Lia juga sudah siap untuk segera kembali ke posisi dimana dia seharusnya berada. Lia sudah selesai mengemas semua barangnya pukul 4 dini hari, rasa kantuk sama sekali tidak menyerangnya.

Sebentar lagi travel akan datang menjemputnya, membawanya ke kehidupan yang seharusnya, membuat Lia harus mulai menata hidupnya yang baru tanpa kehadiran sosok laki-laki yang selamanya tidak akan pernah bisa ia raih.

"Selamat tinggal mas, aku pamit"

SurrenderWhere stories live. Discover now