Melihat Ke Arahmu

637 33 8
                                    

Setelah menempuh perjalaan hampir satu jam lamanya, akhirnya Galih dan Rania tiba di salah satu pusat perbelanjaan ibukota. Galih sengaja membawa Rania kesini, agar Rania bisa mencari segala hal yang dia butuhkan dengan lebih mudah. Tentu saja demi untuk mempersingkat waktu, sehingga dia bisa segera mencari Lia.

Setibanya di dalam, Rania menuju ke salah satu toko baju kesukaannya. Baru saja akan masuk, tubuhnya tertahan membuatnya berhenti sejenak dan menoleh ke arah Galih.

"Aku tunggu di sini aja ya, kamu milih-milih dulu", kata Galih seraya melepas tautan Rania di lengannya.

"Oh, gitu ya. Oke", jawab Rania canggung karena biasanya Galih akan menemaninya memilih pakaian dan memastikan bahwa Rania tidak membeli pakaian yang tidak cocok untuk ia kenakan.

Rania sangat mudah sekali teralihkan fokusnya. Contoh konkrit niat hati ingin membeli pakaian namun jika tidak dipandu, maka dia akan tiba di rumah dengan berkantong-kantong belajaaan barang-barang random di luar list awal yang sudah terlebih dahulu dia rencanakan.

"Halo, Gio gimana? Kamu ada perkembangan soal keberadaan Lia?", tanya Galih saat seseorang di seberang sana menerima panggilannya.

Awalnya Gio berencana menjemput Galih untuk pergi dan bertanya ke pihak travel tentang kota tujuan travel yang ditumpangi Lia. Namun di tengah perjalanan, Galih memberi kabar kalau dia tidak bisa pergi dengannya. Akhirnya Gio memutuskan untuk pergi sendirian dan akan update jika ada info terbaru soal Lia.

"Seperti dugaan kamu, travel itu mengarah ke Bogor. Kemungkinan besar Lia saat ini berada di rumah Oma Anita", jelas Gio.

Galih yang mendengar kabar tersebut, menegang sesaat namun dia akhirnya bisa sedikit lebih rileks karena dia yakin bahwa Lia akan baik-baik saja.

"Oke, makasih infonya ya bro. Aku bakal ke Bogor setelah ini, tapi tanpa kasih kabar ke oma. Aku takut Lia bakal kabur lagi"

"Kalau butuh temen, ntar aku temenin. Lagian nyetir sendirian juga nggak baik", tawar Gio.

Galih menyetujui ide Gio, dia akan segera berangkat ke rumah neneknya setelah selesai urusan dengan Rania. Dia ingin segera bertemu dan memastikan kondisi Lia dengan mata kepalanya sendiri.

"Ayo Gal, nggak ada cocok. Kita cari makan aja yuk", ajak Rania. Rania tiba-tiba muncul tepat setelah Galih mengakhiri panggilannya dengan Gio.

Hasrat berbelanjanya menguap seketika, saat dia menerima respon tidak lazim dari Galih. Dia sadar bahwa sebenarnya Galih ingin segera mengantarnya pulang, tapi dia masih enggan untuk berpisah.

"Tapi aku nggak bisa lama-lama ya, Ran. Aku ada janji juga sama Gio soalnya", terang Galih kali ini dengan penekanan.

"Iya iya, habis ini kita pulang. Kamu kan tahu aku nggak bisa telat makan, kalau telat dikit aja lambungku bisa sakit lagi",

Setelah melewati beberapa restoran, Rania dan Galih akhirnya memutuskan untuk makan siang di salah satu restoran makanan jepang. Restoran ini juga merupakan favorit Lia, karena disini mereka juga menyediakan berbagai macam sushi dengan isian matang. Lia yang tidak terbiasa makan makanan mentah, memang lebih menyukai sushi dengan isian yang matang.

Lia pasti seneng banget kalau aku ajak makan kesini.

Tanpa Galih sadari, batinnya tiba-tiba menyebut nama Lia sesaat setelah mereka masuk dan duduk di salah satu sudut ruangan. Sebegitu pentingkah Lia di hatinya, sampai dimanapun dia berada, bayangan Lia selalu mengikuti.

Selama acara makan Rania banyak bercerita mengenai teman-temannya, bagaimana dia melewati hari-hari yang
menyenangkan namun kadang juga terasa cukup berat untuknya. Rania terlihat sangat sumringah saat itu.

Keadaan berbeda dialami oleh Galih.

Udah dua hari dia pergi, apa dia baik baik saja?
Lia udah makan belum ya?
Lia tidurnya nyenyak nggak ya?
Lia kangen sama aku nggak ya?

Entah apakah dewi keberuntungan sedang berpihak kepadanya atau malah justru sebaliknya. Karena saat ini nama seseorang yang sedari tadi dia sebut, sosok nyatanya telah berdiri tepat di belakangnya dan sedang melihat tepat ke arahnya.

Seorang gadis berambut panjang, mengenakan dress selutut berwarna maroon, begitu kontras membungkus tubuhnya yang berkulit putih. Wajah ayunya tanpa sadar meneteskan air mata yang mengalir tanpa adanya suara isakan.

Air mata itu hanya terus mengalir, tanpa dapat dibendung.

"Aku sempat berharap bahwa kamu akan bergegas mencari saat menyadari kepergianku. Namun aku harus dihadapkan dengan kenyataan yang seharusnya sudah dapat aku duga sebelumnya. Rania. Gadis itu selalu bisa mengambil perhatianmu dariku"

Lia melangkah menjauh meninggalkan pemandangan tidak menyenangkan yang baru saja tertampil di depan mata.

Pada akhirnya gaung namaku tak akan pernah sampai di hati dan pikiranmu mas.

"Kamu kenapa Lia, kok tiba-tiba pucet gitu mukanya?", tanya Anita penuh kekhawatiran.

"Nggak papa oma, kita langsung pulang aja yuk. Aku udah dapet semua yang aku butuhin, pengen buru-buru masak sama oma buat bekal pulang ke Solo.

"Tadi katanya kamu mau makan sushi langganan kamu?", tanya Anita.

"Nggak jadi oma, rame banget. Mau langsung pulang aja. Nggak papa kan oma?", tanya Lia.

Awalnya Anita dan Lia berencana mampir ke salah satu restoran sushi, tapi karena ada beberapa barang yang lupa dibeli oleh Anita. Akhirnya Anita meminta Lia untuk pergi dan memesan terlebih dahulu, karena biasa di jam makan siang restoran akan penuh.

Tapi belum sempat Anita menyusul Lia, gadis itu sudah terlebih dahulu pergi menemuinya dan mengajaknya untuk segera pulang.

Anita yang secara jelas bisa menangkap perubahan mood yang drastis dari Lia, segera menyetujui keingan Lia untuk segera pulang. Meskipun samar, tapi jejak air mata masih terlihat dengan mata yang sedikit sembab.

Apa Lia habis menangis, tapi kenapa?

Idenya baru bisa lancar jaya, doakan semoga bisa rutin update paling tidak seminggu 2 kali ya.

Insyaallah.

Karena aku pengennya semua work aku bisa selesai semua.

Gimana menurut kalian? Galih itu cowoknya kayak gimana sih? Disini kira kira siapa yang bakal jadi villain? 🤣

SurrenderWhere stories live. Discover now