Dukungan Anita

559 33 11
                                    

Selama di perjalanan pulang menuju Bogor, Lia lebih banyak diam dan melihat ke arah luar mobil. Entah apa yang ada dipikirannya. Anita tidak bisa menebak namun satu hal yang Anita yakini, bahwa cucu angkatnya ini sedang berduka.

Saat itu sekitar dua hari yang lalu, Anita dikejutkan dengan kedatangan Lia secara tiba-tiba seorang diri dengan membawa beberapa koper besar dan diantar oleh travel. Sebenarnya Anita sangat ingin bertanya alasan kedatangan Lia yang terkesan mendadak itu.

Namun Anita mengurungkan niatnya, karena melihat bahwa kondisi Lia saat itu sedang kacau dan tidak stabil.

Bagaimana tidak?

Pagi itu Anita pergi ke kebun teh, untuk sekedar melihat kinerja para pekerja lalu akan pulang setelah satu jam berjalan-jalan mengitari area perkebunan. Namun setibanya di depan gerbang, dia menemukan Lia sedang melamun dan duduk menyender di antara tumpukan kopernya.

Nyatanya, Lia sudah menunggu di depan rumah selama kurang lebih satu jam. Dia sama sekali tidak berusaha untuk menekan bel rumah ataupun menghubungi Anita. Jika saja saat itu Anita tidak memutuskan untuk segera pulang, entah berapa lama Lia akan berada di luar pagar rumahnya.

Anita akhirnya membawa Lia masuk dan menyiapkan kamar kosong untuk Lia tanpa bertanya apapun. Anita membiarkan Lia melakukan apapun yang dia inginkan di rumah Anita. Lia hanya berpesan kepada Anita untuk tidak memberitahukan Galih, bahwa dia saat ini sedang berada bersamanya.

"Tolong jangan kasih tahu mas Galih ya oma", ucap Lia dengan wajah sendu seperti hampir menangis.

Yang dibalas dengan anggukan oleh Anita.

"Sepertinya mereka berdua lagi ada problem. Sebaiknya aku ada di posisi netral, agar masalahnya nggak semakin runyam", batin Anita.

Selama dua hari menginap, Lia membantu Anita berkebun dan menata tanaman di halaman Anita yang asri. Lia juga diajak untuk pergi ke salah satu perkebunan teh milik keluarga Baskoro yang sekarang memang dikelola sepenuhnya oleh Anita.

Lia terlihat jauh lebih tenang dibanding saat dia datang dua hari yang lalu. Lia sudah tidak sering melamun, karena Anita selalu berusaha membuat Lia sibuk dengan berbagai macam hal. Perlahan Anita mulai membuka obrolan yang lebih bersifat pribadi, termasuk alasan sebenarnya kedatangan Lia kemarin.

"Jadi ini karena isi surat wasiat Hendra ya. Tentang harta warisan keluarga Baskoro yang atas nama kamu?", tanya Anita menyelidik.

"Iya oma, aku ngerasa kalau selama ini mas Galih baik sama aku hanya karena dia nggak mau kehilangan hak waris ini", terang Lia.

Lia akhirnya menumpahkan segala keluh kesah yang selama ini selalu dia tahan seorang diri. Pertahanannya roboh, hancur, tidak dapat menghalau lagi kesedihan yang dia tanggung sendirian. Dia menangis sesenggukan di dalam rengkuhan hangat Anita. Sedangkan Anita tak hentinya mengusap lembut punggung Lia, menyadarkan gadis itu bahwa dia tidak sendirian di dunia ini.

Anita yang tahu betul alasan sebenarnya Hendra memberikan seluruh warisan kepada Lia, hanya bisa terdiam pasrah. Ingin rasanya dia mengungkapkan kebenaran atas semua ini, agar benang kusut dapat segera terurai. Namun, dia sudah berjanji pada mendiang anaknya agar berada pada posisi netral tidak memihak.

Lia bahkan pernah ingin menyusul kedua orang tuanya, karena dia merasa sangat kesepian. Dia merasa sendiri, sangat sendiri. Dia tidak memiliki siapapun untuk berbagi cerita dengannya. Dia sebatang kara, raganya hidup tapi jiwanya telah lama mati.

Anita tidak bisa mengungkiri bahwa diapun juga ikut andil dalam kesedihan yang Lia hadapi selama ini. Dia merasa gagal menjaga Lia sesuai dengan permintaan mendingan anaknya.

Selama ini Anita lalai, dia tidak menyadari gelagat aneh yang tampak dari Galih dan Lia. Dia menganggap bahwa hubungan mereka baik-baik saja. Baik Galih maupun Lia sangat pandai berkilah dan berlakon di depan dia dan keluarga besar.

Tidak ada satupun yang menaruh curiga pada hubungan pernikahan mereka. Entah neraka dunia seperti apa yang sudah dialami oleh Lia selama tiga tahun ini. Harus hidup satu atap dengan suami yang mencintai wanita lain.

Sungguh miris hidup seorang istri yang diabaikan oleh suaminya. Sebagai seorang wanita, Anita tentu sadar betul bahwa bagi seorang istri suami adalah seluruh dunianya.

Lalu bagaimana jika dunia saja enggan berpihak padanya, maka pantas jika Lia bahkan hendak mengakhiri hidupnya sendiri.

Jika memang Lia ingin menjauh dari Galih, maka Anita akan memastikan bahwa kali ini dia akan memihak kepada Lia. Sudah cukup penderitaan yang Lia alami selama ini. Jika saja Anita terlambat mengetahui hal ini, bahkan Anita tidak sanggup membayangkan langkah ekstrim apa yang akan Lia tempuh.

Biarkan cinta dan kepedulian yang akhirnya akan mempersatukan mereka. Mungkin awal mula hubungan ini terjalin karena adanya keterpaksaan, tapi aku yakin seiring dengan berjalannya waktu. Jika memang benih cinta tumbuh diantara keduanya, maka surat wasiat ini sudah tidak diperlukan lagi. Dan saat itulah mereka bisa memulai hubungan yang baru, dengan awal yang baru tentunya tanpa ada bayang-bayang masa lalu. Namun fakta bahwa dia hidup karena Lia tidak akan pernah bisa dipungkiri.

Anita mengingat perkataan mendiang Hendra kala itu. Batin Anita bimbang, dia tidak tahu harus mengambil langkah apa. Tapi bukankah Galih sudah diberi kesempatan untuk membalas kebaikan Lia, namun akhirnya dia melewatkan kesempatan itu.

Netral dan tidak berpihak menjadi poin yang ditekankan oleh adiknya. Tetapi, akankan Anita masih bisa bersikap netral saat dia juga telah lalai dalam menjaga kebahagiaan Lia selama ini.

Jika memang ini yang dia inginkan, maka biarkanlah.
Jika memang ini yang bisa membuatnya bahagia, maka biarkanlah.
Jika memang pada akhirnya mereka dapat bersatu kembali, maka biarkanlah.
Aku hanya akan mencoba untuk sedikit mengobati duka lara yang selama ini telah dia alami.

Surakarta, 4 Desember 2022

Halo halo, Anita akhirnya lebih condong ke Lia. Nah kan Galih pendukungnya pada ilang 😂

SurrenderWhere stories live. Discover now