17. Roh Penghancur

56 20 2
                                    

Warning: Kekerasan, Penyiksaan, Keinginan bunuh diri

Life Power berlari, terus berlari, masih berlari sekuat tenaga menjauhi segala duga bahaya yang membuntuti

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Life Power berlari, terus berlari, masih berlari sekuat tenaga menjauhi segala duga bahaya yang membuntuti. Tidak ada waktu untuk melirik ke belakang saat kesempatan mereka menghirup udara bebas hanya tinggal sejengkal lagi. Meski pada akhirnya membuat mereka meninggalkan siapa pun yang tidak bisa mengikuti.

Kekacauan yang datang bagai malapetaka di hari akhir. Seluruh barang-barang bekas proyek saling menembak tak tentu arah. Sekop terbang dengan kekuatan tinggi, kemudian terpantul dari tabrakannya dengan potongan rel sehingga mengarah pada Czou yang di bawah. Pemuda tersebut bergulir lantaran dorongan sekop menghantam bahu.

Kesialan Jekha hampir membuatnya ingin menggelegakkan tawa. Dalam pikirannya, ia membayangkan bagaimana mesin las panas bekerja. Seakan-akan mengikuti cara pikirnya alat itu datang dengan sendirinya meninju perut Jekha sampai ia muntah darah. Badannya terpelanting hingga ia melihat lagi, sosok yang tengah terkekeh gila.

Warna mata Revan yang Jekha ingat selalu hitam sekelam rambutnya kini berubah ungu. Tato tiga garis horizontal ungu muncul di dahinya. Revan membentuk persona yang tak pernah ia bayangkan akan sangat mengerikan.

Jekha terguling ke sana dan ke sini, tetapi tak mengubah di mana ia berada. Ketika matanya masih bisa melihat, dalam cekungan kawah terbaring Czou yang hampir menyerosok ke bawah. Jauh di ujung berlawanan kawah, Dyovor dan Theo saling merangkul, bertopang satu sama lain hendak mendekatinya, Jekha hanya mampu bergumam tanpa suara, "Pergilah ...."

Kepulan debu berlomba-lomba terhempas padanya kala semua kaki berbondong-bondong lari pergi meninggalkan. Jekha sudah berlumurkan darah, berselimutkan debu, tetapi ia memasang senyum yang amat tipis sebelum kesadarannya terenggut.

Hiduplah.

"Hanya mendapatkan dua."

______________

Aura mencekam seolah-olah menusuk setiap bulu kuduk berharap bisa sembunyi di bawah kulit, menghindari teror yang terasa. Dingin dan aroma rumput basah yang pekat membelai kulit, secara perlahan membangunkan Jekha kepada mimpi buruk selanjutnya.

Jekha tidak bisa merasa sakit lebih dari ini. Pandangannya terbawa kepala yang tak mampu diam di tempat dengan tegak. Mulai dari bawah yang tampak berwarna hijau, kemudian bentuk-bentuk yang masih kabur dalam pengelihatannya. Namun, yang pertama datang dalam pikiran Jekha adalah pavilion klasik bertaburkan coklat keemasan.

Ia tidak tahu kalau Divisi Penangkapan Kekuatan Liar akan terlihat sangat tua seperti ini. Akan tetapi, keningnya semakin berkerut kala melihat bukan para bedebah baju biru yang ada di depannya melainkan hanya postur seseorang yang agak bungkuk dengan pakaian ungunya yang menjuntai ke bawah. Pakaian dengan kerah tinggi, lengannya sangat lebar di ujung pergelangan, terdapat motif tiga garis melengkung melintasi baju bagian atas.

✔ Deadly ShadowWhere stories live. Discover now