Ayunan

3.2K 509 25
                                    

Aku duduk di ayunan sebelahnya, sembari menatap wajah Ellea yang begitu cantik. Pakaiannya pun tak kalah cantik. Gaun panjang berwarna putih bersih.

"Selamat ulang tahun, El," ucapku.

"Makasih, Kak," balasnya.

"Aku pikir kakak tidak akan ke sini," imbuhnya.

"Kakak pasti akan menemukanmu, El."

"Sayangnya aku akan segera pergi, Kak."

"Apa kamu akan kembali?"

"Hmm, sepertinya tidak."

"Apa kamu tega meninggalkan kakak sendirian?"

Ellea menatapku, "Sepertinya kakak sudah kuat. Tidak menjerit-jerit dan menangisiku."

"Kakak tidak menjamin ini akan bertahan lama. Bisa jadi setelah kamu pergi, kakak akan kembali seperti itu."

"Jangan, Kak! Melihat kakak seperti itu membuatku sangat menderita."

"Maaf, kakak berjanji akan lebih kuat."

"Termasuk saat menghadapi sosok yang menyeramkan."

"Kalau itu kakak tidak bisa janji, El."

"Aku sudah menciptakan alur yang agak ekstrim agar kakak bisa lebih kuat."

"Menciptakan alur? Maksudnya?"

"Kejadian selama dua tahun ini semuanya ada hubungan denganku, Kak." Ellea mulai bercerita.

Cerita di awali dengan meninggalnya Ellea. Kemudian aku menjadi depresi berat. "Aku bisa melihat kakak. Aku sedih saat kakak dibawa ke Rumah Sakit Jiwa. Namun, itu demi kebaikan kakak juga. Agar kakak tidak terus menyakiti diri sendiri," ucap Ellea.

"Aku menangis saat melihat kakak mencoba gantung diri. Beruntung kakak bisa diselamatkan. Namun, kakak tidak tau akibatnya apa," sambungnya.

"Apa akibatnya, El?" tanyaku.

"Di saat seseorang mengalami fase antara hidup dan mati. Ada kemungkinan dia akan kembali dalam keadaan bisa melihat dua dunia."

"Seperti anak indigo?"

"Ya, semacam itu. Hanya saja, kemampuan itu datang di saat yang tidak tepat. Saat jiwa kakak sedang terganggu, sehingga sosok-sosok menyeramkan datang tanpa kendali. Membuat jiwa kakak semakin terganggu," balas Ellea.

"Lalu kapan kamu datang, El?"

"Di saat kondisi kakak sudah sangat memprihatinkan. Bersamaan dengan kakak yang sudah melupakan masa lalu. Kemudian, aku datang untuk melindungi jiwa kakak yang kosong."

"Berarti yang mengajak kakak kabur dari Rumah Sakit Jiwa itu kamu ya, El?" tanyaku.

Ellea tersenyum, "Iya, kakak tidak bisa terus berada di sana."

"Kenapa?"

"Aku takut bukan hanya masa lalu saja yang hilang, tapi jiwa kakak juga akan hilang selamanya. Mereka tidak percaya dengan apa yang kakak lihat. Mereka menganggap kakak berhalusinasi. Jadi sudah seharusnya aku membawa kakak pergi dari sana," balas Ellea.

"Kenapa kakak tidak ingat kejadian itu, El?" tanyaku.

Ellea kembali tersenyum, "Apa yang kakak ingat?"

ElleaWhere stories live. Discover now