Kakak Ipar (1)

18.3K 159 2
                                    

Cast :
- Mas Hafid

Cast :- Mas Hafid

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

- Edwin


Namaku adalah Edwin Pramudya. Biasa dipanggil Edwin. Aku adalah seorang mahasiswa manajemen berumur 20 tahun. Aku tinggal bersama kakak kandungku dan suaminya yaitu Kak Salma dan Mas Hafid.

Mas Hafid adalah kakak iparku. Dia berumur 24 tahun. Berketurunan Indonesia-Afghanistan. Pastinya gede lah yaa, hahaha. Bekerja sebagai direktur perusahaan. Sudah 5 bulan ia menikah dengan kakakku, dan sekarang sedang mengandung anaknya berjalan 4 bulan. Lumayan tokcer juga pejuhnya yaa. Meskipun istrinya sedang hamil, tapi itu tak menjadi halangan baginya untuk terus menggempur istrinya.

Pukul 9 malam, aku baru saja pulang dari kampus dikarenakan menyelesaikan tugas kuliahku terlebih dahulu. Aku bertanya-tanya saat melihat sekeliling rumah nampak gelap. Aku bergegas meletakkan tas kuliahku ke kamar dan mencari keberadaan kakakku dan suaminya. Mendekati area kamarnya, aku malah mendengar suara lenguhan dan desahan kenikmatan dari kamar kakakku. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Mas Hafid sedang menggarap kakakku? Bukankah kalo sedang hamil tidak diperbolehkan ya? Untuk menjawab rasa penasaranku, aku pun mengintip aktivitas yang sedang terjadi di dalam sana melalui lubang kecil di pintu. Rupanya Mas Hafid juga baru pulang dari kantornya terlihat ia masih memakai kemeja rapinya dan sedang berciuman intens dengan istrinya sambil tangannya meremas payudara sang istri.

Kak Salma pun semakin bergairah atas ciuman dan rangsangan yang diberikan oleh suaminya itu. Dia pun membuka satu persatu kancing kemeja putih suaminya itu, hingga nampaklah bisep kekar dari Mas Hafid serta dada bidang yang sedikit berbulu itu. Kini, Kak Salma pun menjilati puting suaminya itu dan sesekali meremas dada Mas Hafid. Dirinya kini sudah bertelanjang total, namun suaminya masih mengenakan celana kerjanya itu. Perlahan, Kak Salma membuka gesper dan menurunkan celana Mas Hafid dan meninggalkan boxer hitam ketat yang dikenakannya. Kak Salma pun berlutut dihadapan kontol suaminya itu dan membuka boxer hitam itu. Kontol Mas Hafid sudah tegang maksimal, dan mengeluarkan percum, sungguh besar dan tebal. "Aku kangen sama ini mas, pisang jumbo Afghanistan mu mas." ucap Kak Salma yang kemudian melahap batang kemaluan suaminya itu. "Nikmatilah Salma, itu punyamu sayang, ahhhh ahhh." kata Mas Hafid sambil mengerang nikmat. Melihat itu pun, aku ikut terangsang dan ingin mendapatkan pisang jumbo kakak iparku itu. Di luar pintu kamar itu pun, aku langsung menelanjangi diriku sendiri. Bergegas memainkan kedua putingku dan mengocok kontolku sendiri.

15 menit Mas Hafid mengentoti mulut kakakku kemudian ia pun memposisikan kontolnya di depan memek basah kakakku yang kini siap dijebolnya. Kak Salma terbaring di atas ranjang sambil mengangkat kedua kakinya sedangkan Mas Hafid berdiri di tepi ranjang.
"Mas masukin ya sayang ke memek basah kamu ini." ucap Mas Hafid. "Iyahh sayangg, masukin aku dah ga tahan lagi." balas Kak Salma. Blesss! Kontol besar itu pun masuk sempurna ke dalam lubang.
"Ahhhh kok masih sempit aja sih sayang, huhh. Padahal kan udah aku ewe berkali-kali, ahhh."
"Ahhh iyahh mas, kontol kamu tuh yang kegedean, sampe mentok ke dinding rahim aku."
"Uhhh aku mulai genjotin ya sayangg, ahhh, ahhh ahhhh." ucap Mas Hafid sambil memaju mundurkan kontol besarnya di memek itu.
"Ahhh ahhh ahhhh pelan pelan mas, kasian anak kamu yang di dalem tuh, ahhh."
"Ahh hahah, tenang ya nak, papah ga bakal nyakitin kamu kok, ahhh..." ucap Mas Hafid sambil mengelus perut istrinya. Hampir 30 menit Mas Hafid mengentoti istrinya, kini saatnya dia mencapai klimaks. "Sayanggg...ahhh..mas mau crott nihhh ahhhh...mas keluarin di dalem yaa....ahhhhh crottttt..." ucap Mas Hafid sambil menyemburkan pejuhnya ke rahim sang istri. Setelah dirasa puas, Mas Hafid pun mencabut kontolnya dan dapat terlihat lelehan pejuh mengucur dari dalam lubang kemaluan Kak Salma.

Setelah peristiwa itu.
Kak Salma pun sudah terlelap tidur dengan posisi yang masih telanjang, begitu pun dengan Mas Hafid. Namun kakak iparku itu tak kunjung terlelap juga. Mas Hafid memutuskan untuk keluar kamar dan menuju kamar mandi dengan posisi masih telanjang dan kontolnya tergelantung lemas. Aku pun turut membuntutinya. Namun, saat hendak selangkah mendekati pintu kamar mandi, Mas Hafid menoleh ke belakang dan memergokiku yang sedang membuntutinya.
"Edwin, ka-kamu ngapain tengah malem gini belum tidur?" tanya Mas Hafid sambil sedikit canggung dan reflek menutupi kontolnya.
"E-iyaa mas, aku ga bisa tidur makanya aku berniat mau cuci muka tadinya. Mas Hafid sendiri ngapain tengah malem gini malah bugil ke kamar mandi?" tanyaku balik.
"Hahaha biasalah, win. Kayak ga tau aja abis ngapain hahaha. Tapi mas juga ga bisa tidur nih, gerah banget rasanya, makanya mas mau mandi dulu siapa tau habis itu mas bisa tidur nyenyak heheh." jawabnya.
"Oh gitu, yaudah deh, mas aja duluan yang masuk, aku nunggu di luar dulu, gapapa." ujarku.
"Ga usah, win. Barengan aja gapapa lagian kamu cuman mau cuci muka doang kan? Sekalian temenin mas di dalem bantuin gosokin punggung mas juga dehh, hehehe." ucapnya.
"Hmm okee dehh mas.." jawabku yang setengah khawatir kalau nanti aku tiba-tiba sange melihat tubuh kakak ipar ku itu.

Di dalam kamar mandi
Author POV
Jarak wastafel tempat cuci muka dengan tempat mandi tidaklah jauh. Edwin menahan hasrat untuk tidak melirik ke arah tubuh kakak iparnya itu yang sedang terbasahi oleh air shower. Namun, hal itu sulit dilakukannya. Sesekali dia melirik ke arah kakak iparnya yang sedang menggosok bagian jantannya itu.
"Edwin, kamu sering nggak sih cukur jembut gitu?" tanya Hafid yang seketika mengagetkannya.
"E-eee nggak sering juga sih mas, paling kalo udah panjang gitu baru aku cukur." jawab Edwin dengan agak canggung dikarenakan pertanyaan kakak iparnya yang tiba-tiba membahas hal seperti itu.
"Menurut kamu, jembut mas ini udah panjang belum sih?"
"E-ee enggak kok mas, masih rapi gitu kok."

Seusainya aku cuci muka dan menggosok gigi.
"Win, sini bantuin gosokin punggung mas." pinta kakak iparnya itu.
"I-iyaa mas.." jawab Edwin bergegas menuju ke arah Hafid yang sedang mandi.

Edwin memberanikan diri untuk memuji tubuh kakak iparnya itu.
"Punggung mas Hafid keker banget, pasti kak Salma suka kan yaa."
"Haha bisa aja kamu, win. Ini mah biasanya yang gosokin punggung mas itu kakakmu. Tapi sekarang dianya lagi tidur."

Tak hanya berhenti di situ, Edwin pun memberanikan diri untuk merangsang kakak iparnya melalui titik sensitif di belakang telinga. Tiap kata yang diucapkan oleh Edwin terhembuskan melalui udara sejuk di titik rangsang di belakang telinga Hafid. Hingga Edwin benar-benar menyadari bahwa sang kakak iparnya itu sudah berada di kondisi sange akibat rangsangannya.
"Mas Hafid, ga mau nyoba main sama aku nihh?" goda Edwin sambil meraba puting kakak iparnya itu.
"Edwin, apa yang mau kamu lakukan, aku ini kakak iparmu, ahhh..." cegah Hafid. Namun, dirinya kini sudah dikuasai oleh nafsu seksualnya.

Edwin pun berjongkok di depan senjata perkasa milik kakak iparnya itu. Tanpa menunggu lama, ia pun melahap benda itu.
"Ahhh...Edwin kamu memang benar-benar membuatku bergairah untuk melakukan hal itu lagi...Ahhh...ahhh.."
"Slurppp slurppp... Hohh..hohhh..hohhh.." suara yang timbul akibat sepongan Edwin terhadap kontol jumbo kakak iparnya.

Kumpulan Cerita GayWhere stories live. Discover now