5

1.3K 62 1
                                    

Sesampainya dirumah sakit Sinta langsung menanyakan ruang rawat Aira kepada perawat yang kebetulan sedang lewat didepannya.

Setelah mengetahui ruangannya ia langsung menuju kesana. Di dalam ruangan tersebut terlihat edgar sedang menggenggam tangan anaknya dengan penuh kasih sayang.

Keringat dingin mulai membasahi dahi Sinta, ia tahu setelah ini  edgar pasti akan mencaci makinya atau bahkan akan menamparnya.

Namun ia berusaha menguatkan hatinya. Tidak akan ada hal buruk yang akan terjadi kepadanya.

Edgar yang mendengar suara pintu dibuka langsung menoleh ke arahnya. Dengan wajah memerah karena menahan amarah edgar berdiri dan membiarkan sinta duduk di dekat Aira.

Air mata Sinta pun turun dengan derasnya. Ia merasa apa yang di ucapkan Edgar memang benar. Bahwa ia tak pantas menjadi seorang Ibu.

Melihat tubuh anaknya yang tergolek lemas. Ia pun merasa jantungnya seperti ditikam dengam pedang.

Sakit sekali...

Edgar yang muak melihat tangisan istrinya langsung memulai pembicaraan.

" Sudah Puas".

" Kau tak perlu menangis seperti itu. Dokter bilang Aira hanya patah tulang dan mendapat 8 jahitan di kepala.

Oh... Aku lupa kamu kan tidak peduli dengan anak mu sendiri. Bahkan saat kejadian terjadi pun kau tak tahu apa-apa. APA YANG KAMU LAKUKAN SEHARIAN TADI HAH".

"Mas.... Kita bicara di tempat lain saja. Aku nggak mau Aira sampai terganggu karena perbincangan kita". Ucap sinta sambil menarik tangan Edgar.

Edgar yang mendengar hal itu hanya menurut saja sambil menahan amarah.

Sebab ia tahu anaknya perlu banyak istirahat. Jadi ia hanya mengikuti sinta dari belakang.

Sinta memilih tempat yang jarang di kunjungi banyak orang yaitu roftop rumah sakit.

Hal ini dipilihnya karena ia tahu perpaduan antara edgar dan emosinya merupakan sebuah hal yang menakjubkan.

"Sin.... Kamu tahu jam 5 itu waktu aku pulang kerja, ngak mungkinkan kamu tidur jam segitukan" ucap edgar

Sinta yang mendengar hal itu hanya menundukkan kepala.

"JAWAB SIN..."

"Maaf mas... Kepalaku pusing banget, jadi aku istirahat sebentar dikamar."ucap Sinta

"alaaaah ... Itu cuma alasanmu aja kan. Kamu itu memang ibu yang ceroboh". Sahut edgar

" Mas... Kenapa kamu selalu nyalahin aku.
Semua yang aku lakukan ngak ada yang benar di mata kamu.

Mau aku sampe pingsanpun kamu nggak akan pernah lihat apa yang telah aku lakuin mas.

Kenapa kamu berubah mas?

Dulu kamu nggak pernah bentak apa lagi nyalahin aku". Ucap Sinta

"Ngak usah mengalihkan pembicaraan. Aira jadi seperti ini karena kamu. Harusnya kamu istirahat waktu Aira tidur, bukannya aira kamu tinggal tidur lalu yang jagain dia siapa sin. Jam 5 kok tidur dasar pemalas". Balas edgar

"Mas....

Aku minta maaf mas. Tadi aku beneran pusing banget. Aku juga sedih lihat anak aku sakit seperti itu.

Tapi memang keadaanku sedang tidak baik mas. Jika aku ada salah sama kamu aku minta maaf mas. Sikapmu yang selalu emosional dan terkesan menghina dan merendahkan aku, lama-lama buat aku nggak sanggup pertahankan pernikahan kita". Ucap Sinta

"Ini kan mau kamu HAH...." Balas edgar

"Jangan fikir aku nggak denger apa yang kamu ucapin sama teman kamu ya sin". Ucap edgar

" Teman yang mana mas?".

" ini kan yang kamu inginkan. Waktu itu kamu bilang jijik punya suami penurut, lemah, kayak nggak punya pendirian selalu mengikuti keinginan ceweknya.

Setelah aku denger kamu bilang begitu, aku ngerasa semua sikap aku ternyata bertolak belakang dengan lelaki idaman kamu itu." Ucap edgar

"Aku nggak bermaksud seperti itu mas. "

"APA? Kamu nggak terima.
Di baikin nggak suka, di tegasin nggak kuat. Jadi Ibu nggak bisa jagain anak, suami kerja nggak di sambut malah disuguhkan dengan kejadian tadi, kam-".

"Aku kan udah minta maaf mas hiks...  hiks... Kamu juga harus ngertiin aku dong mas. Aku sakit... Mas. Kamu nggak pernah sekalipun ngertiin aku.

Andai aja kamu jadi aku mas..
kamu akan tahu seberapa stressnya aku hadapin kamu". Ucap sinta

"Suami belum selesai bicara kamu main potong aja Sin". Ucap Edgar

"Apa... Aku dah lelah ngehadapin sikap kamu mas. Mau aku jelasin kyk apa kamu nggak bakal percaya.

POKOKNYA AKU MAU CERAI". ucap Sinta

" SEMUDAH ITU KAMU BILANG HAH. DASAR PEREMPUAN NGGAK TAHU DIRI" Ucap edgar sambil mendekat ke arah tubuh Sinta.

Dan mengangkat tangan ke arahnya. Sinta yang melihat itu dengan refleks mundur kebelakang hingga sampai pada ujung pembatas roftop rumah sakit.

Tanpa sadar Sinta tersandung kakinya sendiri dan terjatuh ke bawah. Edgar yang melihat hal itu dengan cepat meraih tangan Sinta dan  dengan sekuat tenaga
menarik tubuhnya keatas.

"Udah mas... Mungkin memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama mas hiks...hiks...hiks...

Kamu jaga Aira dengan baik ya mas..." Ucap sinta

"Jangan gila kamu sin, aku akan menyelamatkan mu." Ucap edgar sambil menarik sinta dengan sekuat tenaga.

Usaha memang tidak pernah menghianati hasil.

Edgar berhasil menarik sinta dan langsung memeluknya lama Sambil menenangkan sinta yang masih syok dengan kejadian tersebut.

"Aku sangat menyayangi mu sin. Menjaga aira adalah kewajiban kita berdua, aku berharap bisa melihat aira menikah dengan suaminya kelak". Balas edgar seraya mencium kening sinta.

Edgar yang merasa bahwa sinta sudah cukup tenangpun melepas pelukan tersebut.

" Ayo kita kembali ke ruangan aira, aku takut jika dia sudah sadar hiks...hiks...hiks.... dan mecari kita". Ucap sinta

Sinta berjalan terlebih dahulu sedangkan edgar mengikuti dibelakangnya.

Edgar menoleh kebelakang dan ia melihat gelang sinta tersangkut di tepi roftop tersebut

Edgarpun berniat mengambilnya, karena gelang tersebut merupakan gelang kesayangan sinta sekaligus hadiah darinya waktu merayakan anniversary pertama pernikahan mereka.

Waktu itu sinta berjanji tidak akan pernah melepaskan gelang tersebut dari tangannya.

Karena takut istrinya akan sedih karena kehilangan gelang tersebut edgarpun mengambilnya.

Namun saat berjalan menuju gelang tersebut, kaki edgar tergelincir dan membuat tubuhnya jatuh dari roftop rumah sakit tersebut.

"Aaaaaaagh.... ". Jerit edgar

Sinta yang masih berada diroftoppun segera melihat ke arah suaminya...

Dan alangkah terkejutnya ia... Karena tidak mendapati edgar di sana.

"Mas.....".

Sintapun berlari dan berteriak memanggil suaminya.

Edgar yang mendengar teriakan sintapun hanya dapat menangis dan meminta maaf kepada istrinya.

"Harusnya aku memperlakukanmu dengan baik. Maafkan aku sin, aku sangat mencintaimu". Ucap edgar dengan lirih

Sebelum tubuhnya jatuh ke bawah rumah sakit.



















Okay...untuk part 5 ini agak panjang ya... Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa klik favorit dan komen ya...

See you next chapter....










SorryWhere stories live. Discover now