Bab Satu

98 5 1
                                    

Langkah cepat Profesor Ristan terhenti seketika. Didepannya terbentang bangunan pabrik yang terbengkalai. Ditempat sesunyi ini bagaimana dia akan menemukan Ly? Sedang teriakan minta tolong anak muda itu cuma sekali terdengar lalu terhenti.

***

Tiba tiba saja Ly tersentak dari tidurnya. Kamar masih terasa gelap meski matahari sudah tajam bersinar. Mungkin karena tirai jendela masih tertutup rapat. Dia melihat jam tangannya dan tersenyum sendiri karena baru semalam ia ingat mendapat jam itu dari penjual barang bekas yang tak mengerti barang bagus. Jam digital sederhana itu menunjuk angka 06:44, tak biasanya ia bangun sesiang itu makanya ia bergegas melempar selimut.

Dia merasakan seluruh tubuhnya terasa lelah saat keluar ke teras kamar mencari udara segar. Ia tinggal sendirian di kota Sleman. Di sebuah aparteman murah di lantai tiga yang nyaris bangkrut karena jarang orang yang mau tinggal disitu.

Tanpa berganti baju dan cuci muka ia melangkah keluar kamar. Ia akan mencari segelas kopi di lantai bawah untuk mengurangi suntuk. Baru beberapa Langkah ia melitat pak Har didepan kamarnya. Ia sedikit menggerutu kalau sampai pak Har melihat dan menyapanya bakal lama nih. Paling tidak ia harus membuang waktu sekitar sepuluh menit untuk basa basi dengannya.

Tapi anehnya pak Har tak menghiraukannya bahkan menoleh pun tidak. Ly merasa lolos dari lobang maut, beruntung kali ini ia bisa langsung ngacir.

Ia memutuskan lewat tangga daripada naik lift. Disana ini ia sempat berpapasan dengan Rahil, salah seorang penghuni apartemen. Cowok itu bermasker dan bertopi, tapi ia berpura -pura tak melihat Ly. Jadi mereka berpapasan begitu saja tanpa saling menyapa. Ly heran dan mendongkol, " Meski kamu bermasker aku tahu kalau kamu itu Hil, ngapain pura-pura gak kenal aku. Lagian siapa yang butuh sapaan dari kamu." Gerutu Ly dalam hati.

Sampai Coffee Shop suasana agak ramai. Ly datang langsung menemui barista. Ia ingin ngomong " satu bawa pulang. " Tapi ia kalah cepat dengan orang itu yang menyapa duluan dengan kalimat yang mengejutkan, " Hi...can I help you?"

Ly gak jadi tersenyum ia merasa orang ini bercanda tidak pada tempatnya maka ia menjawab singkat, " Kopi."

Kembali ke kamar Ly merasa aneh dengan orang-orang yang ia temui tadi. Mereka semua bertingkah tidak seperti biasanya. Ia lalu meletakan kemasan gelas kopi diatas meja kecil begitu saja dan menghampiri washtafle dengan ornament kaca diatasnya, ia merasa ingin cuci muka. Namun saat melihat cermin didepannya ia tersentak kaget. Reflek tubuhnya terdorong kebelakang menjatuhkan kursi begitu keras.

Dia melihat wajah orang lain dibayangan cermin. Dia teriak histeri. Lalu berlari membuka pintu lemari yang dibaliknya ada kaca cermin. Ia berharap disitu ia menemukan wajah aslinya. Namun ternyata sama saja bayangan yang ia lihat.

Mengapa wajahnya bisa berubah seperti orang Afrika seperti ini. Sesaat ia sangat bingung. Apa yang terjadi...... apa yang terjadi....., tanyanya berulang-ulang.

Ia berjalan kesana kesini sambil menjambak rambut. Tampak sekali raut muka ketakutan dan kebingungan. Ia tak mengerti apa yang sudah terjadi. Lebih parah lagi ia tak tahu harus berbuat apa. Berkali-kali ia melihat di cermin tapi wajah Afrika itu tetap tidak hilang.

Dia Tampar kedua pipi sekeras-kerasnya dengan dua telapak tangan. Ia berharap ini hanya mimpi. Tapi meski kedua pipinya memerah dan terasa panas ia tetap tidak sedang bermimpi. Ini benar-benar terjadi pada dirinya. Ia merasa sangat panik, dicobanya cuci muka lagi sambil menggosok wajah sekeras-kerasnya dan ketika bercermin ia masih saja berwajah seperti orang Afrika.

Lalu ia melepas jam tangan dan mencuci muka lagi lebih lama dan lebih keras. Setelah dirasa cukup ia kembali bercermin dan kali ini wajahnya kembali seperti semula yaitu wajah dia yang sebenarnya.

Kejutan Dr.SenfiniWhere stories live. Discover now