Bab Sepuluh

9 4 2
                                    

Meski tidak ada yang mau mengalah, pertemuan empat mata itu berakhir begitu saja. K305 memilih pergi meninggalkan sang Ketua. Dia memutuskan menunda menyelesaikan masalahnya dengan Ketua karena dia menyadari adanya orang lain yang hadir diantara mereka berdua.

Sementara Ketua yang semakin tersinggung dengan sikap K305 melampiaskan kekesalan dengan melemparkan senjata apinya kearah reruntuhan yang gelap dekat dinding sambil berteriak sekeras-kerasnya.

Duennngggggg........

Suara lempengan besi yang ditimpa senjata api sang Ketua menggema nyaring dan bising. Dia pun melangkah pergi kearah yang berlawanan dengan arah kepergian K305.

Si kacamata tersenyum lega dengan kepergian kedua orang tersebut. Ini berarti menghindari keributan di tempat itu.

Ia juga akan meninggalkan tempat gelapnya, namun sebelum pergi si kacamata kembali melihat kearah pilot heli yang masih sembunyi diantara kegelapan. Sepertinya ia tak menyadari kalau pertemuan di tempat ini sudah selesai. Padahal ia merasa sudah menemukan tempat yang nyaman untuk mencuri pendengaran.

Ini aneh, kalau ia merasa bisa mendengar semuanya seharusnya ia bisa mendengar kalau pertemuan ini sudah selesai.

Sesaat kemudian ia sudah melangkah pergi sambil berjingkat untuk menghindari suara yang mungkin timbul karena ia berjalan diantara puing kaca. Ia memang tak ingin pilot heli tahu tentang keberadaan dirinya disana, lalu menghilang sambil tersenyum melihat keluguan si pilot heli.

Tanpa disadari oleh si kacamata sebenarnya Nawang tahu pertemuan itu telah selesai. Namun karena ia menyadari keberadaan orang lain juga ditempat itu, ia memilih menunggu sampai semua orang pergi.

Kembali ke kantornya Ketua seperti kebingungan sendiri. Ia bersumpah menghabisi anggotanya itu. Bila perlu hari ini juga.

Seperti biasa setiap merasa terancam ia meraba pinggang kirinya tempat kantung pistol yang terbuat dari kulit pilihan berada. Sejenak ia terkejut karena terasa kosong.

Menyadari ia telah membuang senjatanya sendiri karena rasa marah membuatnya menyesal. Sebuah kemarahan yang berlebihan dan tidak bermanfaat.

Dia berniat kembali ke tempat tadi untuk mencari senjata apinya, namun telepon di saku kemeja dalamnya berdering memanggil. Ia melihat dan terkejut, ternyata angota Dewan menelponnya.

Ketua menjawab dengan cepat ia tahu karirnya di organisasi ini telah diputuskan berakhir oleh Dewan. Dia bersiap menerima berita itu namun ternyata dugaannya sedikit meleset. Dia memang tidak dipecat tetapi tidak juga mendapat jabatannya kembali.

Ternyata ia ditelepon untuk dimintai keterangan lanjutan tentang serangan brutal di markas organisasi.

Sebagai seorang pejilat sejati hal itu tentu sebuah kehormatan. Berarti dirinya masih dipercaya sama pengelola organisasi. Ia dengan serius mendengar dan menjawab semua pertanyaan Dewan berkaitan dengan peristiwa tersebut.

Yang lebih mengejutkan lagi adalah Dewan juga menyampaikan perihal tentang investigasi terhadap dirinya telah selesai. Ia juga dianggap bersih dan bebas dari pengawasan sebagai anggota yang tidak terlibat dalam kehancuran markas beberapa hari yang lalu. Bahkan ia diminta menyampaikan semua perkembangan berkaitan dengan penyelidikan kepada seluruh anggota organisasi.

Dia tidak diminta untuk melakukan penyelidikan apalagi mengambil sebuah tindakan, dirinya hanya wajib menyampaikan perkembangan didalam markas berkaitan dengan semua penyelidikan.

Mendapat perintah seperti itu mantan Ketua tersenyum senang. Ia merasa menang. Inilah saatnya ia menjalankan rencananya sendiri tanpa melibatkan anggota yang lain.

Kejutan Dr.SenfiniWhere stories live. Discover now