Bab 4

570 5 0
                                    

Lobby Restaurant Rowa, 20.30pm

"Kita semua pulang dulu ya." Pamit Ayah dan Bunda bersiap masuk ke dalam mobil.

"Bentar! Angkasa, kamu bisa antar Aurora pulang ke rumah?" Tanya Papa Bara.

"Ermm pa, tapi tadi Angkasa menggunakan motor kesini. Nanti motornya gak ada yang jaga kalau menggunakan mobil Aurora." Aurora mengangguk ngangguk dengan alasan yang diberikan oleh Angkasa.

"Oh itu mah gampang. Nanti ayah suruh Pak Deni untuk mengambil motor kamu disini. Kamu berikan saja kunci motor kamu ke ayah." Sambar Ayah Toni.

Tanpa ada alasan lain yang bisa diberikan, Angkasa mengalah dan mengeluarkan kunci motor dari kantong jaketnya.

Setelah semua nya berpamitan pulang, tersisa 2 manusia yang masih menatap kosong di depan pintu lobby hotel.

"Mana mobil lho?" Tanya angkasa mencoba memecahkan keheningan antara mereka.

"Perasaan tadi kita berdua ketemu di parkiran deh." Mendengar jawaban Aurora, Angkasa hanya bisa menganggukan kepalanya dengan perasaan canggung.

Didalam mobil sendiri, mereka menghadapi suasana hening, bagaikan 2 orang asing yang bertemu padahal biasanya mereka akan selalu ribut kalau bertemu.

"Lho kok dia aja sih, Ra?" Pertanyaan yang keluar dari mulut Angkasa untuk mencairkan suasana dingin.

"Gw lagi mikir aja." Jawab singkat Aurora

"Btw, singgah ke tempat nasgor bang mamat dulu dong. Gw laper banget nih tiba tiba." Lanjut Aurora.

"Lah, lho tadi bukannya udah makan ya?"

"Emang tadi dengan suasana super canggung, lho bisa menelan makanan ya?" Apa yang diucapkan Aurora sebenarnya tepat pada sasaran. Di meja makan, dia hanya bisa menelan sesuap nasi dan sepotong ayam karena beban pikiran yang baru saja dia terima mengenai perjodohan.

---

Warung Bang Mamat,21.30pm

"Widih mas sama neng datang kesini lagi. Mau pesan apa ni?" Tanya Bang Mamat dengan senyum ramahnya.

"Saya mau nasi goreng spesial aja, pak," jawab Angkasa sambil melirik menu dengan penuh antusias.

"Saya mau nasi goreng spesial juga tapi pedasnya dipikin level 5 ya, pak. Sampe bikin otaknya mau melayang gitu ya mang.," tambah Serena dengan semangat.

"Gak, gak! Gak ada sampai level 5, ya, Ra. Lho tuh punya maag. Jangan sampai nanti maagnya kambuh gara-gara terlalu pedas," Sambar Angkasa dengan nada persis bapak bapak yang memperingatkan anaknya untuk tidak makan eskrim.

Serena mengerucutkan bibirnya. Dia ingin sekali mencicipi makanan super pedas untuk menghilangkan stresnya di hari yang tegang ini.

"Untuk calon istri saya, level 2 aja ya, pak," ujar Angkasa sambil tersenyum kepada Aurora.

Kata-kata "calon istri" itu membuat Serena terkejut dan seketika kenapa jantungnya rada sedikit berdebar dan menggelitik ketika mendengar kata itu keluar dari mulut Angkasa.

"Calon istri?"

"Gak usah panik gitu kali denger gw panggil lho "calon istri". Kayak abang tukang sate lihat Suzzana aja. Hahahahah," goda Angkasa sambil tertawa iseng.

"Eh, jangan sok tahu, ya! Gw gak mau aja lho menyebar fitnah ke orang orang karena gw belum pasti menerima perjodohan ini sama lho! Mikirin nikah sama lho duhhh bisa mati muda gw!"

Balas Aurora dengan nada rada ketus untuk menyembunyikan rasa salting nya.

"Nah, ini nih yang mau gw omongin serius, Ra," Angkasa mengubah posisi duduknya agar bisa lebih dekat untuk menatap tajam mata coklat Aurora.

"Jujur, gw oke dengan rencana perjodohan ini. Kayak yang lho bilang tadi, gw bakal jadi orang yang paling beruntung kalau bisa nikah sama lho. Lho cantik, pintar, baik, berprestasi, dan orang nyaman banget kalo di sekitar lho. Gw sadar, gw anak urakan dan anak geng motor lagi. Tapi, gw gak mau munafik atau jadi penakut untuk bilang gw gak mau jadi suami lho." lanjut Angkasa.

"Tau nggak, Sa? Gw justru kagum sama lho. Gw orang yang mikirin semua hal dengan cara yang complicated tapi lho menghadapi masalah dengan kepala dingin dan perasaan yang tenang. Lho bisa memimpin anggota geng motor lho untuk menghasilkan prestasi di dunia balapan dengan cara yang benar. Gw yakin kedepannya, lho akan menjadi pemimpin yang baik buat perusahaan bokap lho juga."

Alasan gw masih belum menerima perjodohan ini bukan karena lho tapi diri gw sendiri. Gw gak mau karena gw belum cukup mematangkan pikiran gw untuk pernikahan, orang lain harus menjadi korban." Ujar Aurora dengan penuh kelembutan dan membalas tatapan tajam dari Angkasa dengan penuh keyakinan.

Angkasa tersenyum, "Nggak masalah, Ra. Ambil waktu sebanyak yang lho butuhkan. Dan, inget ya, apapun keputusan lho nanti, gw masih akan tetap jadi Angkasa yanggggg ngejailin lho kayak gini!" Angkasa mulai mengacak ngacak rambut Aurora untuk mencairkan suasana dan menenangkan hatinya yang berdegup kencang mendengar kata kata Aurora.

"SAAAAAAA! RAMBUT GW JADI BERANTAKAN NIHH!" Teriak Aurora sembari mengaca dari hp nya.

Setelah berbicara lebih terbuka dengan satu sama lain, Aurora dan Angkasa merasa lebih lega. Nasi goreng bang mamang rasanya jauh lebih enak daripada makanan restoran bintang 5 yang baru saja mereka santap 1 jam yang lalu.

Aurora dengan semangatnya menceritakan hari pertamanya sebagai anak magang dan Angkasa hanya mendengarkan cerita Aurora dengan seksama.

"Lho luar biasa dan selalu luar biasa Ra."

Angkasa & AuroraKde žijí příběhy. Začni objevovat