Bab 5

582 11 0
                                    

Rumah Aurora  22.30pm

Langit malam yang dipenuhi dengan kerlap kerlip bintang, terasa menemani perjalan Aurora dan Angkasa. Angkasa mengantarkan Aurora pulang setelah waktu mulai menunjukkan pukul 10.30 malam. Angkasa juga sudah izin ke orang tua Aurora agar mereka tidak panik karena mereka pulang lebih lambat dari waktu mereka pisah di restoran tadi.

"Sa, thank you udah traktir nasi goreng dan plus nganterin gw balik." Ucap Aurora setelah keluar dari mobil yang diparkirkan oleh Angkasa di garasi rumahnya.

"Ermm" jawaban singkat Angkasa.

"Nih, sampai di rumah minum susu beruang." Ujar Angkasa sembari memberikan kantong plastik hitam yang berisikan 3 kaleng susu beruang untuk Aurora dengan sifat nya yang sok acuh.

"Lho tadi makan nasi goreng yang ada cabenya, besok di kantor bisa bisa maag lho kambuh. Jadi minum susu beruang buat netralisir perut lho." Jelas Angkasa.

Aurora memberikan sedikit senyuman sembari memperhatikan susu beruang yang sudah dibelikannya untuknya. Di balik Angkasa yang cuek dan mungkin di mata orang lain nyeremin, dia sebenarnya perhatian dan selalu menjadi pendengar yang baik untuk orang lain.

"Thank you, Sa."

Tiba tiba, Aurora baru kepikiran sesuatu setelah menghentikan khayalannya.

"LOH SA! MOTOR LHO UDAH DI RUMAH BELUM YA?" Teriakan Aurora yang terdengar panik berhasil menggemakan seluruh area garasi.

"HAHAHAHAH si Broto udah bocan kali di garasi. Nih, tadi mang Deni fotoin sebagai bukti kalau Broto sudah sampai dengan selamat dan sehat walafiat." Broto adalah nama motor kesayangan Angkasa.

Aurora memegang jantungnya yang sedikit panik kala memikirkan kalau motor Angkasa bisa saja ketinggalan di restauran tadi, "huft untung aja udah di ambil, itu kan motor kesayangan lho."

Lagi dan lagi, Angkasa yang dingin bagaikan kulkas 10 pintu memberikan senyuman yang penuh dengan makna melihat Aurora yang kepikiran dengan hal detail mengenai dirinya.

"Yaudah sana masuk ke rumah lho. Mandi air hangat dan jangan lupa minum susu beruangnya setelah lho hangatin di microwave. Ini akan bantu lho tidur untuk kerja besok." Angkasa pamit dan meninggalkan Aurora yang terus menatapnya sampai bayangannya hilang dari pandangan.

"Apaan sih tuh si Angsa, sok sok perhatian gini." Ucapan Aurora yang sebenarnya hanya tidak ingin membenarkan perasaan yang sedikit bergetar dengan perilaku dari Angkasa.

------

Setelah Angkasa keluar dari kamar mandi, tetes-tetes air masih terlihat jatuh perlahan dari ujung rambutnya. Dengan lembut, dia meramas-ramas rambutnya untuk mengeringkannya dengan handuk. Menghirup udara segar dalam kamar, dia merasakan badannya jauh lebih ringan setelah mandi yang menyegarkan.

Angkasa berjalan menuju kursi yang biasa digunakan untuk bermain game. Dia membaringkan tubuhnya dengan perasaan lega, dan tak sadar, senyuman kecil mulai merayap di sudut bibirnya. Wajahnya mencerminkan kebahagiaan yang mendalam.

Dibalik keputusan tak terduga dari orangtuanya, sebenarnya telah membuahkan hasil manis. Hari ini adalah hari langka di mana Angkasa bisa menghabiskan waktu bersama Aurora. Teringat masa SMA-nya, ketika Angkasa mempunyai tugas untuk mengantar jemput Aurora, mereka selalu menemukan momen berharga bersama. Mereka sering kali berbagi makan siang, atau hanya sekadar menemani Aurora mencari buku-buku yang diinginkannya. Namun, ketika tiba masa kuliah, kehidupan mereka berjalan beriringan dengan studi masing-masing. Intensitas pertemuan mereka semakin berkurang, terutama setelah Aurora bisa mengendarai mobil sendiri.

Dalam keheningan, Angkasa merasa tubuhnya tegak secara refleks. Dia meraih sebuah foto yang terbungkus rapi dalam bingkai cantik di meja. Fotonya bersama Aurora, di waktu mereka menjadi prom king dan queen, menangkap momen yang penuh kenangan indah. Mereka berdua terlihat begitu anggun dan bahagia, mengenakan pakaian yang elegan dan tersenyum lebar. Mata Angkasa tidak bisa berpaling dari foto itu, dan dia terlarut dalam khayalan tentang masa-masa itu.

--- flashback---

"Sa, lho ada pasangan prom gak?" Tanya Randy.

"Dia mah gak usah capek capek mikir, noh lihat aja antrian cewek yang mau dijadiin pasangan prom si angkasa. Udah kayak antrian sembako." samber Agam sembari mengarahkan kepalanya kepada segerombolan perempuan yang berjalan menuju ke arah Angkasa.

"Sa, kamu mau gak jadi pasangan prom aku?" tanya seorang perempuan dengan wajahnya yang tersenyum manis ke arah Angkasa.

Angkasa menatapnya dengan tatapan tajam dan ekspresi muka yang datar.

"Gak." Jawaban singkat Angkasa yang membuat para perempuan yang mengejarnya agak sedikit ketakutan tapi di lain sisi itu adalah magnet dari seorang Angkasa dengan aura badboy dan dinginya.

Tidak menggubris gerombolan fans yang jelas mencoba menarik perhatiannya, suara dan senyuman Aurora yang terlihat dari kejauhan justru menonjol di antara kerumunan dan mengalihkan pandangan Angkasa. Dia melihat Aurora sedang dikerubuti oleh pria-pria yang ingin mengajaknya menjadi pasangan prom.

"Kenapa pake acara si Awokwok banyak yang ngejar." Batin Angkasa frustasi melihat Aurora yang terlalu populer.

Seolah tak tahan melihat Aurora diganggu, Angkasa beranjak dari bangkunya, meninggalkan kedua temannya dan wanita yang sedari tadi mengejarnya.

"Weitsss maaf bro. Aurora udah jadi prom date gw" samber Angkasa dengan merangkul Aurora, membuat pria lain ketakutan. Mereka tidak mau berurusan dengan Angkasa yang terkenal berandalan, galak dan anak geng motor.

Melepaskan rangkulan Angkasa,

"Apa apaan sih Sa! Gw perasaan gak pernah bilang mau jadi prom date lho." Wajah Aurora terlihat bete dengan melipatkan tangannya yang justru membuat Angkasa merasa Aurora terlihat imut di matanya.

"Lah! Gw ini nyelamatin lho. Dan lho nyelamatin gw dari noh gerombolan cewek. Fair enough kan!" Balas Angkasa dengan nada nyebelin dan iseng.

Aurora hanya menghela nafas dan jujur, mayan juga kalau Angkasa yang jadi prom date karena dia akan merasa lebih nyaman bersama orang yang dia kenali dari kecil daripada dengan orang random.

"Okey! Tapi gw ya pilihin baju lho."

"Terserah doro putri Aurora aja. Gw mah ikut." Jawab Angkasa sembari menundukkan badannya dengan gaya hormat kepada Aurora.

Dari kejauhan, Randy dan Agam cuma bisa menggelengkan kepala mereka ketika melihat temannya yang dingin, cuek dan flat, bisa tersenyum kepada hanya 1 orang. Aurora.

--

Angkasa hanya bisa tersenyum mengingat bagaimana dia mengajak Aurora untuk menjadi prom date nya.

"Lho pintar dalam segala hal kecuali percintaan Ra." gumam Angkasa


HI guys! Jangan lupa follow dan like untuk nyemangatin Author ya! ❤️

Angkasa & AuroraWhere stories live. Discover now