41. Ngidam

68.8K 3.3K 1K
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ

hi, ges. aku kembalii. target sudah tembus. markidet. mari kita apdet 😋

gess, aku maaf. maaf sebesar besarnya udah bikin nunggu. aseliii, capek bgt sama hari hari.

update nya bisa nih kalo hari Senin/Selasa?

target nya cuma 800+ komen.

target nya cuma 800+ komen

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


•••




"Sadam?"

"Lama amat."

Azzam menatap Sadam dengan lama tanpa mengatakan apapun secara sejenak. Kemudian, Azzam keluar dari kamar dan menutup pintu nya agar bisa berbicara dengan saudara nya itu.

"Apa keperluan kamu?"

"Lagi sibuk ngga?"

Azzam menoleh ke samping. "Tidak terlalu. Ada apa?"

"Gua mau bicara pasal cewe yang gua ceritain ke lo tadi siang."

Seketika, Azzam mengerutkan alis nya. Bingung.

"Ada apa sebenarnya dengan diri mu bersama dengan perempuan yang kamu ceritakan?" Tanya nya penasaran.

Sadam memasang senyum miring. Ia melihat sekitar. Tak ada siapapun. "Gua cuma bisa bicara sama lo.. kak?"

Azzam terdiam sejenak.

"Kenapa hanya saya?"

"Soalnya, gua mau ngelamar cewe itu. Tapi belum berani bilang sama Abah atau Umma."

Dan sekarang, Azzam di buat terkejut.

"Apa?"

Sadam berdehem singkat dan menatap Azzam yang terlihat serius. Sadam menyenggol kakak nya dengan siku nya sendiri, lalu memasang tawaan pelan meski begitu canggung. Azzam masih menatap nya demikian. Serius, tajam. Seolah belum percaya dengan perkataan Sadam barusan.

"Itu benar?"

"Ya engga lah, zam. Ya kali cewe itu mau sama gua yang belum jelas ilmu nya ini." Jawab nya spontan. Membuat perkiraan Azzam mulai terlepas.

Pria itu menganggukkan kepala nya. Sementara Sadam menghela nafas. "Gua ke sini, buat manggil lo. Di panggil abah bentar. Katanya Minggu depan, lo sama gua, pergi ke kebun teh buat ngecek perkembangan nya."

GUS AZZAM Where stories live. Discover now