ENAM

131 11 1
                                    

Xiao Zhan menyatap makanannya dengan lahap.Sementara Yibo,iya sibuk dengan tabnya.Xiao Zhan sudah menawari pemuda itu makan,tetapi pemuda itu mengatakan jika iya masih kenyang.

"Zhann.."

Suara Yibo berhasil mengalihkan antensi pemuda itu.

"Aku minta maaf,tapi aku tidak bisa menemanimu.Aku ada urusan yang harus aku tangani sekarang."

Xiao Zhan menghentikan aktifitasnya.
Lalu beralih menatap Yibo yang sudah berdiri hendak pergi.

"Tidak apa-apa ge.Lagipula aku sudah baikan.Gege hati-hati ya dan semangat kerjanya."ujar Xiao Zhan sambil tersenyum lebar hingga gigi kelincinya menyembul dibalik bibir ranum itu.

Hati Yibo menghangat.30 tahun iya hidup,baru kali ini iya disemangati oleh seseorang.Apalagi orang itu adalah orang yang dicintainya.

"Tentu...jaga dirimu baik-baik.Jika ada apa-apa hubungi aku."

Xiao Zhan mengangguk sebagia balasannya.

Cuppp

Yibo mengecup dahinya cukup lama.

"Aku  berangkat."

Setelah berpamitan,Yibo berjalan keluar dari kamar Xiao Zhan.Sementara pemuda itu,iya kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Yibo melangkah lebar memasuki lobi kantornya.Semua karyawan menunduk hormat pada pemuda itu.

Sekertaris Yibo menghampiri Yibo dengan tangan memegang tab.

"Hari ini tuan menghadiri rapat deraksi dengan perusahan tuan Cheng."
Ujarnya sambil berusaha menyamai langkah lebar Yibo.

"Jam berapa dan dimana?"tanya Yibo dingin.

"Tuan Cheng meminta anda untuk memilih dan menentukan jamnya."

Yibo hanya berdehem sebagai jawabannya.

Yibo memasuki ruang kerjanya lalu melempar kasar jas kerjanya kesofa yg berada disudut ruangan.

Yibo merasa kesal dan marah.Iya tau rapat redaksi itu hanyalah kedok belaka dari perusahan Cheng.Iya tau
pertemuan itu pasti akan membahas tentang perjodohan iya dan putri tuan Cheng.

Yibo memijat pelipisnya.Iya tidak bisa menolak permintaan tuan Cheng karena kejadian itu.Kejadian yang membuat Yibo dan keluarganya tidak bisa menolak permintaan tuan Cheng.Karena balas budi itu,semuanya terjadi seperti ini sekarang.

Pintu ruangannya terbuka.Yibo bahkan tidak berniat untuk menyapa atau sekedar melihat.

"Kau terlihat sedang banyak pikiran."ujar sosok itu sambil mendudukan dirinya disofa yang berada disudut ruangan Yibo.

"Apa ada masalah?"tanya sosok itu lagi.

Yibo menghembus nafas lelah.

"Aku sedang bingung ge."ucap Yibo sambil menatap sosok itu.

"Kau tau....aku selalu siap mendengar apapun masalahmu."

"Apa Kuan ge pernah jatuh cinta?"tanya Yibo sambil berjalan kearah Haikun.

Haikun adalah sahabat Yibo.Iya berada satu tingkat diatas pemuda Wang itu.
Mereka berkuliah ditempat yang sama.
Karena Haikun merupakan orang yang asik dan frendly sangat cocok untuk Yibo yang pendiam dan anti sosial.
Maka dari itulah mereka menjadi sahabat yang tak terpisahkan.Merintis usaha masing-masing sampai mereka mencapai titik sukses.

Haikun menyeritkan dahinya mendengar pertanyaan Yibo.
Pertanyaan yang tidak pernah iya pikirkan akan meluncur dari mulut sahabatnya itu.Karena sepanjang mereka bersahabat Yibo tidak pernah membahas hal seperti itu.

"Kenapa bertanya seperti itu?"tanya Haikun penasaran.

"Aku menyuruhmu menjawab,bukan bertanya."jawab Yibo dingin.

Haikun terdiam.Niat hati ingin menggoda Yibo,eh malah dirinya yang terkena semburan kata-kata dingin seperti itu.

"Emm...aku bahkan sedang merasakannya sekarang."

Gantian Yibo yang menyeritkan dahinya.

"Kau....jatuh cinta?"

"Ya...apa ada yang salah?Aku juga manusia Yibo jika kau lupa itu."

"Ya..ya aku tahu.Emm apa orang yang gege cintai membalas perasaan gege?"

"Ya...kita berpacaran sekarang."jawab Haikun enteng.

"Siapa?Apa aku mengenal orang itu?"tanya Yibo penasaran.

"Aiss...itu tidak penting.Sekarang jawab pertanyaan gege.Apa kamu jatuh cinta?"

"Emm....tapi mungkin ini tidak akan semulus kisah percintaan gege."jawab Yibo dengan wajah lesu.

"Kenapa?Apa cintamu bertepuk sebelah tangan?"

"Aku juga tidak tahu.Tapi,untuk sekarang bukan itu masalahnya."

"Teruss?"

"Aku akan dijodohkan.Kau kenal Cheng Xiao?Jika saja bukan karna balas budi itu,aku tidak akan mau."

"Jadi,kamu akan menikahi gadis itu?Terus bagaimana dengan orang yang kamu cintai?"

"Aku tidak berniat bahkan tidak akan pernah mau menikahi gadis itu.Tapi disisi lain aku juga tidak bisa menolaknya."

"Dengarkan kata hatimu Yibo.Dengan siapa kamu merasa nyaman,maka perjuangkan dia.Kamu sudah dewasa.Kamu tau mana yang terbaik dan mana yang paling tepat untukmu.
Jangan sampai kamu membuat keputusan yang salah."

Yibo hanya terdiam.Iya tidak tau jalan mana yang harus iya ambil.Iya sudah memberi harapan pada pemuda manis itu.Bukan hanya harapan.Iya sungguh-sungguh ingin memiliki pemuda itu sepenuhnya.Tapi,iya baru sadar jika semuanya tidak semulus dan semudah yang iya pikirkan.

"Aku tidak bisa lama-lama.Kekasihku menunggu dijemput."ujar Haikun menyadarkan Yibo dari alam bawah sadarnya.

Yibo hanya mengangguk.Setelah kepergian Haikun,iya menatap arloji yang melingkar ditangannya.20 menit lagi,iya akan bertemu dengan tuan Cheng.Ah lebih tepatnya putrinya,
Cheng Xiao.

Dengan hati dongkol,Yibo menemui Cheng Xiao.Iya sudah membuat janji disebuah restorant Jepang.Iya melihat gadis itu sedang duduk anggun dengan menggunakan dress merah diatas lutut.

"Hay Yibo."sapa gadis itu dengan senyum lebar.

Yibo memutar matanya malas.Sumpah iya ingin muntah sekarang.

Yibo tidak menjawab.Iya memilih duduk diseberang gadis itu.

"Kamu mau pesan apa?"tanya gadis itu dengan senyum centil menghiasi bibir yang dipoles dengan warna merah terang.

Yibo meraih buku menu lalu memesan dalam diam.Pikirannya tidak terlepas dari pemuda manis yang sudah memberinya asupan gizi.

"Yibo...apa kau tidak rindu padaku?Kau terlihat tidak berselerah."

Yibo menatap gadis itu sekilas lalu melanjutkan makannya.

"Kau tidak lupakan bahwa didalam tubuh ibumu...."

"Diam kau."bentak Yibo memotong kalimat gadis itu.
"Sekali lagi kamu mengatakan omong kosong itu aku tidak akan segan-segan membunuhmu."

"Omong kosong katamu?Bentakanmu  tidak akan mengubah kenyataan bahwa ibumu bisa hidup sampai sekarang karna dia memakai jantung milik ibuku.Tidak bisakah kau membalas kebaikan ibuku dengan mengabulkan permintaan terakhirnya"balas Cheng Xiao dengan suara yang sedikik keras.

"Ibuku tidak pernah meminta ibumu mendonorkan jantungnya.Kalian sendiri yang memaksa dengan menawarkan perjanjian konyol itu."Yibo membuang nafasnya sejenak.

"Aku akan membayar untuk jantung ibumu.Katakan berapa yang kamu inginkan."lanjutnya dingin.

Tampa mereka sadari,sepasang manik hitam sedang mengamati mereka dari jauh.

See you next chapter😊😊

Guru LessWhere stories live. Discover now